Bagaimana Menerapkan "Slow Living" di Tengah Kesibukan Kota Besar

18/08/2023, 11:31 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Bagaimana Menerapkan "Slow Living" di Tengah Kesibukan Kota Besar
Ilustrasi slow living
Table of contents
Editor: EGP

DI era modern yang serba cepat ini, banyak dari kita merasa terjebak dalam putaran waktu yang konstan, di mana setiap detik tampaknya begitu berharga. Kesibukan kota besar, dengan ritmenya yang cepat, seringkali membuat kita lupa untuk melambat dan menikmati kehidupan. 

Sebagai respons terhadap kehidupan urban yang padat dan penuh tekanan, muncullah konsep "slow living". Slow living, yang berakar dari gerakan 'Slow Food' di Italia pada tahun 1980-an, adalah sebuah filosofi yang mengajak kita untuk kembali kepada kesederhanaan, menghargai setiap momen, dan memprioritaskan kualitas hidup alih-alih kecepatan. 

Seiring berjalannya waktu, prinsip-prinsip ini mulai diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk cara kita bekerja, berinteraksi, bahkan cara kita makan. 

Baca juga: Merumuskan dan Menjalankan Resolusi Tahun Baru

Artikel ini akan menggali lebih dalam mengenai bagaimana menerapkan slow living di tengah kesibukan kota besar, mengapa hal tersebut penting, dan langkah-langkah praktis untuk memulainya.

Mengapa Penting Menerapkan Slow Living di Kota Besar

Kehidupan di kota besar seringkali penuh dengan kesibukan, tekanan, dan kebisingan. Hal ini bisa menimbulkan stres dan kelelahan, baik secara fisik maupun mental. 

Menurut Carl Honore dalam bukunya In Praise of Slow (2004), era modern membawa kita pada kultus kecepatan di mana semua harus cepat dan instan. Slow living menjadi penting sebagai penyimbang, memberikan kita kesempatan untuk bernapas, merefleksikan, dan menikmati setiap momen.

Baca juga: Mengungkap Rahasia Kecantikan: Panduan Lengkap Tipe Kulit dan Ciri-cirinya

Selain itu, pendekatan hidup ini meningkatkan kesadaran kita akan lingkungan dan relasi dengan orang lain, menciptakan kualitas hidup yang lebih baik.

Langkah-Langkah Menerapkan Slow Living di Kota Besar

Kurangi Stimulasi

Kota besar penuh dengan stimulasi - dari iklan, keramaian, hingga berita yang terus-menerus mengalir. Cobalah untuk membatasi paparan terhadap stimulasi ini. Misalnya, alokasikan waktu tertentu dalam sehari di mana Anda memutuskan diri dari gadget, atau cari ruang tenang di rumah yang bebas dari gangguan.

Prioritaskan Kualitas Ketimbang Kuantitas

Dalam memilih barang atau pengalaman, prioritaskan kualitas. Misalnya, daripada membeli banyak pakaian murah, investasikan pada beberapa pakaian berkualitas yang tahan lama.

Baca juga: Perlengkapan Apa yang Penting Dimiliki untuk Anak Kost?

Hal ini sesuai dengan pendapat Marie Kondo dalam The Life-Changing Magic of Tidying Up (2014) bahwa memiliki barang yang benar-benar kita cintai dapat meningkatkan kualitas hidup kita.

Pertimbangkan Mobilitas Harian Anda

Menghabiskan waktu di dalam kemacetan bisa sangat menguras energi. Pertimbangkan untuk memilih transportasi publik, berjalan kaki, atau bersepeda. Selain lebih ramah lingkungan, hal ini juga dapat membantu Anda merasakan kota dari perspektif yang berbeda.

Pilih Makanan Lokal dan Musiman

Makanan lokal dan musiman tidak hanya lebih segar dan bergizi, tapi juga mendukung ekonomi lokal dan mengurangi jejak karbon. Sebagai tambahan, Anda juga bisa lebih menghargai musim dan ritme alamiah yang terjadi di sekitar Anda.

Atur Waktu Luang dengan Bijak

Luangkan waktu untuk kegiatan yang benar-benar Anda nikmati, seperti membaca buku, meditasi, atau menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga. Sebagai inspirasi, Elizabeth Gilbert dalam Eat, Pray, Love (2006) menggambarkan bagaimana perjalanan diri dan pencarian makna bisa dilakukan dengan menenangkan diri.

Pertimbangkan Pekerjaan dan Karier Anda

Banyak orang merasa terjebak dalam pekerjaan yang menuntut mereka bekerja tanpa henti. Pertimbangkan untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai Anda dan memberikan keseimbangan hidup yang lebih baik.

Alternatif lainnya, jika memungkinkan, coba jalani gaya hidup "digital nomad" yang memungkinkan Anda bekerja dari mana saja, memberi Anda kebebasan untuk menentukan tempo kerja Anda sendiri.

Referensi:

Carl Honore, In Praise of Slow, HarperOne, 2004.
Marie Kondo, The Life-Changing Magic of Tidying Up, Ten Speed Press, 2014.
Elizabeth Gilbert, Eat, Pray, Love, Riverhead Books, 2006.

Lifestyle Lainnya