MEDITASI transendental adalah salah satu teknik meditasi yang berfokus pada pengembangan kesadaran murni melalui keheningan pikiran.
Tidak seperti teknik meditasi lain yang mengharuskan konsentrasi atau kontemplasi, meditasi transendental menekankan pada "transendensi" atau melampaui pikiran dan mencapai keadaan kesadaran yang paling murni. Kekhasan ini membuat meditasi transendental berbeda dari bentuk-bentuk meditasi lainnya (Roth, Transcendental Meditation, 2018).
Sementara meditasi pada umumnya didefinisikan sebagai fokus pikiran untuk meningkatkan kesadaran atau konsentrasi, meditasi transendental lebih menekankan pada pencapaian kedamaian dan keseimbangan pikiran.
Asal dan Dasar Filsafat Meditasi Transendental
Meditasi transendental berasal dari tradisi Veda kuno India, dan diperkenalkan ke Barat oleh Maharishi Mahesh Yogi tahun 1950-an. Maharishi berpendapat bahwa teknik ini bukan sekedar praktik keagamaan, melainkan sebuah metode ilmiah untuk meningkatkan kesadaran (Maharishi Mahesh Yogi, Science of Being and Art of Living, 1963).
Dasar filsafat dari meditasi transendental adalah bahwa setiap individu memiliki sumber kesadaran murni di dalam dirinya. Dengan mengakses kesadaran ini, seseorang dapat merasakan kedamaian, kebahagiaan, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri dan alam semesta.
Dalam pandangan Maharishi, meditasi transendental memberikan jembatan antara ilmu pengetahuan modern dan kebijaksanaan kuno.
Baca juga: Mengungkap Rahasia Kecantikan: Panduan Lengkap Tipe Kulit dan Ciri-cirinya
Teknik dan Praktik
Teknik dasar meditasi transendental melibatkan penggunaan mantra, sebuah kata atau suara tanpa arti khusus, yang diulang-ulang dalam pikiran sambil duduk dengan mata tertutup.
Mantra dipilih berdasarkan karakteristik individu dan harus dijaga kerahasiaannya. Melalui pengulangan mantra ini, pikiran secara alami akan bergerak menuju keadaan kesadaran transendental, di mana pikiran menjadi tenang tetapi tetap sadar.
Proses ini tidak memerlukan usaha khusus atau konsentrasi intens. Sebaliknya, praktisi meditasi transendental diajarkan untuk membiarkan pikiran mengalir secara bebas dan alami (Forem, Transcendental Meditation: The Essential Teachings of Maharishi Mahesh Yogi, 2012).
Baca juga: Perlengkapan Apa yang Penting Dimiliki untuk Anak Kost?
Meditasi transendental memang terkenal dengan kesederhanaan tekniknya, namun mendalam dalam praktiknya. Berikut rinciannya:
Pemilihan mantra
Dalam meditasi transendental, mantra adalah inti dari teknik. Setiap individu diberikan mantra tertentu yang sesuai dengan karakteristik pribadi mereka. Mantra ini bukanlah kata dengan makna khusus tetapi lebih kepada frekuensi suara yang membantu mengantar pikiran ke dalam keadaan transendental.
Sangat penting bagi praktisi untuk tidak membagikan atau mendiskusikan mantra mereka dengan orang lain, karena mantra tersebut dianggap pribadi dan suci (Roth, Transcendental Meditation, 2018).
Sesi meditasi
Dianjurkan untuk melakukan meditasi transendental dua kali sehari, masing-masing selama 20 menit: sekali di pagi hari sebelum memulai aktivitas dan sekali di sore hari sebelum makan malam.
Selama sesi ini, praktisi duduk dengan mata tertutup di tempat yang tenang dan nyaman, lalu mulai mengulang-ulang mantra mereka dalam pikiran. Tidak ada usaha khusus untuk mengendalikan atau memfokuskan pikiran.
Jika pikiran mulai berkeliaran, praktisi kembali dengan lembut ke mantra mereka tanpa penghakiman (Forem, Transcendental Meditation: The Essential Teachings of Maharishi Mahesh Yogi, 2012).
Keheningan dan kebebasan pikiran
Salah satu keistimewaan meditasi transendental adalah kebebasan pikiran. Saat meditasi, praktisi dianjurkan untuk membiarkan pikiran mereka mengalir bebas.
Jika terganggu oleh pikiran atau perasaan, kembalilah dengan lembut ke mantra tanpa rasa frustrasi. Dengan waktu, praktisi akan merasakan pengalaman transendensi di mana pikiran mereka sepenuhnya tenang sementara kesadaran tetap terjaga.
Pembinaan dengan instruktur
Bagi pemula, sangat dianjurkan untuk memulai meditasi transendental dengan bimbingan dari instruktur yang terlatih. Instruktur akan membantu dalam pemilihan mantra, memberikan arahan praktik, dan menjawab pertanyaan atau kebingungan yang mungkin muncul selama sesi meditasi.
Dengan bimbingan ini, praktisi dapat memastikan bahwa mereka mendapatkan manfaat maksimal dari meditasi (Maharishi Mahesh Yogi, Science of Being and Art of Living, 1963).
Tujuan dan Manfaat
Tujuan utama meditasi transendental adalah untuk mencapai kesadaran transendental, suatu keadaan di mana pikiran sepenuhnya tenang namun tetap terjaga. Manfaat dari meditasi ini telah banyak diteliti dan mencakup peningkatan kesehatan mental dan fisik.
Beberapa studi menunjukkan bahwa meditasi transendental dapat mengurangi stres, meningkatkan konsentrasi, dan meningkatkan kualitas tidur (Travis et al., Psychological Reports, 2015).
Di samping itu, MT juga dikaitkan dengan penurunan tekanan darah, risiko penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya. Secara keseluruhan, meditasi transendental dapat membantu individu meraih kesejahteraan fisik dan mental yang lebih baik.
Meditasi transendental tidak hanya mengajarkan kita bagaimana meredam kebisingan pikiran, tetapi juga membawa serangkaian manfaat kesehatan dan kualitas hidup.
Pencapaian kesadaran murni
Inti dari meditasi transendental adalah mencapai kesadaran transendental. Tujuan ini lebih dari sekadar ketenangan pikiran; itu adalah keadaan di mana kesadaran individu mengakses tingkat kesadaran yang paling murni dan mendalam, di mana pemikiran dan kebingungan sehari-hari tidak ada.
Melalui keadaan ini, individu dapat merasakan kesatuan dengan alam semesta, sebuah pengalaman yang sering digambarkan sebagai kedamaian, kebahagiaan, dan cinta yang tak terbatas (Maharishi Mahesh Yogi, Science of Being and Art of Living, 1963).
Peningkatan kesehatan mental
Dalam berbagai studi, meditasi transendental telah menunjukkan potensi untuk meningkatkan kualitas tidur, mengurangi gejala kecemasan dan depresi, serta meningkatkan konsentrasi dan kemampuan memori.
Praktisi sering melaporkan perasaan ketenangan, kesejahteraan emosional, dan peningkatan kreativitas setelah mempraktikkan meditasi transendental secara reguler (Travis et al., Psychological Reports, 2015).
Manfaat kesehatan fisik
Selain manfaat kesehatan mental, meditasi transendental juga menawarkan serangkaian manfaat kesehatan fisik. Beberapa studi menunjukkan bahwa praktik meditasi transendental dapat mengurangi tekanan darah, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan bahkan mengurangi risiko penyakit jantung.
Selain itu, meditasi transendental juga dapat membantu dalam mengurangi stres oksidatif dan inflamasi, kedua faktor ini dikaitkan dengan berbagai penyakit kronis (Orme-Johnson & Walton, American Journal of Physiology, 1998).
Kualitas hidup yang lebih baik
Dengan mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional, banyak praktisi meditasi transendental melaporkan peningkatan kualitas hidup. Ini mencakup hubungan interpersonal yang lebih baik, peningkatan kinerja kerja, dan bahkan peningkatan kepuasan hidup secara keseluruhan.
Banyak yang merasa lebih terhubung dengan diri sendiri dan orang lain, menciptakan rasa empati dan kesadaran yang lebih mendalam (Roth, Transcendental Meditation, 2018).
Kesimpulan
Meditasi transendental adalah teknik kuno yang menawarkan solusi modern bagi mereka yang mencari kedamaian pikiran dan kesehatan yang lebih baik. Dengan dasar filsafat yang mendalam dan teknik yang sederhana, meditasi transendental menawarkan jalan untuk transendensi dan pemahaman diri yang lebih mendalam.
Bagi banyak orang, meditasi transendental menjadi alat yang berharga untuk menghadapi tantangan sehari-hari dengan lebih tenang dan fokus.
Referensi:
- Maharishi Mahesh Yogi, Science of Being and Art of Living, Penguin, 1963.
- Roth, Transcendental Meditation, Hay House, 2018.
- Forem, Transcendental Meditation: The Essential Teachings of Maharishi Mahesh Yogi, TarcherPerigee, 2012.
- Travis et al., Psychological Reports, SAGE, 2015.
- Forem, Transcendental Meditation: The Essential Teachings of Maharishi Mahesh
Travis et al., Psychological Reports, SAGE, 2015. - Orme-Johnson & Walton, American Journal of Physiology, APS, 1998.