Jejak Israel dan Palestina dari Zaman Kanaan hingga Kerajaan Kuno

11/10/2023, 16:09 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Jejak Israel dan Palestina dari Zaman Kanaan hingga Kerajaan Kuno
Ilustrasi bangsa Kanaan
Table of contents
Editor: EGP

KONFLIK antara Israel dan Palestina bukanlah sebuah fenomena baru dalam sejarah dunia. Asal-usul konflik ini bisa ditelusuri kembali ke zaman kuno, saat suku-suku yang beragam berinteraksi dan bersaing untuk kekuasaan di wilayah yang kini dikenal sebagai Israel dan Palestina. Untuk memahami dinamika konflik ini, kita perlu memahami sejarah awal wilayah Kanaan, penduduk aslinya, serta munculnya Kerajaan Israel Kuno.

Wilayah Kanaan dan Penduduk Aslinya

Kanaan, yang kini dikenal sebagai wilayah Israel dan Palestina, adalah tanah yang kaya akan sejarah. Berlokasi di persimpangan antara Mesir, Mesopotamia, dan Anatolia, wilayah ini sering kali menjadi medan pertempuran antara kekaisaran-kekaisaran besar. 

Selain itu, sifat geografis Kanaan yang subur menjadikannya lokasi strategis bagi suku-suku nomaden dan petani untuk bermukim (Finkelstein & Silberman, "The Bible Unearthed", 2001).

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Sebelum kedatangan bangsa Israel, Kanaan sudah dihuni berbagai suku. Salah satu suku paling terkenal adalah Fenisia yang mendirikan kota-kota pelabuhan seperti Tirus dan Sidon. Ada juga suku Amori, Hitit, dan Jebusit. Mereka memiliki kebudayaan yang kaya, berlandaskan pada praktik pertanian dan perdagangan (Dever, "Who Were the Early Israelites and Where Did They Come From?", 2003).

Sementara penduduk asli Kanaan memiliki kebudayaannya sendiri, mereka sering kali berinteraksi dengan bangsa lain. Bangsa Mesir, misalnya, sering mengadakan ekspedisi militer dan dagang ke Kanaan. Hal ini membawa pengaruh budaya Mesir ke wilayah ini. 

Selain itu, interaksi dengan bangsa-bangsa lain juga membawa konflik. Invasi dari bangsa asing, seperti orang Hiksos, sering menyebabkan pertempuran dan pergolakan di wilayah Kanaan (Redford, "Egypt, Canaan, and Israel in Ancient Times", 1992).

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Kedatangan Bangsa Israel

Sekitar abad ke-13 SM, suatu kelompok nomaden yang dikenal sebagai Israel mulai bermukim di daerah pegunungan Kanaan. Sumber utama mengenai asal-usul mereka adalah Alkitab, yang menyebutkan eksodus dari Mesir dan penaklukan Kanaan.

Namun, bukti arkeologis menunjukkan bahwa proses pemukiman ini lebih kompleks dan bertahap daripada yang digambarkan dalam narasi Alkitab (Finkelstein & Silberman, "The Bible Unearthed", 2001.

Pembentukan Kerajaan

Setelah masa penaklukan Kanaan, bangsa Israel memasuki periode yang dikenal sebagai Zaman Hakim-hakim. Dalam periode ini, mereka tidak memiliki pemerintah pusat tetapi dipimpin oleh hakim-hakim, tokoh-tokoh karismatik yang muncul dalam masa-masa krisis. Namun, ancaman dari bangsa Filistin dan kebutuhan akan kepemimpinan yang lebih terstruktur membuat bangsa Israel merasa perlu memiliki seorang raja (Bright, "A History of Israel", 2000).

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Raja pertama Israel adalah Saul, yang dipilih untuk memimpin pertahanan melawan Filistin (kini Palestina). Namun, pemerintahannya diakhiri dengan tragis, dan kekuasaan kemudian berpindah ke tangan David atau Daut. Di bawah kepemimpinan Raja Daut, Kerajaan Israel mencapai puncak kejayaannya, menguasai wilayah yang luas dari sungai Nil hingga sungai Efrat.

Daut berhasil menyatukan suku-suku Israel dan menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota kerajaannya. Setelah Daut, putranya Salomo mengambil alih tahta. Di bawah Salomo, Israel mengalami kemakmuran ekonomi dan kebudayaan, dengan pembangunan Bait Suci di Yerusalem sebagai salah satu capaiannya (Klein, "From Epic to Canon", 1991).

Pemecahan Kerajaan: Israel dan Yehuda

Setelah kematian Salomo, terjadi ketegangan antara bagian utara dan selatan kerajaan. Ini mengakibatkan pemecahan menjadi dua kerajaan terpisah: Kerajaan Israel di utara dengan ibu kota Samaria dan Kerajaan Yehuda di selatan dengan Yerusalem sebagai pusatnya.

Kedua kerajaan ini memiliki dinamika politik, sosial, dan agama yang berbeda, dengan Kerajaan Israel sering kali berkonflik dengan tetangga-tetangganya dan Kerajaan Yehuda lebih fokus pada pelestarian tradisi agama (Provan, Long & Longman, "A Biblical History of Israel", 2003).

Invasi Asyur dan Babilonia

Kerajaan Israel dan Yehuda tidak lepas dari ancaman eksternal. Pada abad ke-8 SM, Asyur bangkit sebagai kekuatan besar di Timur Dekat dan menginvasi Kerajaan Israel, mengakhiri eksistensinya sebagai negara merdeka dan mengasingkan sebagian besar penduduknya.

Tak lama setelah itu, Babilonia mengambil alih peran Asyur dan menginvasi Kerajaan Jehuda, menghancurkan Yerusalem dan Bait Suci pada tahun 586 SM, serta mengasingkan banyak penduduk Jehuda ke Babilonia (Albertz, "A History of Israelite Religion", 1994).

Dengan pemahaman ini, kita bisa melihat bahwa konflik antara Israel dan Palestina bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul di era modern. Akar masalahnya sudah ada sejak zaman kuno, saat berbagai suku dan bangsa bersaing untuk menguasai wilayah yang subur dan strategis ini.

OhPedia Lainnya