Kritik terhadap Empirisme

16/10/2023, 15:11 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Kritik terhadap Empirisme
Ilustrasi empirisme
Table of contents
Editor: EGP

EMPIRISME adalah salah satu aliran pemikiran filosofis yang mendukung gagasan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sensoris. Namun, meskipun empirisme telah menjadi konsep yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, ia juga mendapatkan sejumlah kritik yang substansial dari para filosof dan sarjana lainnya. 

Kita akan menjelajahi kritik-kritik terhadap empirisme, dengan fokus pada dua aspek utama: batasan pengalaman sensoris dan pengetahuan yang tidak dapat diperoleh melalui pengalaman.

Batasan Pengalaman Sensoris

Salah satu kritik utama terhadap empirisme adalah batasan yang diberlakukan pada pengalaman sensoris sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Empirisme mengklaim bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan. 

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Namun, kritikus menyoroti bahwa ada banyak jenis pengetahuan yang sulit atau bahkan tidak mungkin diperoleh melalui pengalaman sensoris semata.

Sebagai contoh, pengetahuan matematis sering kali dianggap sebagai pengetahuan a priori, yang berarti pengetahuan yang tidak bergantung pada pengalaman. Seorang individu dapat memahami konsep-konsep matematika seperti bilangan prima atau teorema Pythagoras tanpa harus mengalami fenomena fisik yang terkait. 

Immanuel Kant, dalam karyanya yang terkenal, "Kritik of Pure Reason" (1781), berpendapat bahwa ada pengetahuan sintetis a priori, yang tidak bergantung pada pengalaman tetapi tetap benar dan memiliki nilai pengetahuan yang tinggi.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Pengetahuan yang Tidak Dapat Diperoleh Melalui Pengalaman

Kritik terhadap empirisme juga mengemukakan bahwa ada jenis pengetahuan yang tidak dapat diperoleh melalui pengalaman karena sifatnya yang abstrak atau konseptual. Ini termasuk pengetahuan tentang prinsip-prinsip logika, moralitas, dan konsep-konsep universal.

Misalnya, gagasan tentang hak asasi manusia atau konsep abstrak seperti keadilan mungkin sulit dijelaskan hanya melalui pengalaman sensoris. Sebuah pandangan filosofis seperti utilitarianisme, yang mengklaim bahwa tindakan yang benar adalah yang menghasilkan kebahagiaan terbesar untuk jumlah orang yang paling besar, tidak dapat dibuktikan atau diuji melalui pengalaman indrawi semata.

Para filsuf seperti Immanuel Kant dan Gottfried Wilhelm Leibniz menyatakan bahwa ada struktur pengetahuan yang berasal dari akal budi manusia yang tidak tergantung pada pengalaman empiris. Mereka berpendapat bahwa ada "kategori-kategori" atau struktur konseptual bawaan dalam pikiran manusia yang membentuk cara kita memahami dunia, dan ini tidak sepenuhnya bergantung pada pengalaman empiris.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Dengan demikian, kritik terhadap empirisme mengajukan pertanyaan yang penting tentang batasan dan keterbatasan aliran pemikiran ini. Meskipun empirisme telah memberikan kontribusi berharga dalam pemahaman kita tentang pengetahuan, kritik-kritik ini memicu perdebatan filosofis yang berkelanjutan tentang sumber-sumber pengetahuan yang lebih luas dan kompleks. 

Empirisme tetap menjadi landasan penting dalam filsafat, tetapi pemahaman kita tentang sumber-sumber pengetahuan telah berkembang seiring waktu dengan kontribusi berbagai aliran pemikiran filosofis lainnya.

OhPedia Lainnya