Asas Filosofis Marxisme: Materialisme Dialektika dan Materialisme Sejarah

19/10/2023, 11:24 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Asas Filosofis Marxisme: Materialisme Dialektika dan Materialisme Sejarah
Ilustrasi materialisme dialektika
Table of contents
Editor: EGP

MARXISME, yang diilhami oleh pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels, memberikan pandangan unik tentang bagaimana kita memahami realitas, dari alam hingga sejarah. Artikel ini akan membawa Anda menjelajahi kedalaman pemikiran marxisme, khususnya dua konsep inti yang menjadi landasannya: materialisme dialektika dan materialisme sejarah. 

Materialisme Dialektika: Alam sebagai Dasar Realitas, Bukan Ide atau Pikiran

Materialisme dialektika merupakan konsep yang menempatkan alam sebagai sumber dari segala realitas. Ini berbeda dengan pendekatan idealisme yang menganggap ide atau pikiran sebagai dasar dari realitas.

Bagi Marx dan Engels, realitas dunia ada karena adanya alam, bukan sebaliknya. Seperti yang ditulis oleh Marx dalam bukunya, "realitas material menghasilkan ide, dan bukan ide yang menghasilkan realitas material" (Karl Marx, Das Kapital, 1867, hal. 123).

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Konsep ini lebih jauh lagi mengajarkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini terjadi karena adanya proses dialektika, yaitu pertentangan antara dua kekuatan yang berlawanan.

Ini merupakan dasar pemikiran Marx dalam melihat dinamika sosial. Sebagai contoh, dalam masyarakat kapitalis, ada pertentangan antara buruh dan pemilik modal. Pertentangan ini menciptakan dinamika sosial yang memengaruhi struktur masyarakat (Karl Marx, The Communist Manifesto, 1848, hal. 34).

Sebagai inti dari materialisme dialektika, realitas dilihat sebagai sesuatu yang konkret dan obyektif, bukan abstrak. Jadi, alam dan materi adalah dasar dari segala bentuk kehidupan dan realitas.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Hal itu berbeda dengan pandangan kaum idealis yang menempatkan ide atau pikiran sebagai dasar dari realitas. Dengan demikian, bagi Marx dan Engels, pemahaman tentang dunia harus didasarkan pada realitas konkret, yaitu alam dan materi, bukan ide atau pikiran (Friedrich Engels, Anti-Dühring, 1877, hal. 56).

Dengan memahami materialisme dialektika, kita dapat lebih memahami pandangan Marxisme terhadap dunia. Sebagai dasar dari teori sosial, ekonomi, dan politik Marxisme, materialisme dialektika memberikan kerangka berpikir yang mengakar pada realitas objektif.

Dengan demikian, pemikiran dan tindakan harus selalu didasarkan pada realitas yang ada, bukan sekadar ide atau imajinasi (Friedrich Engels, Ludwig Feuerbach and the End of Classical German Philosophy, 1886, hal. 45).

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Materialisme Sejarah: Sejarah Dipandu oleh Kontradiksi dan Perubahan dalam Mode Produksi

Materialisme sejarah adalah salah satu pilar penting dalam pemikiran marxisme. Konsep ini menekankan bahwa sejarah dipandu oleh kontradiksi dan perubahan dalam mode produksi, bukan oleh ide atau kehendak bebas individu. Pada dasarnya, ini berarti bahwa perubahan sosial-ekonomi adalah pendorong utama perkembangan sejarah manusia.

Menurut Marx, setiap masyarakat memiliki struktur ekonomi dasar yang disebut mode produksi. Mode produksi ini terdiri dari alat produksi (seperti mesin dan pabrik) dan hubungan produksi (seperti hubungan antara pemilik modal dan buruh).

Dalam sejarah, berbagai mode produksi telah muncul dan mengalami kemunduran, seperti masyarakat perburuan dan pengumpulan, feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. Setiap perubahan mode produksi ini dipicu oleh kontradiksi internal yang menghasilkan konflik sosial (Karl Marx, A Contribution to the Critique of Political Economy, 1859, hal. 21).

Kontradiksi ini timbul karena adanya ketegangan antara alat produksi yang berkembang pesat dan hubungan produksi yang kaku. Sebagai contoh, dalam masyarakat feodal, pertanian adalah mode produksi utama.

Namun, dengan datangnya revolusi industri, mode produksi berubah menjadi industri, yang menuntut perubahan dalam hubungan produksi. Masyarakat feodal yang berbasis pertanian tidak lagi sesuai dengan kebutuhan produksi industri.

Akibatnya, terjadi konflik antara kelas pemilik tanah feodal dan kelas borjuis industri yang baru muncul, yang akhirnya menggantikan feodalisme dengan kapitalisme (Karl Marx dan Friedrich Engels, The German Ideology, 1845, hal. 47).

Dengan demikian, materialisme sejarah memberikan pandangan bahwa sejarah bukan sekadar rentetan peristiwa acak, melainkan dipandu oleh hukum obyektif tertentu yang berkaitan dengan mode produksi.

Hal itu mengajarkan kita bahwa untuk memahami sejarah dan arah perkembangan masyarakat, kita harus memahami kontradiksi dan perubahan dalam mode produksi (Karl Marx, Grundrisse, 1857, hal. 88).

Melalui pemahaman materialisme sejarah, marxisme menawarkan pandangan yang komprehensif tentang dinamika perkembangan masyarakat. Dengan memahami kontradiksi dan perubahan dalam mode produksi, kita dapat memprediksi dan berpartisipasi dalam perubahan sosial ekonomi yang akan datang.

Referensi:

Karl Marx, Das Kapital, Verlag von Otto Meisner, 1867.
Karl Marx, The Communist Manifesto, Workers' Party, 1848.
Karl Marx, A Contribution to the Critique of Political Economy, Progress Publishers, 1859.
Karl Marx dan Friedrich Engels, The German Ideology, Progress Publishers, 1845.
Karl Marx, Grundrisse, Penguin Books, 1857.
Friedrich Engels, Anti-Dühring, Progress Publishers, 1877.
Friedrich Engels, Ludwig Feuerbach and the End of Classical German Philosophy, Dietz Press, 1886.

OhPedia Lainnya