RASIONALISME, sebagai sebuah aliran pemikiran, menempatkan rasio atau akal sebagai sumber utama pengetahuan. Sebagai salah satu pilar penting dalam evolusi pemikiran Barat, rasionalisme memiliki akar yang mendalam dalam sejarah filsafat, khususnya dalam tradisi pemikiran Yunani Kuno.
Agar kita dapat memahami latar belakang dan pengaruh dari rasionalisme, penting bagi kita untuk melihat bagaimana pemikiran ini bermula dan bagaimana ia berkembang.
Berakar dalam pemikiran Yunani Kuno
Salah satu tokoh terpenting dalam tradisi rasionalisme adalah Plato, seorang filsuf Yunani Kuno yang hidup pada abad ke-4 SM. Karya-karyanya, khususnya dalam "Dialog-dialognya", mengajukan gagasan bahwa dunia sejati adalah dunia ide atau bentuk-bentuk yang abadi dan tak berubah, yang hanya dapat diakses melalui rasio (Copleston, F., A History of Philosophy, 1946).
Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya
Plato berpendapat bahwa dunia indrawi yang kita lihat dan alami adalah hanyalah bayangan atau refleksi dari dunia ide yang sebenarnya. Dengan kata lain, segala sesuatu yang kita lihat di dunia fisik ini memiliki suatu "bentuk" atau "ide" abadi di dunia ide.
Misalnya, kita semua memiliki gambaran tentang apa itu 'keadilan', meskipun kita mungkin melihat banyak contoh keadilan di dunia nyata. Ide 'keadilan' ini bersifat abadi dan tak berubah, sementara contoh-contoh keadilan di dunia nyata dapat bervariasi (Russell, B., A History of Western Philosophy, 1945).
Dalam pendekatannya, Plato menekankan pentingnya pendidikan dalam membangun rasio atau akal budi seseorang untuk mengenali dan memahami ide-ide atau bentuk-bentuk ini. Dia percaya bahwa hanya melalui pendekatan rasional dan filosofis, manusia dapat mencapai pengetahuan yang sejati dan mendalam.
Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme
Oleh karena itu, pendidikan, khususnya pendidikan filsafat, menjadi sangat penting dalam masyarakat ideal yang dijelaskan Plato dalam karyanya, "Republik" (Taylor, A. E., Plato: The Man and His Work, 1926,).
Pemikiran Plato mengenai dunia ide dan pentingnya rasio dalam mencapai pengetahuan sejati menjadi dasar bagi perkembangan rasionalisme di masa-masa berikutnya. Selain itu, konsep-konsep yang diperkenalkannya, seperti bentuk-bentuk atau ide-ide, terus memengaruhi filsafat dan pemikiran Barat selama berabad-abad, hingga era Renaisans dan masa-masa berikutnya.
Zaman Renaisans dan Zaman Pencerahan: Rasionalisme mencapai puncak popularitas
Zaman Renaisans, yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-17, melihat kembalinya minat pada pemikiran klasik Yunani dan Romawi. Filsafat dan seni dari masa lalu menjadi sumber inspirasi bagi para pemikir dan seniman Renaisans.
Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya
Di tengah-tengah periode ini, rasionalisme mulai mendapatkan momentum yang signifikan. Pemikiran-pemikiran dari masa Yunani Kuno, terutama Plato, ditemukan kembali dan dinilai ulang dalam konteks baru. Namun, bukan hanya pemikiran Plato yang berpengaruh; pemikiran Aristoteles dan pemikir-pemikir lain juga memberikan sumbangan penting (Garin, E., Renaissance Thought and the Arts, 1991).
Ketika kita memasuki Zaman Pencerahan di abad ke-18, rasionalisme benar-benar mencapai puncak popularitasnya. Pemikiran rasional dan ilmiah menjadi landasan utama perkembangan intelektual dan budaya.
Tokoh-tokoh seperti René Descartes, dengan klaim terkenalnya "Cogito, ergo sum" ("Aku berpikir, maka aku ada"), menekankan pentingnya metode skeptis dan analitis dalam mencari kebenaran (Descartes, R., Meditations on First Philosophy, 1641). Dengan demikian, rasionalisme menjadi fondasi dari revolusi ilmiah dan memberikan landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Zaman Pencerahan juga menjadi saksi bagaimana pemikiran rasionalis diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, dan sosial.
Filsuf-filsuf seperti John Locke dan Voltaire menekankan pentingnya hak asasi manusia, kebebasan berpikir, dan pentingnya akal budi dalam proses pembuatan keputusan (Israel, J. I., Radical Enlightenment: Philosophy and the Making of Modernity 1650-1750, 2001). Ini mencerminkan bagaimana rasionalisme telah menjadi bagian integral dari pandangan dunia modern.
Zaman Renaisans dan Zaman Pencerahan memainkan peran krusial dalam mendorong rasionalisme ke garis depan pemikiran Barat. Melalui kombinasi antara pemikiran klasik dan pendekatan inovatif, rasionalisme tidak hanya menjadi alat untuk mengejar pengetahuan tetapi juga alat untuk mereformasi masyarakat.