KETIKA membahas marxisme, dua konsep penting yang selalu muncul adalah infrastruktur dan suprastruktur. Dalam pemahaman sederhana, infrastruktur merujuk pada basis material masyarakat, sedangkan suprastruktur adalah lembaga-lembaga sosial, ideologi, dan budaya yang tumbuh di atas basis tersebut. Kedua konsep ini memainkan peran penting dalam analisis kelas sosial, perubahan sosial, dan dinamika kekuasaan dalam teori marxisme.
Infrastruktur: Mode Produksi yang Mendominasi
Infrastruktur, atau yang sering disebut sebagai "base", merujuk pada mode produksi yang mendominasi dalam masyarakat pada suatu waktu tertentu. Mode produksi ini mencakup hubungan produksi, yaitu hubungan antara kelompok-kelompok sosial dalam produksi barang dan jasa, dan alat produksi, seperti teknologi dan sumber daya. Secara khusus, ini menggambarkan bagaimana masyarakat memproduksi barang dan jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pada tahap tertentu dalam sejarah, mode produksi tertentu akan mendominasi. Sebagai contoh, dalam masyarakat feodal, tanah adalah sumber kekayaan utama dan hubungan produksi didominasi oleh hubungan antara tuan tanah feodal dan petani hamba. Di era kapitalisme, modal dan teknologi menjadi dominan, dengan hubungan produksi antara buruh dan pemilik modal (Marx, "Das Kapital", 1867).
Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya
Dalam pandangan Marx, konflik kelas muncul dari hubungan produksi ini. Kelas yang memiliki alat produksi (seperti tuan tanah atau pemilik modal) akan berusaha mempertahankan kekuasaannya, sementara kelas yang tidak memiliki (seperti petani hamba atau pekerja) akan berusaha untuk mengubah hubungan tersebut demi kepentingan mereka. Konflik ini mendorong perubahan sosial dan transisi ke mode produksi yang berbeda (Marx & Engels, "The Communist Manifesto", 1848).
Infrastruktur memengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat. Dari cara orang bekerja, bagaimana kekayaan didistribusikan, hingga struktur kekuasaan.
Suprastruktur: Institusi Sosial, Politik, dan Ideologi yang Dibangun di Atas Base
Suprastruktur adalah elemen yang tumbuh dan berkembang dari infrastruktur masyarakat. Jika infrastruktur adalah fondasi ekonomi dari masyarakat, maka suprastruktur mencerminkan bagian atas dari bangunan tersebut dalam bentuk institusi sosial, politik, dan ideologi. Dalam konteks marxisme, ini mencakup sistem hukum, lembaga pendidikan, institusi politik, agama, seni, dan media massa.
Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme
Lembaga-lembaga dalam suprastruktur memainkan peran krusial dalam mempertahankan dan melegitimasi hubungan produksi yang ada dalam infrastruktur. Sebagai contoh, sistem hukum dapat menciptakan dan menegakkan undang-undang yang mendukung kepentingan pemilik modal, sementara sistem pendidikan dapat mengajarkan nilai-nilai yang mendukung mode produksi dominan (Gramsci, "Prison Notebooks", 1935).
Agama juga bisa berfungsi sebagai alat untuk melegitimasi ketidaksetaraan kelas dengan mengajarkan konsep seperti penerimaan nasib atau janji pahala di akhirat.
Ideologi, sebagai bagian dari suprastruktur, juga sangat penting. Marx menggambarkannya sebagai serangkaian keyakinan dan nilai yang diadopsi oleh masyarakat yang, tanpa mereka sadari, mendukung kepentingan kelas dominan. Dalam kata-kata terkenal Marx, ideologi adalah "kamera obskura" dari kehidupan sosial, yang memutarbalikkan realitas dan menyembunyikan kontradiksi dan ketegangan dalam masyarakat (Marx & Engels, "The German Ideology", 1846).
Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya
Namun, meskipun suprastruktur cenderung mendukung infrastruktur, tidak berarti bahwa ia monolitis atau tidak berubah. Konflik dan perubahan dalam infrastruktur dapat menyebabkan perubahan dalam suprastruktur. Sebagai contoh, pergerakan hak sipil atau gerakan pekerja dapat memengaruhi perubahan dalam sistem hukum atau pendidikan.
Referensi:
Karl Marx, "Das Kapital", Verlag von Otto Meisner, 1867.
Karl Marx & Friedrich Engels, "The Communist Manifesto", Worker's Party Press, 1848.
Karl Marx, "A Contribution to the Critique of Political Economy", Franz Duncker, 1859.
Antonio Gramsci, "Prison Notebooks", International Publishers Co, 1935.
Karl Marx & Friedrich Engels, "The German Ideology", Progress Publishers, 1846.