Oligarki, Apa Arti dan Ciri-cirinya?

22/08/2023, 10:49 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Oligarki, Apa Arti dan Ciri-cirinya?
Ilustrasi sistem oligarki
Table of contents
Editor: EGP

OLIGARKI adalah salah satu bentuk pemerintahan yang dikuasai oleh segelintir orang atau kelompok kecil. Kekuasaan dalam sistem oligarki biasanya terkonsentrasi pada kelompok elite yang memiliki kekayaan, pengaruh sosial, kekuatan militer, atau kombinasi dari ketiganya. 

Kelompok ini membuat keputusan demi kepentingan mereka sendiri, sering kali mengabaikan kebutuhan dan keinginan mayoritas rakyat. 

Robert Dahl dalam bukunya "Who Governs?" (1961) mencatat bahwa dalam sejarah, banyak masyarakat yang dikuasai oleh oligarki, terutama ketika distribusi kekayaan dan pendidikan sangat tidak merata.

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Ciri-Ciri Oligarki

Oligarki, sebagai bentuk pemerintahan yang dikuasai oleh kelompok kecil, memiliki beberapa karakteristik khas yang membedakannya dari bentuk pemerintahan lainnya. 

Pertama, terdapat konsentrasi kekuasaan yang jelas. Kekuasaan, baik politik maupun ekonomi, cenderung berada di tangan sejumlah kecil individu atau kelompok. 

Kedua, kebijakan pemerintah cenderung menguntungkan kelompok elite tersebut, sering kali di atas kepentingan rakyat pada umumnya. Ini sering terlihat dalam bentuk kebijakan fiskal, regulasi, atau alokasi sumber daya negara.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Ketiga, ada hambatan yang signifikan bagi partisipasi politik dari rakyat biasa. Hal ini bisa dalam bentuk pemilihan yang tidak adil, pembatasan terhadap kebebasan berbicara, atau praktek korupsi yang sistematis. 

Keempat, oligarki seringkali didukung oleh institusi, baik itu militer, keagamaan, atau korporasi bisnis, yang memperkuat posisi mereka dan mempertahankan status quo. 

Kelima, ada ketiadaan transparansi dalam proses pengambilan keputusan. Dalam banyak kasus, keputusan penting dibuat di balik pintu tertutup, tanpa masukan atau pengawasan dari publik. 

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Sebagai referensi, Jeffrey A. Winters dalam bukunya "Oligarchy" (2011) menjelaskan bagaimana kekayaan dapat digunakan untuk mempengaruhi kebijakan dan mengukuhkan kekuasaan dalam bentuk pemerintahan oligarki.

Perbedaan Oligarki dengan Sistem Demokrasi

Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan di mana kekuasaan berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, warga negara memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan, biasanya melalui pemilihan umum.  Berbeda dengan oligarki, kepentingan publik menjadi pusat dalam demokrasi.

Menurut Alexis de Tocqueville dalam "Democracy in America" (1835), demokrasi cenderung mendorong partisipasi aktif warganya dan mempromosikan kesetaraan. Sebaliknya, oligarki menekankan kepentingan kelompok kecil.

Perbedaan Oligarki dengan Sistem Republik

Republik adalah bentuk pemerintahan di mana negara tersebut merupakan "harta bersama" rakyat, dan kepala negaranya dipilih oleh rakyat.

Meskipun republik sering kali dikaitkan dengan prinsip-prinsip demokratis, itu bukan berarti republik selalu demokratis.

Republik dapat memiliki karakteristik oligarkis jika keputusan dibuat oleh sekelompok kecil elite.

Sebagai contoh, James Madison dalam "The Federalist Papers" (1787-1788) menekankan pentingnya menjaga agar kepentingan minoritas tetap dilindungi dalam republik.

Perbedaan Oligarki dengan Rezim Otoriter

Rezim otoriter adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan berada di tangan seorang individu atau kelompok kecil yang memerintah tanpa konsentrasi dari rakyat. Meskipun oligarki dan rezim otoriter memiliki kemiripan dalam hal konsentrasi kekuasaan, yang membedakan keduanya adalah legitimasi dan cara mereka memperoleh kekuasaan.

Otoritarianisme sering kali didasari oleh kekuatan militer atau keagamaan. Sedangkan oligarki biasanya didasari oleh kekayaan atau status sosial.

Juan J. Linz dalam "Totalitarian and Authoritarian Regimes" (2000) mencatat bahwa rezim otoriter cenderung memiliki kontrol yang ketat atas kehidupan warga negaranya, sedangkan dalam oligarki kontrol tersebut bisa lebih longgar.

Referensi:

Robert Dahl, "Who Governs?", Yale University Press, 1961.
Alexis de Tocqueville, "Democracy in America", G.P. Putnam's Sons, 1835.
James Madison, "The Federalist Papers", J. & A. M'Lean, 1787-1788.
Juan J. Linz, "Totalitarian and Authoritarian Regimes", Lynne Rienner Publishers, 2000.
Jeffrey A. Winters, "Oligarchy", Cambridge University Press, 2011.

OhPedia Lainnya