Bagaimana Oligarki Bisa Menyusup ke Dalam Demokrasi

22/08/2023, 16:34 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Bagaimana Oligarki Bisa Menyusup ke Dalam Demokrasi
Para elite kekuasaan duduk untuk merencanakan konspirasi di ruangan penuh uang.
Table of contents
Editor: EGP

DEMOKRASI, dari kata Yunani demos yang berarti "rakyat" dan kratos yang berarti "kekuasaan", adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan ada di tangan rakyat. Rakyat berhak memilih wakil-wakil mereka dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. 

Sedangkan oligarki, berasal dari kata Yunani oligos yang berarti "beberapa" dan arkhe yang berarti "kekuasaan", adalah bentuk pemerintahan yang dikuasai oleh sekelompok kecil orang, yang biasanya memiliki kekayaan, status, atau pengaruh. 

Dalam demokrasi, kebebasan berbicara dan kebebasan pers kerap menjadi pilar penting. Sementara dalam oligarki, kekuasaan lebih terpusat, dan seringkali informasi lebih terbatas untuk publik.

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Meskipun keduanya terdengar bertolak belakang, kadang-kadang garis antara demokrasi dan oligarki bisa menjadi samar. Ada kalanya di balik layar demokrasi, sekelompok kecil individu memiliki pengaruh yang tidak proporsional. 

Ini terjadi ketika institusi demokratis mulai digerogoti oleh kepentingan-kepentingan tertentu.

Bagaimana Oligarki Bisa Muncul dan Eksis dalam Demokrasi

Situasi seperti itu bisa terjadi karena berbagai sebab. Salah satunya adalah ketika kekayaan dan kekuasaan terkonsentrasi di tangan segelintir orang saja. 

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Robert Dahl dalam "Polyarchy" (1971) menyoroti bahwa meskipun banyak negara mengklaim diri sebagai demokrasi, keberadaan oligarki bisa saja muncul di balik fasad demokratis tersebut.

Terkadang, oligarki dalam demokrasi muncul karena adanya dukungan dari media massa. Dalam bukunya "Manufacturing Consent" (1988), Edward S. Herman dan Noam Chomsky menggambarkan bagaimana media bisa digunakan oleh oligarki untuk membentuk opini publik, sehingga kebijakan yang menguntungkan mereka diterima dengan baik oleh masyarakat.

Selain itu, keberadaan lobi dan kontribusi kampanye yang besar juga memungkinkan keberadaan oligarki dalam demokrasi. Hal ini memungkinkan sekelompok kecil orang memiliki pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Dalam "Affluence and Influence" (2012), Martin Gilens menunjukkan bagaimana kebijakan seringkali lebih menguntungkan bagi kelompok berkepentingan dengan daya beli yang tinggi.

Ketidakseimbangan akses terhadap informasi juga memperkuat keberadaan oligarki dalam demokrasi. Saat individu atau kelompok memiliki kontrol terhadap informasi, mereka bisa memengaruhi opini publik dan kebijakan dengan cara yang menguntungkan bagi mereka.

Terakhir, pengaruh budaya juga menjadi faktor. Di beberapa masyarakat, kepercayaan bahwa sekelompok elite tertentu lebih pantas memimpin bisa mendominasi pemikiran masyarakat (Dahl, "Democracy and Its Critics", 1989).

Konsekuensi Oligarki dalam Demokrasi

Konsekuensinya, walaupun tampak seperti demokrasi berjalan dengan semestinya, kebijakan dan keputusan yang diambil bisa sangat dipengaruhi oleh kepentingan sekelompok kecil. Hal ini membatasi partisipasi dan pengaruh publik dalam proses demokrasi

Selain itu, kebijakan yang dihasilkan cenderung menguntungkan kelompok oligarki dan meninggalkan kepentingan masyarakat luas (Mills, "The Power Elite", 1956).

Bagaimana Mencegah Oligarki dalam Demokrasi

Mencegah oligarki mempengaruhi demokrasi bukanlah tugas yang mudah. Namun, beberapa langkah bisa diambil.

Transparansi dalam pendanaan Politik adalah kunci untuk mencegah pengaruh uang dalam politik. Selanjutnya, penguatan media independen bisa membantu memastikan informasi yang disampaikan kepada publik tidak bias.

Selain itu, pendidikan politik yang kuat bagi masyarakat adalah penting untuk memastikan mereka tidak mudah dipengaruhi oleh kelompok kepentingan (Schattschneider, "The Semisovereign People", 1960).

Kesimpulan

Oligarki dalam demokrasi bukanlah fenomena baru, dan ini adalah tantangan yang harus dihadapi oleh banyak negara di dunia. Meskipun demokrasi memiliki prinsip bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat, tetapi pada kenyataannya, ada saat-saat di mana kekuasaan tersebut dapat terkonsentrasi di tangan beberapa orang atau kelompok. 

Penting bagi kita untuk senantiasa menjaga dan memperkuat institusi demokratis agar tetap berfungsi dengan baik dan menghindari kemunculan oligarki.

OhPedia Lainnya