Memahami Paradigma Positivisme dan Perubahan Menuju Post-Positivisme

29/11/2023, 18:29 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Memahami Paradigma Positivisme dan Perubahan Menuju Post-Positivisme
Paradigma positivisme (midjourney)
Table of contents
Penulis: Nadya Paramitha
Editor: Nadya Paramitha

Paradigma positivisme telah lama menjadi pendekatan dominan dalam ilmu pengetahuan dan penelitian. Dikembangkan oleh Auguste Comte pada abad ke-19, paradigma ini menekankan pada pemahaman objektif dan fakta empiris. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul paradigma post-positivisme yang mencoba melampaui keterbatasan positivisme. Artikel ini akan membahas paradigma positivisme menurut para ahli, menjelaskan apa itu paradigma positivisme, dan menggali konsep paradigma post-positivisme.

Paradigma Positivisme Menurut Para Ahli

  1. Auguste Comte: Sebagai "bapak positivisme," Comte menyatakan bahwa pengetahuan ilmiah harus berdasarkan fakta empiris yang dapat diamati dan diukur. Ia meyakini bahwa manusia dapat mengungkap hukum-hukum umum dalam masyarakat dan alam dengan menggunakan metode ilmiah.

    Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

  2. Emile Durkheim: Durkheim, seorang sosiolog Prancis, melanjutkan ide positivisme Comte dalam bidang sosiologi. Ia menyatakan bahwa masyarakat dapat dipahami melalui analisis objektif dan pengukuran statistik untuk mengidentifikasi hukum sosial.

  3. John Stuart Mill: Mill memberikan kontribusi pada positivisme dengan membela metode ilmiah induktif dan pemikiran empiris. Ia menggarisbawahi pentingnya pengalaman dalam pembentukan pengetahuan dan menekankan bahwa fakta-fakta empiris harus menjadi dasar untuk menyusun teori.

Apa Itu Paradigma Positivisme?

Paradigma positivisme adalah pendekatan filosofis dan ilmiah yang menekankan pada observasi objektif dan fakta empiris sebagai dasar pengetahuan. Pemikiran ini meyakini bahwa realitas dapat dipahami melalui metode ilmiah yang rasional dan sistematis. Paradigma positivisme menolak spekulasi filosofis dan teori-teori abstrak yang tidak dapat diuji melalui observasi empiris.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Dalam konteks penelitian, pendekatan positivis menitikberatkan pada metode penelitian kuantitatif, pengumpulan data yang dapat diukur, dan analisis statistik. Tujuan utamanya adalah mengidentifikasi hukum-hukum umum yang dapat menjelaskan fenomena dengan cara yang obyektif dan netral.

Paradigma Post-Positivisme: Mengatasi Keterbatasan Positivisme

Meskipun positivisme memberikan kontribusi besar pada perkembangan ilmu pengetahuan, banyak kritik terhadap pendekatan ini. Paradigma post-positivisme muncul sebagai respons terhadap keterbatasan positivisme dan mencoba untuk melampaui batas-batasnya. Berikut adalah beberapa aspek kunci dari paradigma post-positivisme:

  1. Konstruktivisme: Paradigma post-positivisme cenderung mengadopsi pandangan konstruktivis, yang menekankan bahwa realitas sosial adalah konstruksi manusia. Artinya, pengetahuan tidak hanya ditemukan, tetapi juga dibangun oleh individu melalui interpretasi dan pemahaman.

    Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

  2. Kontekstualitas: Post-positivisme menekankan pentingnya konteks dalam memahami fenomena. Setiap situasi memiliki karakteristik unik yang memengaruhi interpretasi dan penafsiran. Oleh karena itu, peneliti post-positivis lebih cenderung memperhatikan faktor kontekstual dalam analisis mereka.

  3. Kritik terhadap Objektivitas Mutlak: Paradigma ini menantang gagasan objektivitas mutlak dalam penelitian. Post-positivis menyadari bahwa penelitian selalu dipengaruhi oleh posisi peneliti, nilai-nilai, dan pandangan dunia mereka. Oleh karena itu, keberadaan bias tidak dapat dihindari sepenuhnya.

  4. Pentingnya Teori dan Kerangka Konseptual: Post-positivisme mengakui peran penting teori dalam membentuk penelitian. Penelitian tidak hanya tentang mengumpulkan fakta, tetapi juga tentang menyusun naratif yang dapat menjelaskan dan memberikan makna terhadap fenomena.

Penggunaan Konsep Paradigma Post-Positivisme dalam Penelitian

  1. Penelitian Kualitatif: Post-positivisme sering terkait dengan penelitian kualitatif yang menekankan pemahaman mendalam terhadap fenomena. Metode penelitian ini melibatkan pengumpulan data deskriptif, wawancara, dan observasi yang memungkinkan peneliti mengeksplorasi kompleksitas konteks.

  2. Pentingnya Kerangka Konseptual: Penelitian post-positivis mengakui bahwa teori dan kerangka konseptual memiliki peran penting dalam merancang penelitian. Menggunakan teori membantu peneliti untuk memahami dan menginterpretasi temuan mereka.

  3. Analisis Kritis: Penelitian post-positif sering mencakup analisis kritis terhadap data dan teori yang digunakan. Peneliti tidak hanya berfokus pada temuan mereka tetapi juga mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pendekatan mereka.

Paradigma positivisme telah memberikan landasan yang kuat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, dengan adanya paradigma post-positivisme, kita dihadapkan pada pemahaman yang lebih kompleks dan kontekstual terhadap realitas sosial. Keduanya memiliki nilai dan batasannya sendiri, dan pemilihan antara keduanya tergantung pada tujuan penelitian dan pendekatan yang diinginkan oleh peneliti. Dengan memahami konsep paradigma positivisme dan post-positivisme, kita dapat mengembangkan penelitian yang lebih beragam, holistik, dan responsif terhadap kompleksitas dunia di sekitar kita.

OhPedia Lainnya