Metodologi Pengukuran IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

30/11/2023, 16:22 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Metodologi Pengukuran IPM (Indeks Pembangunan Manusia)
Ilustrasi pembangunan manusia (Midjourney)
Table of contents
Editor: EGP

INDEKS Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) merupakan alat ukur penting yang memberikan gambaran holistik tentang kualitas hidup dan potensi pembangunan di berbagai negara. Melalui pengukuran yang mempertimbangkan aspek kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, IPM menyajikan perspektif yang lebih luas dari sekadar pertumbuhan ekonomi. 

Artikel ini akan menyelidiki metodologi pengukuran IPM, termasuk pengumpulan data, formula perhitungan, serta pembaharuan dan perubahan dalam metodologinya. Tujuannya untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang bagaimana IPM diukur dan bagaimana metodologinya terus berkembang untuk mencerminkan kondisi global yang dinamis.

Pengumpulan Data dan Sumber

Pengumpulan data adalah tahapan kunci dalam mengukur IPM. Data yang dikumpulkan harus akurat, terkini, dan mencakup seluruh aspek yang relevan. Untuk mencapai hal ini, lembaga-lembaga seperti United Nations Development Programme (UNDP) seringkali mengandalkan data yang berasal dari survei pemerintah, lembaga statistik nasional, dan organisasi internasional.

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Data pendidikan, misalnya, meliputi tingkat melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sumber-sumber seperti UNESCO menyediakan data global tentang pendidikan yang sangat penting dalam menentukan nilai IPM sebuah negara. Menurut George Psacharopoulos dalam bukunya "Returns to Investment in Education: A Global Update" (1994), pendidikan memiliki peranan signifikan dalam pembangunan manusia dan ekonomi.

Di sisi lain, data kesehatan seperti angka harapan hidup saat lahir, yang menggambarkan akses dan kualitas layanan kesehatan, biasanya diambil dari data World Health Organization (WHO) dan laporan kesehatan nasional. Seperti yang dijelaskan oleh Amartya Sen dalam "Health: Perception versus Observation" (2002), kesehatan adalah komponen esensial yang mencerminkan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia.

Selanjutnya, komponen pendapatan atau standar hidup diukur melalui Gross National Income (GNI) per kapita. Data ini biasanya diperoleh dari World Bank atau International Monetary Fund (IMF). Seperti yang diuraikan oleh Joseph Stiglitz dalam "Measuring Economic Performance and Social Progress" (2009), GNI per kapita merupakan indikator penting yang mencerminkan kemampuan ekonomi dan akses sumber daya oleh penduduk sebuah negara.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Pengumpulan data ini tidak hanya membutuhkan akurasi tetapi juga kesinambungan. Hal ini menjamin bahwa nilai IPM yang dihasilkan adalah reflektif terhadap kondisi terkini suatu negara. Proses ini merupakan tantangan tersendiri, mengingat kondisi sosial dan ekonomi suatu negara bisa berubah dengan cepat.

Pengumpulan data dan sumber yang digunakan dalam mengukur IPM memainkan peran krusial dalam memberikan gambaran obyektif tentang pembangunan manusia di sebuah negara. Metodologi ini tidak hanya mengandalkan satu aspek, melainkan kombinasi dari berbagai faktor yang saling terkait, memberikan perspektif yang lebih luas dan mendalam tentang kualitas hidup dan potensi pembangunan manusia.

Formula Perhitungan IPM

Pemahaman tentang formula perhitungan IPM adalah kunci untuk mengapresiasi bagaimana angka-angka ini memberikan gambaran mengenai pembangunan manusia. IPM dihitung menggunakan tiga dimensi utama: kesehatan, pendidikan, dan standar hidup. Masing-masing dimensi ini memiliki indikatornya sendiri.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Pertama, kesehatan diukur dengan harapan hidup saat kelahiran. Formula ini menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang diharapkan untuk hidup oleh seorang individu yang lahir pada tahun tertentu, jika pola mortalitas saat ini tetap konstan sepanjang hidupnya. Indikator ini memberikan gambaran langsung tentang kesehatan masyarakat di suatu negara.

Kedua, pendidikan diukur melalui dua indikator: rata-rata lama sekolah bagi populasi dewasa dan harapan lama sekolah bagi anak-anak. Rata-rata lama sekolah dihitung berdasarkan jumlah tahun pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh populasi usia 25 tahun ke atas, sementara harapan lama sekolah diestimasi berdasarkan data saat ini mengenai pendaftaran di berbagai jenjang pendidikan.

Ketiga, standar hidup diukur dengan Gross National Income (GNI) per kapita. GNI per kapita dihitung dengan menyesuaikan pendapatan rata-rata per orang di suatu negara dengan paritas daya beli. Hal ini memungkinkan perbandingan yang lebih adil antar negara dengan kondisi ekonomi dan nilai mata uang yang berbeda.

Setelah mengumpulkan data untuk setiap indikator ini, nilai-nilai tersebut dinormalisasi pada skala 0 hingga 1. Setelah itu, nilai rata-rata dari ketiga dimensi ini dihitung untuk mendapatkan nilai IPM. Nilai IPM ini, yang berkisar antara 0 (sangat rendah) hingga 1 (sangat tinggi), memberikan gambaran holistik tentang pembangunan manusia di suatu negara.

Formula ini, yang dikembangkan oleh Mahbub ul Haq dan Amartya Sen, memungkinkan untuk perbandingan lintas negara yang bermakna, dan juga memberikan panduan bagi pembuat kebijakan dalam menargetkan area-area yang membutuhkan peningkatan. Dengan demikian, IPM berfungsi sebagai alat yang kuat untuk mendorong pembangunan yang lebih berfokus pada manusia, daripada sekadar pertumbuhan ekonomi.

Pembaharuan dan Perubahan Metodologi

Metodologi pengukuran IPM telah mengalami beberapa pembaharuan dan perubahan sejak pertama kali diperkenalkan. Perubahan ini penting untuk menjaga relevansi dan akurasi IPM dalam menggambarkan kondisi pembangunan manusia yang terus berkembang. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pembaharuan dan perubahan metodologi pengukuran IPM.

Salah satu perubahan signifikan adalah dalam cara menghitung komponen pendidikan. Pada awalnya, IPM mengukur pendidikan berdasarkan tingkat melek huruf dan jumlah rata-rata tahun pendidikan. Namun, dengan berjalannya waktu, UNDP mengubah indikator ini menjadi Rata-rata Lama Sekolah (MYS/Mean Years of Schooling) dan Lama Sekolah yang Diharapkan (EYS/Expected Years of Schooling) untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang akses dan kualitas pendidikan.

Perubahan lainnya adalah dalam perhitungan komponen pendapatan. Sebelumnya, IPM menggunakan Gross Domestic Product (GDP) per kapita sebagai indikator. Namun, seiring waktu, ini diganti dengan Gross National Income (GNI) per kapita. Alasannya, GNI dianggap lebih mencerminkan pendapatan rata-rata penduduk sebuah negara dan lebih relevan dalam konteks pembangunan manusia.

Terdapat juga upaya untuk membuat IPM lebih inklusif dan representatif terhadap berbagai aspek pembangunan manusia. Misalnya, UNDP telah mempertimbangkan untuk memasukkan indikator lain seperti kesetaraan gender dan keberlanjutan lingkungan. Walaupun indikator-indikator ini belum secara resmi menjadi bagian dari formula IPM, mereka merupakan area penelitian aktif dan bisa dimasukkan dalam perhitungan di masa depan.

Selain itu, UNDP secara berkala mengkaji ulang metodologi pengumpulan dan analisis data untuk memastikan bahwa IPM tetap relevan dan akurat. Hal ini termasuk mengadopsi teknologi baru dalam pengumpulan data dan menerapkan metode statistik yang lebih canggih.

Perubahan metodologi ini penting untuk mengakomodasi dinamika global yang terus berubah, serta untuk memastikan bahwa IPM tetap menjadi alat yang efektif dan relevan dalam mengukur dan membandingkan pembangunan manusia di berbagai negara. Perubahan ini mencerminkan komitmen UNDP dan komunitas internasional untuk terus meningkatkan cara kita mengukur dan memahami aspek-aspek kunci dari pembangunan manusia.

OhPedia Lainnya