Apa Saja Dampak Fasisme

28/08/2023, 09:24 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Apa Saja Dampak Fasisme
Ilustrasi fasisme
Table of contents
Editor: EGP

FASISME, sebuah ideologi yang memadukan nasionalisme radikal dengan totaliterianisme, telah memberikan pengaruh yang mendalam pada abad ke-20, terutama di Eropa. Gema dari fasisme masih bisa kita rasakan hingga hari ini. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas dampak fasisme, khususnya pada aspek internasional, penderitaan yang disebabkan oleh kekerasan fasistis, serta upaya-upaya yang dilakukan untuk mempertanggungjawabkan kejahatan yang telah dilakukan oleh rezim fasistis.

Konsekuensi pada Tingkat Internasional

Pada pertengahan abad ke-20, fasisme memainkan peran penting dalam menyulut api Perang Dunia II. Negara-negara dengan pemerintahan yang fasistis, seperti Italia dan Jerman, memiliki ambisi ekspansi teritorial yang mengakibatkan konflik dengan negara-negara tetangga.

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Benito Mussolini dari Italia, misalnya, bermimpi membangkitkan kejayaan Kekaisaran Romawi dengan menaklukkan wilayah-wilayah tetangga (Ian Kershaw, "Hitler, 1889-1936: Hubris", 1998).

Keinginan untuk menguasai sumber daya dan memperkuat ekonomi nasional menyebabkan negara-negara fasistis melakukan invasi ke berbagai belahan dunia.

Akibatnya, aliansi militer dibentuk sebagai respons terhadap ancaman fasisme, memicu ketegangan geopolitik yang sangat tinggi.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Fasisme juga memicu perlombaan persenjataan, khususnya di antara kekuatan besar Eropa (Robert O. Paxton, "The Anatomy of Fascism", 2004).

Penderitaan dan Kekerasan akibat Fasisme

Di balik semangat nasionalismenya, fasisme seringkali menjadi sumber kebrutalan dan kekerasan yang tak terkira. Jerman Nazi, di bawah kepemimpinan Adolf Hitler, melaksanakan pemusnahan massal terhadap Yahudi, dikenal dengan Holocaust.

Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang mengerikan, dengan jutaan korban jiwa (Timothy Snyder, "Bloodlands: Europe Between Hitler and Stalin", 2010).

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Selain itu, fasisme memiliki ciri khas dalam memaksakan kehendaknya melalui kekerasan dan intimidasi. Organisasi paramiliter, seperti SA di Jerman dan Blackshirts di Italia, berfungsi sebagai alat penekan oposisi.

Mereka melakukan penangkapan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap siapa saja yang dianggap musuh rezim. Banyak intelektual, jurnalis, dan aktivis politik yang menjadi korban kebrutalan fasisme (Stanley G. Payne, "A History of Fascism, 1914-1945", 1995).

Pada tingkat masyarakat, fasisme menciptakan atmosfer ketakutan dan kecurigaan. Propaganda yang masif dan kontinu dipakai untuk mencuci otak masyarakat. Setiap individu didorong untuk memata-matai tetangganya sendiri, menciptakan budaya laporan dan pengkhianatan.

Selain itu, kebijakan rasialis dan diskriminatif fasisme mengakibatkan pengucilan dan penderitaan bagi kelompok-kelompok tertentu, termasuk mereka yang memiliki asal etnis, agama, atau orientasi seksual yang berbeda (Sarah Churchwell, "Behold, America: The Entangled History of America First and the American Dream", 2018).

Nuremberg Trials dan Kejahatan Perang

Pasca Perang Dunia II, komunitas internasional berkomitmen untuk memastikan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh rezim Nazi selama perang mendapat hukuman yang pantas.

Nuremberg Trials, yang berlangsung antara 1945 hingga 1946, adalah serangkaian pengadilan militer internasional yang menuntut pemimpin Nazi atas kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan konspirasi untuk melakukan keduanya (Bradley F. Smith, "Reaching Judgment at Nuremberg", 1977).

Pengadilan ini tidak hanya fokus pada perbuatan individu, tetapi juga pada organisasi-organisasi Nazi seperti Gestapo, SS, dan NSDAP. Keputusan dari pengadilan ini menghasilkan banyak hukuman mati, penjara seumur hidup, dan hukuman lainnya bagi para terdakwa.

Proses ini penting karena menetapkan preseden bahwa individu-individu yang bertindak atas nama negara tetap bertanggung jawab atas tindakan mereka dan dapat diadili di pengadilan internasional (Michael R. Marrus, "The Nuremberg War Crimes Trial, 1945-46", 1997).

Akhir Fasisme dan Pembubaran Gerakan

Seiring dengan berakhirnya Perang Dunia II, kekuatan fasistis di Eropa mulai runtuh. Jerman Nazi dikalahkan sekutu, sementara rezim Mussolini di Italia tumbang di tangan pemberontak domestik.

Pemimpin yang fasistis, termasuk Hitler dan Mussolini, menghadapi akhir yang tragis, baik melalui bunuh diri atau eksekusi (Richard Bessel, "Fascist Italy and Nazi Germany: Comparisons and Contrasts", 1996).

Meski demikian, gagasan fasisme tidak sepenuhnya hilang dari muka bumi. Sisa-sisa pemikiran dan kelompok pendukung fasisme masih muncul di beberapa negara pasca-perang.

Namun, stigma atas kebrutalan dan kejahatan yang dilakukan oleh rezim fasistis selama perang membuat ideologi ini kesulitan mendapatkan dukungan yang luas.

Kondemnasi global atas aksi-aksi fasistis berfungsi sebagai pengingat tentang bahaya yang dapat ditimbulkan oleh ekstremisme politik dan nasionalisme sempit (Zeev Sternhell, "The Birth of Fascist Ideology", 1994).


Referensi:

Ian Kershaw. "Hitler, 1889-1936: Hubris". W.W. Norton & Company, 1998.
Robert O. Paxton. "The Anatomy of Fascism". Vintage Books, 2004.
Timothy Snyder. "Bloodlands: Europe Between Hitler and Stalin". Basic Books, 2010.
Stanley G. Payne. "A History of Fascism, 1914-1945". University of Wisconsin Press, 1995.
Sarah Churchwell. "Behold, America: The Entangled History of America First and the American Dream". Basic Books, 2018.
Bradley F. Smith. "Reaching Judgment at Nuremberg". Basic Books, 1977.
Michael R. Marrus. "The Nuremberg War Crimes Trial, 1945-46". Bedford/St. Martin's, 1997.
Richard Bessel. "Fascist Italy and Nazi Germany: Comparisons and Contrasts". Cambridge University Press, 1996.
Zeev Sternhell. "The Birth of Fascist Ideology". Princeton University Press, 1994.

OhPedia Lainnya