NATAL, hari yang diperingati sebagai kelahiran Yesus Kristus, telah menjadi salah satu hari raya paling penting dalam kalender Kristen dan dirayakan secara luas di berbagai budaya di seluruh dunia. Tetapi, tahukah Anda mengapa Natal dirayakan pada tanggal 25 Desember? Mari kita telusuri asal-usul penetapan tanggal ini.
Asal-Usul Tanggal 25 Desember
Tidak ada catatan pasti mengenai tanggal kelahiran Yesus Kristus dalam kitab suci. Namun, pada abad ke-4 Masehi, tanggal 25 Desember dipilih oleh Gereja Katolik Roma sebagai hari perayaan Natal.
Alasan pasti di balik keputusan ini masih diperdebatkan para sejarawan. Sejumlah teori bermunculan. Teori-teori itu menyatakan, penetapan tanggal tidak hanya didasarkan pada pertimbangan teologis, tetapi juga melibatkan pertimbangan politis dan budaya.
Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya
Ada yang berpendapat, penetapan tanggal itu disebut tidak lepas dari upaya gereja untuk mengkristenkan perayaan pagan yang ada saat itu, salah satunya adalah Saturnalia, sebuah festival Romawi untuk menghormati dewa Saturnus yang dirayakan dengan penuh kegembiraan dan pemberian hadiah.
Saturnalia biasanya dimulai pada 17 Desember dan berlanjut hingga 23 Desember, meskipun beberapa sumber mengindikasikan bahwa beberapa varian Saturnalia bisa berlangsung hingga akhir Desember. Ini adalah waktu yang penuh kegembiraan dan dianggap sebagai waktu liburan besar dalam kalender Romawi.
Saat Saturnalia ada pesta, pemberian hadiah, dekorasi rumah, dan ada makanan khusus. Selama Saturnalia, orang Romawi melupakan masalah dan kesulitan hidup sehari-hari dan merayakan keramahan, persahabatan, dan kebahagiaan bersama-sama.
Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme
Namun, ada teori sejarah dan teologis yang mengusulkan bahwa tanggal kelahiran Yesus dapat dihitung dengan menambahkan sembilan bulan ke depan dari tanggal Paskah. Ide ini berasal dari keyakinan bahwa Yesus lahir pada saat yang sangat penting dalam tradisi Yahudi, yang secara simbolis terkait dengan Paskah Yahudi.
Paskah adalah salah satu perayaan utama dalam kalender Yahudi yang memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir kuno. Paskah Yahudi jatuh pada tanggal yang bervariasi setiap tahun dalam kalender Gregorian, tetapi dalam kalender Yahudi (Kalender Ibrani), Paskah selalu jatuh pada tanggal yang sama, yaitu tanggal 14 Nisan.
Menurut pandangan ini, konsepsi Yesus, atau saat Roh Kudus menyatakan Yesus dalam rahim Maria, diyakini terjadi pada atau sekitar saat Paskah. Oleh karena itu, tanggal ini dianggap sebagai saat Yesus "dikonsepsi".
Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya
Dengan asumsi bahwa kehamilan normal berlangsung selama sembilan bulan, maka tanggal kelahiran Yesus dihitung dengan menambahkan sembilan bulan ke depan dari tanggal Paskah. Ini akan menghasilkan tanggal kelahiran yang sekitar tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian. Pandangan ini diperkuat oleh Andrew McGowan dalam bukunya "Ascetic Eucharists: Food and Drink in Early Christian Ritual Meals" (1999).
Teori yang lain menyatakan bahwa penetapan tanggal 25 Desember juga dapat dilihat sebagai simbolisme. Dalam budaya Romawi kuno, tanggal ini bertepatan dengan Sol Invictus, atau "hari kelahiran matahari yang tak terkalahkan." Bagi umat Kristen, Yesus dianggap sebagai "Cahaya Dunia" dan tanggal ini secara simbolis dianggap sesuai untuk merayakan kelahirannya.
Selain alasan-alasan di atas, beberapa ahli berpendapat bahwa tidak ada motif politik atau teologis tertentu di balik pemilihan tanggal ini. Menurut Susan K. Roll dalam bukunya "Towards the Origin of Christmas" (1995), tanggal 25 Desember mungkin dipilih hanya karena gereja ingin menetapkan satu tanggal tertentu untuk merayakan hari yang penting ini, tanpa adanya kaitan langsung dengan festival pagan atau simbolisme matahari.
Dengan demikian, pemilihan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal adalah hasil dari kombinasi tradisi, interpretasi teologis, dan mungkin juga kebetulan kalender. Meskipun alasan pastinya masih menjadi subyek perdebatan di kalangan para sejarawan dan teolog, yang jelas adalah bahwa tanggal ini telah menjadi bagian penting dari perayaan Natal selama berabad-abad.
Pengaruh dan Penyebaran
Setelah tanggal 25 Desember dipilih sebagai hari perayaan Natal, perayaan ini mulai menyebar dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam sejarah dan budaya.
Keputusan Gereja Katolik Roma untuk merayakan Natal pada tanggal 25 Desember akhirnya diterima dan atau diikuti oleh berbagai aliran Kristen di seluruh dunia. Natal menjadi salah satu hari raya utama dalam kalender liturgi Kristen, di mana umat Kristen berkumpul untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus. Upacara keagamaan seperti Misa Tengah Malam dan ibadah Natal menjadi bagian integral dari perayaan ini.
Perayaan Natal dengan tanggal 25 Desember tidak hanya berdampak dalam gereja, tetapi juga menyebar ke berbagai negara dan budaya di seluruh dunia. Namun, cara perayaan Natal bisa sangat berbeda di berbagai tempat.
Di banyak negara, Natal menjadi waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan teman-teman, berbagi hadiah, dan menikmati hidangan khas Natal. Banyak negara juga memiliki tradisi khusus yang terkait dengan Natal, seperti pohon Natal, hiasan, dan lagu-lagu Natal yang dinyanyikan secara tradisional.
Selama proses penyebaran, perayaan Natal sering kali mengalami adaptasi dalam budaya lokal. Misalnya, di beberapa negara, karakter seperti Santa Claus atau Ded Moroz (Kakek Salju) di Rusia menjadi tokoh sentral dalam perayaan Natal. Mereka membawa hadiah kepada anak-anak dan memiliki cerita-cerita yang berbeda-beda sesuai dengan budaya setempat.
Selain itu, Natal juga sering mengintegrasikan tradisi lokal dalam perayaannya. Misalnya, di Filipina, Simbang Gabi adalah serangkaian misa pagi yang dimulai pada tanggal 16 Desember dan berlangsung hingga Natal. Di Spanyol, La Nochebuena adalah malam yang diisi dengan makan malam keluarga dan pemberian hadiah.
Jadi, pengaruh dan penyebaran perayaan Natal pada tanggal 25 Desember telah menciptakan keragaman budaya yang kaya dalam cara orang merayakan kelahiran Yesus Kristus di seluruh dunia. Meskipun ada perbedaan dalam tradisi dan cara perayaan, semangat persaudaraan, kasih, dan kebahagiaan tetap menjadi inti dari perayaan Natal di mana pun di dunia ini.