Prinsip-Prinsip Dasar Neoliberalisme

10/09/2023, 11:49 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Prinsip-Prinsip Dasar Neoliberalisme
Ilustrasi Pasar Bebas
Table of contents
Editor: EGP

NEOLIBERALISME merupakan sebuah konsep ekonomi dan sosial yang menekankan pada pentingnya pasar bebas, deregulasi, serta penarikan diri pemerintah dari banyak aspek ekonomi (Harvey, "A Brief History of Neoliberalism", 2005, hal. 2). Dengan kata lain, neoliberalisme mengedepankan mekanisme pasar sebagai solusi optimal untuk berbagai masalah ekonomi dan sosial. 

Walaupun terdengar baru, sebenarnya konsep ini mulai populer sejak tahun 1970-an, khususnya di negara-negara Barat sebagai respons terhadap krisis ekonomi pada masa itu. Meskipun istilah "neoliberalisme" seringkali dihubungkan dengan ekonomi, namun dampak dan pengaruhnya dapat ditemui dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Prinsip-prinsip Dasar Neoliberalisme

Ada beberapa prinsip dasar yang dipegang teguh oleh penganut neoliberalisme

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Pertama, pasar bebas dan efisiensi. Salah satu pilar utama neoliberalisme adalah keyakinan bahwa pasar bebas adalah mekanisme paling efisien dalam mengalokasikan sumber daya. Dalam konteks ini, "pasar bebas" berarti pasar di mana harganya ditentukan oleh hukum permintaan dan penawaran, tanpa intervensi atau regulasi dari pemerintah. 

Menurut Milton Friedman dalam bukunya "Capitalism and Freedom" (1962, hal. 13), mekanisme pasar akan memastikan bahwa sumber daya dialokasikan ke tempat di mana mereka paling bernilai. Dengan kata lain, jika sebuah barang atau jasa sangat diminati oleh masyarakat, mekanisme pasar akan memastikan bahwa barang atau jasa tersebut diproduksi dalam jumlah yang cukup.

Kedua, deregulasi. Neoliberalisme juga sangat mendorong pengurangan regulasi yang diterapkan oleh pemerintah terhadap bisnis dan industri. Menurut pandangan neoliberal, regulasi sering kali berfungsi sebagai hambatan terhadap inovasi dan efisiensi.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Deregulasi, atau penurunan tingkat intervensi pemerintah dalam ekonomi, dianggap dapat membebaskan perusahaan untuk berinovasi, bersaing, dan dengan demikian menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Namun, ini juga adalah area yang penuh kontroversi. Deregulasi di sektor finansial, misalnya, telah dikaitkan dengan krisis finansial seperti yang terjadi pada tahun 2008.

Ketiga, privatisasi. Neoliberalisme menekankan pada pentingnya privatisasi, atau penyerahan aset dan layanan publik dari pemerintah ke sektor swasta.

Menurut neoliberalisme, sektor swasta biasanya lebih efisien dalam mengelola aset ini dibandingkan pemerintah. Ini terutama karena perusahaan beroperasi dengan tujuan untuk mencari keuntungan, dan ini mendorong mereka untuk beroperasi seefisien mungkin. Privatisasi telah banyak diaplikasikan di berbagai negara, mulai dari penyediaan air hingga transportasi publik, dan hasilnya bervariasi.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Keempat, pengurangan program kesejahteraan sosial. Dalam banyak kasus, neoliberalisme juga mendorong pengurangan atau restrukturisasi program kesejahteraan sosial.

Kepercayaan dasarnya adalah bahwa pasar bebas dan perusahaan swasta akan menciptakan lapangan kerja dan kekayaan, sehingga meminimalkan kebutuhan akan bantuan pemerintah. Menurut penganut neoliberalisme, program kesejahteraan sosial bisa membuat orang menjadi 'malas' dan kurang termotivasi untuk bekerja, sehingga menghambat efisiensi ekonomi.

Dengan memahami prinsip-prinsip ini, kita bisa lebih memahami bagaimana neoliberalisme telah memengaruhi kebijakan publik dan debat intelektual selama beberapa dekade terakhir.

Kritik dan Kontroversi Seputar Neoliberalisme

Neoliberalisme, meskipun memiliki banyak penganut, telah menjadi subyek dari berbagai kritik dan kontroversi sepanjang waktu. Elemen-elemen inti dari neoliberalisme sering kali diperdebatkan, dan kritiknya merentang dari aspek ekonomi hingga dampak sosialnya.

Berikut ini adalah eksplorasi yang lebih mendalam tentang kritik utama terhadap neoliberalisme:

Kesenjangan Sosial dan Ekonomi. Salah satu kritik terkuat terhadap neoliberalisme adalah bahwa pendekatannya cenderung menciptakan kesenjangan sosial dan ekonomi yang lebih besar. Sementara pasar bebas dan deregulasi mungkin menguntungkan perusahaan dan individu yang sudah memiliki sumber daya, mereka sering kali meninggalkan kelompok-kelompok rentan tanpa jaring pengaman yang memadai.

Seperti yang dijelaskan oleh Joseph Stiglitz dalam "Globalization and Its Discontents" (2002, hal. 89), pasar bebas sering kali mengonsentrasikan kekayaan dan kekuasaan di tangan segelintir individu atau korporasi.

Dampak Lingkungan. Deregulasi dan penekanan pada pertumbuhan ekonomi tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan sering kali dikaitkan dengan kerusakan ekologi dan krisis lingkungan.

Kritikus berpendapat bahwa tanpa regulasi yang memadai, perusahaan tidak memiliki insentif untuk bertindak secara berkelanjutan atau melindungi lingkungan. Ini dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang yang akan mempengaruhi generasi mendatang.

Eksploitasi Pekerja. Kritikus neoliberalisme sering menunjukkan bagaimana deregulasi pasar tenaga kerja dapat mengarah pada eksploitasi pekerja. Tanpa standar kerja yang memadai atau perlindungan bagi pekerja, perusahaan mungkin memotong biaya dengan cara yang merugikan kesejahteraan dan hak-hak pekerja. Ini mencakup upah rendah, kondisi kerja yang tidak aman, dan ketiadaan hak-hak berserikat.

Erosi Hak Asasi Manusia dan Demokrasi. Dalam beberapa kasus, kebijakan neoliberal telah dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia dan erosi demokrasi. Privatisasi sektor-sektor tertentu, seperti penjara, dapat menghasilkan insentif yang salah, di mana laba diletakkan di atas hak-hak individu.

Selain itu, keberpihakan neoliberalisme terhadap korporasi dan kepentingan bisnis dapat mengurangi daya tawar masyarakat sipil dan mengurangi partisipasi demokratis.

Krisis Finansial. Beberapa kritikus berpendapat bahwa kebijakan neoliberal, khususnya deregulasi di sektor finansial, telah menjadi penyebab utama dari beberapa krisis finansial global, termasuk krisis tahun 2008. Mereka berpendapat bahwa tanpa pengawasan yang memadai, sektor finansial cenderung mengambil risiko berlebihan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kerugian besar bagi ekonomi secara keseluruhan.

Melihat kritik-kritik ini, menjadi jelas bahwa sementara neoliberalisme mungkin menawarkan solusi untuk beberapa masalah ekonomi, pendekatan ini tidak tanpa masalah. Sebagai paradigma ekonomi dan politik, ia tetap kontroversial dan menjadi pusat perdebatan intelektual dan kebijakan publik.

Referensi:

Harvey, David. "A Brief History of Neoliberalism". Oxford University Press, 2005.
Friedman, Milton. "Capitalism and Freedom". University of Chicago Press, 1962.
Stiglitz, Joseph. "Globalization and Its Discontents". W. W. Norton & Company, 2002.

OhPedia Lainnya