LIBERALISME, sebagai suatu ideologi politik dan ekonomi, memprioritaskan kebebasan individu, hak-hak pribadi, dan pasar bebas. Namun, tidak semua pandangan sepakat dengan prinsip-prinsip ini. Beberapa pendekatan kritis telah muncul dari berbagai perspektif, seperti dari kaum konservatif, sosialis atau marxis, dan komunitarian.
Di bawa ini adalah beberapa kritik untuk bisa mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang liberalisme.
Dari Perspektif Konservatif
Kaum konservatif sering mengkritik liberalisme karena dianggap terlalu mengedepankan kebebasan individu tanpa mempertimbangkan tatanan sosial yang ada. Menurut mereka, terlalu banyak kebebasan dapat menyebabkan kerusakan pada nilai-nilai tradisional dan mengancam koherensi masyarakat.
Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya
Edmund Burke, misalnya, dalam bukunya Reflections on the Revolution in France, (1790, hal.53) berpendapat bahwa tradisi dan kebiasaan sosial memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas sosial.
Kritik lain dari perspektif konservatif adalah bahwa liberalisme cenderung melihat individu sebagai entitas yang terlepas dari komunitasnya. Ini dapat mengabaikan pentingnya institusi sosial seperti keluarga, gereja, dan komunitas dalam membentuk karakter individu (Roger Scruton, The Meaning of Conservatism, 1980, hal. 89).
Kaum konservatif juga sering menuding liberalisme sebagai penyebab dekadensi moral dan kemunduran etika publik. Mereka berpendapat bahwa ketiadaan batasan moral dapat mengarah pada nihilisme dan kerusakan tatanan sosial (Russell Kirk, The Conservative Mind, 1953, p.72).
Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme
Dari Perspektif Sosialis atau Marxis
Kaum sosialis dan marxis mengkritik liberalisme dari sudut pandang ekonomi. Mereka berpendapat bahwa liberalisme, dengan penekanannya pada pasar bebas, memperkuat ketidaksetaraan dan eksploitasi.
Karl Marx dalam The Communist Manifesto (1848, hal. 23) berpendapat bahwa liberalisme ekonomi menciptakan kelas buruh yang dieksploitasi oleh kapitalis.
Kritik lain adalah bahwa liberalisme memfasilitasi akumulasi kekayaan oleh segelintir orang, sementara mayoritas lainnya hidup dalam kemiskinan. Dalam perspektif ini, kebebasan yang diberikan oleh liberalisme hanyalah ilusi karena mayoritas orang tidak memiliki akses yang sama terhadap sumber daya (Rosa Luxemburg, Reform or Revolution, 1900, hal. 15).
Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya
Liberalisme juga dikritik karena dianggap hanya memfokuskan pada hak-hak individu dan mengabaikan kesejahteraan kolektif. Kaum sosialis dan marxis berpendapat bahwa masyarakat harus bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama, bukan hanya fokus pada kepentingan pribadi (Vladimir Lenin, State and Revolution, 1917, hal.47).
Dari Perspektif Komunitarianisme
Komunitarianisme menekankan pentingnya komunitas dalam kehidupan individu. Dari perspektif ini, liberalisme terlalu menekankan pada hak-hak individu dan mengabaikan kesejahteraan komunal.
Michael Sandel dalam Liberalism and the Limits of Justice (1982, hal. 67) berpendapat bahwa identitas kita terbentuk oleh komunitas kita dan tidak bisa dipisahkan darinya.
Komunitarianisme juga berpendapat bahwa keputusan politik harus didasarkan pada apa yang terbaik untuk komunitas, bukan hanya pada hak-hak individu. Mereka menekankan pentingnya dialog antar anggota komunitas dalam menentukan kebijakan (Amitai Etzioni, The Spirit of Community, 1993, hal. 32).
Kritik lain dari komunitarianisme adalah bahwa liberalisme cenderung mempromosikan individualisme yang berlebihan, yang pada akhirnya dapat melemahkan ikatan sosial dan mengurangi rasa tanggung jawab terhadap komunitas (Charles Taylor, Sources of the Self, 1989, hal. 508).
Referensi:
Edmund Burke, Reflections on the Revolution in France, Penguin Classics, 1790.
Roger Scruton, The Meaning of Conservatism, Palgrave, 1980.
Russell Kirk, The Conservative Mind, Regnery Publishing, 1953.
Karl Marx, The Communist Manifesto, Penguin Classics, 1848.
Rosa Luxemburg, Reform or Revolution, Dover Publications, 1900.
Vladimir Lenin, State and Revolution, Penguin Classics, 1917.
Michael Sandel, Liberalism and the Limits of Justice, Cambridge University Press, 1982.
Amitai Etzioni, The Spirit of Community, Crown, 1993.
Charles Taylor, Sources of the Self, Harvard University Press, 1989.