Mengapa Jepang Menyerang Pearl Harbor

12/09/2023, 10:02 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Mengapa Jepang Menyerang Pearl Harbor
Ilustrasi Serangan Pearl Harbor
Table of contents
Editor: EGP

PADA 7 Desember 1941, ketika matahari baru saja terbit di atas Pulau Oahu, Hawaii, sebuah serangan besar-besaran dilakukan Jepang ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbor

Serangan mendadak itu mengakibatkan kerugian besar bagi AS, sekaligus menjadi titik balik yang memicu AS terlibat dalam Perang Dunia Kedua.

Latar Belakang Serangan Pearl Harbor

Pada tahun 1930-an, Jepang menunjukkan ambisi imperialisnya dengan memulai ekspansi di Asia. Ini dimulai dengan invasi ke Manchuria tahun 1931 dan dilanjutkan dengan perang dengan China tahun 1937 (Goldstein, The Second Sino-Japanese War, 2016, hal. 58). Ekspansi militer ini membutuhkan sumber daya alam, terutama minyak, karet, dan besi, yang kebanyakan berasal dari Asia Tenggara.

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

AS, yang khawatir dengan ekspansi Jepang, mulai memberlakukan sanksi ekonomi dan embargo, khususnya terhadap bahan-bahan penting seperti minyak dan besi. Ini direspon dengan keras oleh Jepang, yang merasa terpojok (Dallek, Franklin D. Roosevelt and American Foreign Policy, 1995, hal. 312). 

Pembatasan akses ke sumber daya ini sangat menghambat operasi militer Jepang, terutama di China.

Meskipun AS belum secara resmi terlibat dalam konflik di Eropa atau Asia, Jepang melihat AS sebagai ancaman utama terhadap ambisi imperialisnya. Pangkalan militer AS di Filipina dan Pearl Harbor dipandang sebagai penghalang langsung terhadap rencana ekspansi Jepang ke Asia Tenggara.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Selain itu, kehadiran armada Pasifik AS di Pearl Harbor merupakan ancaman strategis bagi Jepang (Willmott, Pearl Harbor, 1983, hal. 78).

Keputusan Untuk Menyerang

Menimbang semua tekanan eksternal ini dan dengan dorongan dari faksi militer yang ekspansif di pemerintahannya, Jepang memutuskan untuk menyerang Pearl Harbor. Tujuannya  untuk menghancurkan kapasitas militer AS di Pasifik dan memberi Jepang waktu yang cukup untuk mengonsolidasikan kekuasaannya di Asia Tenggara sebelum AS dapat membalas (Bix, Hirohito and the Making of Modern Japan, 2000, hal. 489).

Dengan serangan mendadak ke Pearl Harbor, Jepang berharap dapat memaksa AS untuk berunding dan akhirnya menerima dominasi Jepang di Asia. Namun, efeknya malah sebaliknya. AS yang sebelumnya enggan terlibat dalam konflik global, sekarang dinyalakan semangat patriotiknya dan memutuskan untuk bergabung dengan Sekutu dalam perang melawan Poros, termasuk Jepang.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Pelaksanaan Serangan 

Dengan keahlian navigasi dan kemampuan untuk menyusup tanpa dideteksi, Armada Jepang mendekati Hawaii dari utara. Terdiri dari enam kapal induk, yang membawa lebih dari 400 pesawat, armada ini berhasil mendekat ke Pearl Harbor tanpa mendapat peringatan (Toland, The Rising Sun, 1970, hal. 150). 

Kemampuan Jepang untuk mempertahankan kerahasiaan dan unsur kejutan adalah salah satu faktor kunci yang membuat serangan ini sangat efektif.

Pada pagi hari tanggal 7 Desember, sekitar pukul 7:48 waktu setempat, gelombang pertama pesawat Jepang meluncur ke langit Pearl Harbor. Mereka menargetkan kapal perang dan fasilitas militer dengan bom torpedo dan bom konvensional. 

Pesawat-pesawat itu juga mengincar pangkalan udara di sekitar, berusaha mencegah pesawat AS untuk lepas landas dan memberikan perlawanan (Prange, At Dawn We Slept, 1981, hal. 312).

Kurang dari satu jam setelah serangan pertama, gelombang kedua pesawat Jepang tiba. Mereka menargetkan kapal-kapal yang belum hancur dan fasilitas militer lainnya. Ketika serangan berakhir, delapan kapal perang AS tenggelam atau rusak parah, termasuk USS Arizona yang meledak dan tenggelam dengan lebih dari 1.000 awaknya (Werner, Pearl Harbor: The 60th Anniversary Commemorative Edition, 2001, hal. 78).

AS Terkejut

Meskipun ada beberapa peringatan dini tentang serangan potensial, seperti deteksi pesawat Jepang oleh beberapa radar dan informasi dari mata-mata, serangan ini tetap menjadi kejutan bagi kebanyakan orang Amerika.

Keengganan dan ketidakpercayaan atas informasi yang diterima, ditambah dengan rasa overconfidence, menyebabkan AS tidak siap menghadapi serangan ini (Wohlstetter, Pearl Harbor: Warning and Decision, 1962, hal. 120).

Serangan Pearl Harbor, dengan efektivitas dan kerusakan parahnya, menjadi titik balik dalam sejarah AS dan dunia. Hari itu, yang sebelumnya dianggap sebagai "hari yang akan hidup dalam ketidakjelasan" oleh Presiden Franklin D. Roosevelt, menjadi awal keterlibatan aktif AS dalam Perang Dunia Kedua.

Dampak Serangan

Dampak langsung dari serangan ke Pearl Harbor adalah gelombang kemarahan dan kesedihan yang melanda seluruh AS. Rasa keterkejutan dan pengkhianatan yang dirasakan publik AS terhadap Jepang menjadi dorongan untuk beraksi. Dalam pidatonya ke Kongres pada keesokan harinya, Presiden Franklin D. Roosevelt mendeklarasikan 7 Desember 1941 sebagai "hari yang akan hidup dalam ketidakjelasan" dan dengan cepat meminta deklarasi perang terhadap Jepang (Smith, FDR, 2007, hal. 540).

Dengan dideklarasikannya perang, AS memulai mobilisasi militer dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pabrik-pabrik di seluruh negeri diubah fungsinya untuk memproduksi pesawat, tank, senjata, dan perlengkapan lainnya untuk perang. 

Jutaan pria dan wanita mendaftar atau direkrut ke layanan militer. Perang memacu inovasi dan perkembangan teknologi, serta mempercepat akhir dari Depresi Besar yang telah lama melanda ekonomi Amerika (Kennedy, Freedom from Fear, 1999, hal. 622).

Serangan Pearl Harbor mengakhiri debat panjang di AS tentang apakah harus terlibat dalam konflik global atau tetap netral. Dengan serangan ini, AS berkomitmen penuh untuk mengalahkan Poros, terlibat aktif di berbagai medan perang, mulai dari Pasifik hingga Eropa Utara (Weinberg, A World at Arms, 1994, hal. 200).

Dampak jangka panjang dari serangan ini terlihat dalam kebijakan luar negeri AS. Ketegangan dengan Jepang sebelum serangan berubah menjadi permusuhan selama perang, meskipun hubungan membaik pasca-perang dengan pendudukan dan pembangunan kembali Jepang oleh AS.

Selain itu, AS mulai mengadopsi kebijakan internasional yang lebih intervensionis, dengan komitmen yang diperkuat untuk membangun dan mempertahankan tatanan dunia yang berdasarkan pada demokrasi dan kebebasan (Gaddis, Strategies of Containment, 2005, hal. 88).

Serangan Pearl Harbor, meskipun tragis, menjadi momentum bagi AS untuk bertransformasi dari kekuatan regional menjadi kekuatan global yang mendominasi abad ke-20.

Kesimpulan

Serangan Pearl Harbor merupakan titik balik dalam sejarah AS dan Perang Dunia II. Agresif Jepang memaksa AS meninggalkan sikap netralitasnya dan terjun langsung ke dalam konflik global. Dengan sumber daya dan kemampuan industri yang dimilikinya, AS memainkan peran kunci dalam kekalahan kekuatan Axis (Poros) dan membentuk tatanan dunia pasca-perang.

Referensi:

Goldstein, A. The Second Sino-Japanese War. Cambridge University Press, 2016.
Dallek, R. Franklin D. Roosevelt and American Foreign Policy. Oxford University Press, 1995.
Willmott, H.P. Pearl Harbor. Cassell & Co, 1983.
Bix, H. Hirohito and the Making of Modern Japan. Harper Collins, 2000.
Smith, J.E. FDR. Random House, 2007.
Kennedy, D.M. Freedom from Fear. Oxford University Press, 1999.
Weinberg, G.L. A World at Arms. Cambridge University Press, 1994.
Gaddis, J.L. Strategies of Containment. Oxford University Press, 2005.
Toland, J. The Rising Sun. Random House, 1970.
Prange, G.W. At Dawn We Slept. Penguin Books, 1981.
Werner, B. Pearl Harbor: The 60th Anniversary Commemorative Edition. Zenith Press, 2001.
Wohlstetter, R. Pearl Harbor: Warning and Decision. Stanford University Press, 1962.

OhPedia Lainnya