KEBAHAGIAAN telah menjadi hasrat universal manusia sepanjang zaman. Namun, definisi dan pandangan tentang apa itu kebahagiaan berbeda-beda dari satu filsuf ke filsuf lainnya.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pandangan tentang kebahagiaan menurut tiga tokoh dan aliran besar dalam sejarah filsafat, yaitu Stoisisme, Epikurus, dan Plato.
Ketiga pemikiran ini memiliki perspektif yang berbeda tentang sumber, esensi, dan cara meraih kebahagiaan. Plato, filsuf Yunani kuno, meletakkan kebahagiaan dalam konteks etika dan kebijaksanaan. Sementara itu, Stoisisme, aliran filsafat yang juga berasal dari Yunani Kuno, fokus pada pengendalian diri dan ketenangan batin sebagai kunci untuk mencapai kebahagiaan.
Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya
Di sisi lain, Epikurus, seorang filsuf Yunani yang mendirikan aliran hedonisme, percaya bahwa kebahagiaan dihasilkan dari pencarian kesenangan dan kebebasan dari penderitaan.
Kebahagiaan Menurut Stoisisme
Stoisisme adalah aliran filsafat Yunani yang didirikan Zeno dari Citium pada abad ke-3 SM. Aliran ini menekankan pada etika, pengendalian diri, dan penerimaan takdir. Bagi kaum Stois, kebahagiaan dicapai melalui pengendalian diri dan ketenangan batin.
Stoisisme mengajarkan, kebahagiaan tidak tergantung pada hal-hal eksternal, tetapi berasal dari kebijaksanaan dan kebajikan internal. Kaum Stois percaya bahwa seseorang harus membebaskan diri dari pengaruh emosi negatif dan godaan materi untuk mencapai ketenangan batin yang berkelanjutan.
Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme
Bagaimana cara meraih kebahagiaan? Menurut Stoisisme, kunci untuk meraih kebahagiaan adalah dengan menerima takdir dan mengendalikan reaksi terhadap situasi hidup.
Kaum Stois percaya bahwa kita tidak bisa mengubah situasi eksternal, tetapi kita dapat mengubah cara kita meresponsnya. Karena itu, mengendalikan emosi, mengembangkan ketenangan batin, dan hidup dalam kesesuaian dengan alam adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan abadi.
Kebahagiaan Menurut Epikurus
Epikurus (hidup sekitar 341–270 SM) seorang filsuf Yunani yang mendirikan aliran filsafat hedonisme. Meskipun konotasinya sering diartikan sebagai pencarian kesenangan berlebihan, aliran filsafat ini memiliki pandangan yang lebih dalam tentang kebahagiaan.
Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya
Bagi Epikurus, kebahagiaan terletak pada pencarian kesenangan jiwa dan menghindari penderitaan. Namun, ini bukan berarti mencari kesenangan sesaat semata, tetapi kesenangan yang dapat memberikan kedamaian dan kepuasan jangka panjang.
Bagaimana meraihnya? Dalam pandangan Epikurus, kunci untuk mencapai kebahagiaan adalah dengan hidup sederhana, menghindari keributan dan ambisi yang berlebihan, dan menghargai kebahagiaan dari hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Dia juga menekankan pentingnya persahabatan dan hubungan sosial yang erat sebagai sumber kebahagiaan.
Kebahagiaan Menurut Plato
Plato (hidup sekitar 428/427 SM hingga 348/347 SM) adalah murid Sokrates dan guru dari Aristoteles. Dia sangat menekankan pada kebijaksanaan, etika, dan keadilan. Bagi Plato, kebahagiaan bukanlah tujuan dalam diri sendiri, tetapi hasil dari hidup yang bijaksana dan beradab.
Dalam pandangan Plato, kebahagiaan bukanlah kesenangan atau kepuasan duniawi semata, tetapi pencapaian kesempurnaan jiwa dan keterlibatan dalam kehidupan yang baik dan benar.
Dia percaya bahwa jiwa manusia terdiri dari tiga elemen: nafsu (appetite), semangat (spiritedness), dan akal budi (reason). Bagi Plato, mencapai kebahagiaan berarti menjaga keseimbangan antara ketiga elemen tersebut dan memberikan kekuasaan kepada akal budi untuk mengatur nafsu dan semangat.
Plato meyakini, kita dapat mencapai kebahagiaan dengan mengarahkan jiwa kita menuju pengetahuan, kebijaksanaan, dan keadilan. Dia mendukung pendidikan yang mencakup pembelajaran filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk membentuk akal budi dan mencapai kebijaksanaan.
Plato juga menekankan pentingnya mengembangkan sifat-sifat kebajikan moral seperti keberanian, keadilan, dan kesederhanaan.
***
Dalam dunia yang semakin kompleks dan cepat seperti sekarang ini, mencari kebahagiaan mungkin menjadi tantangan. Namun, kita dapat belajar banyak dari pandangan para filsuf kuno seperti Plato, aliran Stoisisme, dan Epikurus.
Plato mengajarkan bahwa kebijaksanaan dan keadilan adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan, sementara Stoisisme menekankan pada pengendalian diri dan ketenangan batin. Epikurus, di sisi lain, mengajarkan tentang pencarian kesenangan jiwa dan kebahagiaan melalui hidup sederhana dan menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan.
Kita dapat menggabungkan pandangan dari ketiga aliran filosofi ini untuk menciptakan jalan menuju kebahagiaan dalam kehidupan kita. Mungkin kita dapat memilih bijaksana dari Plato, menemukan ketenangan batin dari Stoisisme, dan menghargai kebahagiaan sederhana dari Epikurus.
Tetapi yang terpenting, kita perlu memahami bahwa kebahagiaan adalah perjalanan, bukan tujuan akhir. Setiap orang memiliki definisi dan jalan menuju kebahagiaan mereka sendiri. Dengan memahami dan menghargai pandangan filosofis yang berbeda ini, kita dapat membuka pikiran kita untuk mencapai kebahagiaan yang berarti dan memuaskan dalam hidup kita.