Postmodernisme: Definisi, Karakteristik, dan Pengaruhnya

27/07/2023, 11:10 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Postmodernisme: Definisi, Karakteristik, dan Pengaruhnya
Ilustrasi Postmodernisme
Table of contents
Editor: EGP

SECARA umum, postmodernisme merupakan pergerakan yang muncul sebagai reaksi terhadap modernisme di pertengahan hingga akhir abad ke-20. Istilah ini memiliki banyak definisi berbeda, tergantung pada bidang yang ditinjau (Lyotard, "The Postmodern Condition", 1979). 

Namun, dalam istilah yang paling luas, postmodernisme sering kali dipandang sebagai penolakan atau skeptisisme terhadap narasi-narasi besar yang mendominasi pemikiran Barat selama berabad-abad.

Dalam konteks ini, "narasi" merujuk pada keyakinan atau asumsi mendasar yang dianggap "benar" atau "alami". Contohnya termasuk ide-ide seperti progresi linear sejarah, supremasi rasionalitas, atau pentingnya individu (Foucault, "The Order of Things", 1966). 

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Postmodernisme, sebaliknya, berpendapat bahwa narasi-narasi ini hanyalah konstruksi sosial yang tidak lebih valid daripada alternatif lainnya.

Postmodernisme muncul dari kekecewaan banyak pemikir terhadap beberapa aspek modernisme dan proyek pencerahan (enlightenment), yang mencakup keyakinan dalam kemajuan manusia, rasionalitas, dan kemampuan manusia untuk mencapai kebenaran obyektif melalui ilmu pengetahuan (Habermas, "The Philosophical Discourse of Modernity", 1985). 

Kekecewaan itu semakin tajam setelah perang dunia kedua, ketika keyakinan umum dalam kemajuan dan rasionalitas diguncang oleh peristiwa-peristiwa seperti Holocaust dan pengeboman dengan menggunakan bom atom.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Kekerasan dan kehancuran yang ditimbulkan oleh Perang Dunia II membuat banyak orang meragukan keyakinan utama pencerahan (enlightenment) dan modernisme. Dari keraguan ini, postmodernisme mulai berkembang, menawarkan pandangan dunia yang berbeda yang menolak narasi universal dan mendukung pluralisme, relativitas, dan fragmentasi (Jameson, "Postmodernism, or The Cultural Logic of Late Capitalism", 1991).

Karakteristik Postmodernisme

Menentukan karakteristik postmodernisme bisa menjadi tantangan, sebagian karena postmodernisme sendiri menolak gagasan tentang definisi yang tetap atau universal. Namun, ada beberapa tema dan konsep yang umumnya dikaitkan dengan postmodernisme.

Penolakan terhadap Grand Narratives

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu aspek paling khas dari postmodernisme adalah penolakannya terhadap grand narratives atau narasi-narasi besar. Postmodernisme menolak ide bahwa ada satu penjelasan atau pandangan yang bisa mengatasi semua yang lain.

Sebaliknya, postmodernisme menekankan bahwa setiap pandangan adalah hasil dari konteks sosial dan budaya tertentu dan tidak ada yang bisa dianggap superior atau lebih "benar" dari yang lain (Lyotard, "The Postmodern Condition", 1979).

Pluralisme dan Relativisme

Postmodernisme memandang dunia sebagai tempat yang kompleks dan heterogen, dan menyambut berbagai perspektif dan interpretasi. Ini sering mengarah ke bentuk relativisme, dengan penekanan bahwa apa yang dianggap "benar" atau "salah", "baik" atau "buruk", sangat bergantung pada konteks tertentu.

Dalam hal ini, postmodernisme sering berhadapan dengan pandangan modernis yang mencari kebenaran universal atau objektif (Baudrillard, "Simulacra and Simulation", 1981).

Fragmentasi dan Dekonstruksi

Postmodernisme juga mencakup elemen fragmentasi dan dekonstruksi. Ini berarti bahwa konsep-konsep dan narasi yang tradisional dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk dianalisis dan dipahami.

Proses ini sering kali menghasilkan perspektif baru dan tidak konvensional, dan memperlihatkan bahwa gagasan-gagasan kita yang paling dasar seringkali dibangun pada asumsi-asumsi yang belum diperiksa (Derrida, "Of Grammatology", 1967).

Pengaruh Postmodernisme

Postmodernisme memiliki pengaruh yang mendalam dan luas, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan masyarakat. Beberapa aspek ini termasuk seni, arsitektur, sastra, filsafat, dan sosiologi.

Pengaruh dalam Seni dan Sastra

Dalam seni dan sastra, postmodernisme sering kali dikenali melalui penekanannya pada ironi, parodi, dan campuran gaya dan genre. Karya seni postmodern sering kali memanfaatkan teknik seperti pastiche, di mana elemen dari berbagai sumber digabungkan untuk menciptakan karya baru yang menantang dan mempertanyakan konvensi sebelumnya (Hutcheon, "A Theory of Parody", 1985).

Pengaruh dalam Arsitektur

Dalam arsitektur, postmodernisme menandai suatu pergerakan yang menjauh dari minimalisme dan fungsionalisme modernis ke arah gaya yang lebih dekoratif dan historis. Arsitektur postmodern sering kali mencampur berbagai gaya dan elemen arsitektural dalam satu bangunan, menghasilkan struktur yang beraneka ragam dan sering kali ironis (Jencks, "The Language of Post-Modern Architecture", 1977).

Pengaruh dalam Filsafat dan Sosiologi

Dalam filsafat dan sosiologi, postmodernisme telah membuka jalan untuk kritik dan penelitian baru tentang bagaimana pengetahuan dan kebenaran dibangun dan diperdebatkan dalam masyarakat. Ini termasuk studi tentang bagaimana gender, ras, kelas, dan faktor-faktor lainnya memengaruhi cara kita memahami dan menavigasi dunia (Butler, "Gender Trouble", 1990).

Debat dan Kritik Seputar Postmodernisme

Tidak mengherankan, dengan pendekatannya yang radikal dan menantang, postmodernisme telah menimbulkan banyak debat dan kritik. Beberapa kritik ini bersifat filosofis, sementara yang lain lebih praktis atau politis dalam sifatnya.

Relativisme dan Penolakan terhadap Kebenaran

Salah satu kritik yang sering dilontarkan terhadap postmodernisme adalah penekanannya pada relativisme dan penolakan terhadap kebenaran objektif. Beberapa kritikus berpendapat bahwa ini bisa berujung pada nihilisme, atau penolakan terhadap nilai-nilai apa pun, dan bisa merusak kohesi sosial atau membatasi kemampuan kita untuk mengkritik praktik-praktik buruk seperti penindasan atau diskriminasi (Habermas, "The Philosophical Discourse of Modernity", 1985).

Kompleksitas dan Ketidakjelasan

Kritik lain terhadap postmodernisme adalah bahasa dan gaya yang sering kali kompleks dan sulit dipahami. Beberapa kritikus berpendapat bahwa ini menjadikan postmodernisme elitis atau menjauhkan orang dari pemahaman yang lebih dalam tentang dunia mereka.

Selain itu, beberapa kritikus juga berpendapat bahwa kompleksitas ini bisa digunakan untuk menyembunyikan kurangnya argumen atau bukti yang substansial (Sokal and Bricmont, "Fashionable Nonsense", 1997).

Efek Politis

Ada juga kritik yang berpendapat bahwa postmodernisme, dengan penekanannya pada relativisme dan dekonstruksi, bisa merusak atau menghancurkan proyek-proyek politis seperti feminisme atau perjuangan melawan rasisme dan kelas.

Dengan menekankan perbedaan dan fragmentasi, kritikus berpendapat bahwa postmodernisme bisa menghalangi upaya untuk mencapai solidaritas atau tujuan bersama (Fraser, "Justice Interruptus", 1997).

Namun, tidak semua kritik terhadap postmodernisme bersifat negatif. Banyak yang melihat potensi radikalnya sebagai alat untuk mengkritik dan menantang struktur kekuasaan yang ada dan membuka ruang untuk perspektif dan suara yang sering kali diabaikan atau ditindas.

***

Postmodernisme adalah gerakan kompleks dan multifaset yang telah memengaruhi banyak aspek kehidupan dan masyarakat. Meski mendapat kritik, dampaknya tidak bisa diabaikan dan memengaruhi cara kita memahami dan berinteraksi dengan dunia.

Referensi

Baudrillard, J. (1981). "Simulacra and Simulation". Editions Galilée.
Butler, J. (1990). "Gender Trouble". Routledge.
Derrida, J. (1967). "Of Grammatology". Éditions de Minuit.
Foucault, M. (1966). "The Order of Things". Editions Gallimard.
Fraser, N. (1997). "Justice Interruptus". Routledge.
Habermas, J. (1985). "The Philosophical Discourse of Modernity". Polity Press.
Hutcheon, L. (1985). "A Theory of Parody". Methuen.
Jameson, F. (1991). "Postmodernism, or The Cultural Logic of Late Capitalism". Duke University Press.
Jencks, C. (1977). "The Language of Post-Modern Architecture". Rizzoli.
Lyotard, J. (1979). "The Postmodern Condition". Manchester University Press.
Sokal, A., and Bricmont, J. (1997). "Fashionable Nonsense". Picador.

OhPedia Lainnya