Kisah Jatuhnya Berlin dan Penyerahan Diri Jerman di Perang Dunia Kedua

12/09/2023, 12:10 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Kisah Jatuhnya Berlin dan Penyerahan Diri Jerman di Perang Dunia Kedua
Jatuhnya Berlin pada Perang Dunia Kedua
Table of contents
Editor: EGP

PERANG Dunia Kedua, salah satu konflik terbesar dalam sejarah manusia, mencapai puncaknya dengan jatuhnya Berlin dan kapitulasi atau penyerahan diri Jerman. Peristiwa ini menandai berakhirnya dominasi Nazi di Eropa dan awal dari periode perdamaian relatif, meskipun "dingin", di benua tersebut.

Pengempungan dan Jatuhnya Berlin

Berlin, ibu kota Jerman, menjadi fokus utama bagi Sekutu pada tahap akhir Perang Dunia Kedua. Kota ini bukan hanya simbol kekuasaan Nazi, tetapi juga kunci strategis yang akan menentukan hasil akhir perang di Eropa.

Seiring dengan kemajuan Sekutu melalui Eropa, Berlin menjadi tujuan yang semakin dekat. Di barat, pasukan Amerika, Inggris, dan Prancis maju dengan cepat melalui Jerman, sementara di timur, Tentara Merah Soviet menghancurkan segala hal di jalurnya. 

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Pada awal 1945, kedua kekuatan besar ini mendekati Berlin, meskipun ada kesepakatan informal bahwa Soviet akan menjadi yang pertama memasuki kota tersebut. Dari sudut pandang strategis, Tentara Merah berada dalam posisi yang lebih baik untuk melakukannya, dan mereka memang memiliki keinginan kuat untuk membalas dendam atas kerugian dan penderitaan yang disebabkan oleh invasi Nazi ke Uni Soviet.

Pertempuran Berlin

Meskipun pasukan Jerman sudah kelelahan dan sumber daya mereka sudah terkuras, pertahanan Berlin tetap sengit. Hitler, yang telah menjadi semakin tidak stabil, memerintahkan pasukan dan warganya untuk mempertahankan kota tersebut sampai napas terakhir. Pertempuran berlangsung selama berminggu-minggu, dengan pertempuran jalanan yang brutal dan pertempuran rumah ke rumah yang mematikan.

Soviet menghadapi perlawanan keras di setiap jengkal tanah mereka ambil, namun keunggulan mereka dalam jumlah pasukan dan persenjataan, ditambah dengan motivasi untuk membalas dendam, membuat mereka tidak dapat dihentikan. Bagian kota yang dikuasai Jerman semakin menyusut setiap harinya.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Jatuhnya Berlin

Pada akhir April, Tentara Merah berhasil mengepung pusat kota. Meskipun masih ada beberapa kantong perlawanan Jerman, jelas bahwa kemenangan Soviet hanyalah masalah waktu. Pada 2 Mei 1945, setelah pertempuran sengit, pasukan Soviet berhasil mengepung Reichstag, gedung parlemen Jerman dan simbol kekuasaan Nazi. Dengan Reichstag di bawah kendali Sekutu, pertahanan Jerman di Berlin secara efektif runtuh.

Kemenangan di Berlin tidak hanya menandai jatuhnya ibu kota Jerman, tetapi juga simbolisasi kehancuran total rezim Nazi. Berlin, yang pernah menjadi pusat kekuasaan Nazi, kini berada di bawah kendali Sekutu, yang membagi kota tersebut menjadi empat zona pendudukan: Amerika, Inggris, Prancis, dan Soviet (Antony Beevor, "Berlin: The Downfall 1945", 2002).

Kematian Hitler

Adolf Hitler, pemimpin Nazi Jerman, menyadari bahwa kekalahan sudah tak terhindarkan. Meski demikian, dia memilih untuk tidak diserahkan ke tangan Sekutu. 

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Pada 30 April 1945, ketika pasukan Soviet berada beberapa ratus meter dari bunker tempat dia bersembunyi, dikatakan bahwa Hitler bunuh diri bersama Eva Braun, pasangannya. Tubuh mereka ditemukan oleh staf mereka, dan menurut banyak laporan, tubuh tersebut dibakar untuk menghindari pengenalan (Joachim Fest, "Hitler", 1974.

Kematian Hitler, baik simbolis maupun aktual, menandai akhir dari era Nazi di Eropa. Meskipun ada banyak spekulasi dan teori konspirasi mengenai kematian Hitler, konsensus umum di antara para sejarawan adalah bahwa dia memang bunuh diri di dalam bunker di Berlin. 

Dengan kematiannya, rezim Nazi resmi berakhir, dan Jerman mulai bergerak menuju era pemulihan dan rekonstruksi pasca-perang.

Penyerahan Diri Jerman

Setelah jatuhnya Berlin, Jerman Nazi menghadapi situasi yang semakin tak terelakkan: penyerahan diri atau kehancuran total. Kapitulasi Jerman adalah langkah selanjutnya yang sudah ditunggu-tunggu Sekutu dan dunia.

Jerman melakukan upaya terakhir untuk menghindari penyerahan diri tanpa syarat. Ada usaha diplomasi rahasia dan negosiasi, tetapi usaha-usaha ini gagal karena Sekutu bertekad untuk menerima apa yang disebut "penyerahan diri tanpa syarat". Sementara itu, pasukan Jerman di berbagai front terus mengalami kekalahan dan terdesak, membuat pilihan lain selain menyerah semakin menipis.

Akhirnya, pada 7 Mei 1945, Jenderal Alfred Jodl, Kepala Staf Angkatan Darat Jerman, menandatangani pernyataan kapitulasi tanpa syarat di Reims, Prancis. Dokumen tersebut menegaskan bahwa semua operasi militer akan berhenti pada tanggal 8 Mei 1945 pukul 23.01 waktu Eropa Tengah.

Hari itu dikenal sebagai Hari Kemenangan di Eropa atau lebih dikenal dengan singkatan VE Day. Meskipun ada beberapa kantong perlawanan dan pasukan Jerman yang belum mengetahui atau mengakui kapitulasi, secara efektif perang di Eropa telah berakhir.

Penerimaan Dunia

Berita kapitulasi Jerman disambut dengan kegembiraan dan lega oleh masyarakat dunia. Upacara penyerahan diri serupa juga diadakan di Berlin pada 8 Mei, dihadiri oleh perwakilan dari empat kekuatan Sekutu dan tentu saja Jerman. Acara ini ditujukan untuk memastikan bahwa penyerahan diri Jerman akan diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam pertempuran di Eropa.

Penyerahan diri Jerman menandai awal dari sebuah periode pemulihan dan rekonstruksi di Eropa. Dengan berakhirnya rezim Nazi, upaya pemulihan dimulai, termasuk penuntasan kejahatan perang dan pendirian institusi-institusi baru yang bertujuan untuk mencegah kebangkitan ideologi yang sama.

Peta Eropa sendiri mengalami perubahan dramatis, dan banyak negara yang sebelumnya diduduki Jerman mulai memulihkan kedaulatan mereka.

Dampak Penyerahan Diri Jerman

Penyerahan diri Jerman di akhir Perang Dunia Kedua bukan hanya menandai berakhirnya pertempuran di Eropa, tetapi juga memicu serangkaian peristiwa dan kebijakan yang berdampak besar pada tatanan dunia selama beberapa dekade berikutnya.

Pembentukan Blok-Blok Kekuatan

Dengan penyerahan diri Jerman, dua kekuatan besar, Amerika Serikat dan Uni Soviet, muncul sebagai pemimpin global. Keduanya segera menemukan diri mereka dalam ketegangan ideologis dan militer, yang kemudian dikenal sebagai Perang Dingin1.

Sementara Eropa Barat mendekat ke AS dan mendukung demokrasi liberal serta ekonomi pasar bebas, Eropa Timur berada di bawah pengaruh Uni Soviet dengan sistem komunisnya.

Pendirian PBB

Dalam upaya untuk mencegah konflik berskala besar di masa depan dan mempromosikan perdamaian dan kerjasama internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan pada tahun 1945 (Stephen C. Schlesinger, "Act of Creation: The Founding of the United Nations", 2003.

Organisasi ini bertujuan untuk menjadi forum bagi negara-negara anggotanya untuk mendiskusikan dan menyelesaikan perselisihan tanpa harus mengambil tindakan militer.

Pengadilan Nuremberg

Salah satu dampak langsung dari penyerahan diri Jerman adalah penyelidikan dan pengadilan terhadap kejahatan perang Nazi. Pengadilan Nuremberg, yang dimulai pada tahun 1945, adalah serangkaian persidangan militer yang dilakukan oleh Sekutu untuk mengadili pemimpin-pemimpin Nazi atas kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida (Telford Taylor, "The Anatomy of the Nuremberg Trials: A Personal Memoir", 1992).  Pengadilan ini menetapkan preseden hukum dan moral bagi dunia pasca-perang.

Rekonstruksi dan Pembagian Jerman

Sebagai hasil dari penyerahan diri, Jerman dibagi menjadi empat zona pendudukan yang dikelola oleh AS, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet. Pada 1949, zona pendudukan ini menjadi dua negara berbeda: Republik Federal Jerman (Jerman Barat) dan Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur)  (William Glenn Gray, "Germany's Cold War: The Global Campaign to Isolate East Germany, 1949-1969", 2003).

Pembagian ini menjadi simbol ketegangan Perang Dingin dan bertahan hingga reunifikasi Jerman pada tahun 1990.

Referensi:

  1. Antony Beevor, "Berlin: The Downfall 1945", Viking Press, 2002.
  2. Joachim Fest, "Hitler", Harcourt, 1974.
  3. John Lewis Gaddis, "The Cold War: A New History", Penguin Press, 2005.
  4. Stephen C. Schlesinger, "Act of Creation: The Founding of the United Nations", Westview Press, 2003.
  5. Telford Taylor, "The Anatomy of the Nuremberg Trials: A Personal Memoir", Knopf, 1992.
  6. William Glenn Gray, "Germany's Cold War: The Global Campaign to Isolate East Germany, 1949-1969", The University of North Carolina Press, 2003.

OhPedia Lainnya