Sejumlah Kritik terhadap Postmodernisme

31/07/2023, 14:19 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Sejumlah Kritik terhadap Postmodernisme
Postmodernisme
Table of contents
Editor: EGP

POSTMODERNISME merupakan konsep yang sangat kompleks dan sering kali sulit untuk didefinisikan secara tepat. Secara umum, postmodernisme adalah suatu arus pemikiran yang menentang paham modernisme, terutama dalam hal pandangan terhadap realitas, pengetahuan, dan kebenaran.

Meski memiliki pengaruh yang luas, postmodernisme telah menimbulkan berbagai kritik dan kontroversi. Beberapa isu utama yang sering ditemui adalah soal pendirian postmodernisme terhadap relativisme, tendensinya dalam mereduksi kompleksitas, ketidakjelasan konseptualnya, skeptisismenya yang berlebihan terhadap pengetahuan, dan pengabaiannya terhadap realitas material

Relativisme

Postmodernisme sering dihubungkan dengan pendirian relativisme yang mendalam. Relativisme adalah konsep bahwa kebenaran dan moral bersifat subyektif dan dapat berbeda-beda tergantung pada individu atau budaya. 

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Menurut Christopher Norris dalam bukunya "What's Wrong with Postmodernism" (1990), postmodernisme cenderung mendukung bentuk relativisme radikal yang menghapus semua batasan antara 'benar' dan 'salah', 'baik' dan 'buruk', serta antara 'fakta' dan 'opini'.

Dalam hal itu, postmodernisme dapat mengurangi kemampuan kita untuk menilai atau mengkritik tindakan atau ideologi tertentu secara obyektif.

Pendirian ini, meski pada dasarnya memiliki niat baik dalam menantang absolutisme, telah menghadapi kritik yang signifikan. Misalnya, Jurgen Habermas dalam "The Philosophical Discourse of Modernity" (1985) mengkritik postmodernisme karena kecenderungan ini mendorong sikap skeptis terhadap semua klaim pengetahuan.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Hal ini, menurut Habermas, berpotensi menciptakan kondisi di mana tidak ada dasar yang kuat untuk kritik sosial atau politik.

Bertendensi Mereduksi Kompleksitas

Sebuah kritik lain yang diajukan terhadap postmodernisme adalah kecenderungnya mereduksi kompleksitas. Menurut Terry Eagleton dalam "The Illusions of Postmodernism" (1996), postmodernisme sering kali mereduksi persoalan kompleks menjadi sekelompok narasi yang saling tumpang tindih atau paradoks. Dalam prosesnya, kompleksitas isu yang ada bisa terlewatkan atau disederhanakan secara berlebihan.

Sebagai contoh, postmodernisme dapat mereduksi isu-isu politik atau sosial yang kompleks menjadi sekedar produk dari narasi budaya atau bahasa tertentu. Padahal, dalam realitasnya, isu tersebut mungkin jauh lebih kompleks dan membutuhkan penjelasan dan penyelesaian yang lebih mendalam.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Inkonsistensi dalam Pendekatan

Kritik lain yang sering diajukan adalah bahwa postmodernisme kurang konsisten dalam pendekatannya. Richard Rorty dalam "Postmodern Bourgeois Liberalism" (1983) mencatat bahwa postmodernisme sering kali bergerak antara posisi yang radikal dan posisi yang lebih konservatif.

Contohnya, di satu sisi, postmodernisme dapat menantang konsep-konsep tradisional seperti kebenaran dan realitas, tapi di sisi lain, mereka juga mungkin bergantung pada konsep-konsep tersebut dalam melakukan kritiknya. Hal ini bisa membuat postmodernisme tampak tidak konsisten dan membingungkan bagi beberapa orang.

Ketidakjelasan Konseptual

Ketidakjelasan konseptual adalah kritik yang seringkali ditujukan pada postmodernisme. Menurut Brian Leiter dalam "The Routledge Companion to the Philosophy of Law" (2012), postmodernisme sering kali menggunakan konsep-konsep yang samar dan ambigu. Hal ini dapat mempersulit pemahaman dan evaluasi ide-ide postmodern.

Sebagai contoh, istilah-istilah seperti 'dekonstruksi', 'diferensi', atau 'simulakra' sering digunakan dalam konteks postmodernisme, tapi definisi yang tepat dan aplikasi dari istilah-istilah ini bisa sangat bervariasi dan membingungkan.

Skeptisisme berlebihan terhadap pengetahuan

Kritik yang lain adalah postmodernisme punya skeptisisme berlebihan terhadap pengetahuan. Postmodernisme sering kali mempertanyakan klaim pengetahuan dan menganggapnya sebagai produk dari kekuatan budaya atau politik.

Namun, seperti yang dijelaskan Noam Chomsky dalam "Understanding Power" (2002), skeptisisme yang berlebihan ini dapat mereduksi semua pengetahuan menjadi sekedar narasi yang dibuat oleh kekuatan tertentu. Hal ini dapat mempersulit, bahkan mencegah, usaha-usaha untuk mencari dan menemukan kebenaran.

Pengabaian Realitas Material 

Akhirnya, salah satu kritik paling serius yang dilontarkan terhadap postmodernisme adalah pengabaian realitas material. Menurut Frederick Jameson dalam "Postmodernism or, The Cultural Logic of Late Capitalism" (1991), postmodernisme seringkali lebih fokus pada bahasa dan narasi daripada realitas material dan fisik.

Hal ini bisa mengabaikan atau meremehkan pentingnya faktor-faktor material, seperti ekonomi atau lingkungan, dalam memengaruhi kondisi sosial dan budaya. Menurut Jameson, pengabaian ini dapat membatasi kemampuan postmodernisme untuk melakukan kritik sosial atau politik yang efektif.

Penutup

Sebagai suatu aliran pemikiran, postmodernisme telah memberikan kontribusi penting dalam berbagai bidang, dari filsafat hingga seni dan sastra. Namun, postmodernisme juga memiliki sejumlah kelemahan. 

Meski demikian, penting untuk diingat bahwa kritik-kritik ini tidak berarti bahwa postmodernisme tidak memiliki nilai atau relevansi. Malahan, melalui diskusi dan perdebatan tentang kritik ini, kita dapat lebih memahami kelebihan dan keterbatasan postmodernisme sebagai pendekatan dan pandangan dunia.

Kritik-kritik ini membuka ruang untuk diskusi dan refleksi kritis tentang kekuatan dan keterbatasan postmodernisme, serta tentang bagaimana kita memahami dan menavigasi dunia yang kompleks dan terus berubah.

Referensi:

Chomsky, Noam. Understanding Power. 2002.
Eagleton, Terry. The Illusions of Postmodernism. 1996.
Habermas, Jurgen. The Philosophical Discourse of Modernity. 1985.
Jameson, Frederick. Postmodernism or, The Cultural Logic of Late Capitalism. 1991.
Leiter, Brian. The Routledge Companion to the Philosophy of Law. 2012.
Norris, Christopher. What's Wrong with Postmodernism. 1990.
Rorty, Richard. Postmodern Bourgeois Liberalism. 1983.

OhPedia Lainnya