PERTEMPURAN El Alamein adalah salah satu pertempuran paling signifikan dalam Perang Dunia II yang terjadi di Afrika Utara. Pertempuran ini mempertemukan pasukan Poros yang terdiri dari pasukan Jerman dan Italia melawan pasukan Sekutu, terutama pasukan Inggris dan Persemakmuran. Kemenangan di sini menjadi titik balik bagi Sekutu dalam kampanye Afrika Utara.
Latar Belakang Pertempuran
Afrika Utara menjadi arena pertarungan penting antara Sekutu dan Poros. Wilayah ini strategis karena jalur pengiriman melalui Terusan Suez dan akses ke sumber daya minyak di Timur Tengah.
Sebelum pertempuran El Alamein, pasukan Poros di bawah komando Jenderal Erwin Rommel, yang dikenal sebagai "Rubah Gurun," berhasil mendesak pasukan Sekutu ke arah barat hingga ke Mesir (Beaumont, The Mediterranean and Middle East: Volume III, 1985, hal. 103).
Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya
Ketika pasukan Poros maju ke timur, mereka menghadapi tantangan logistik yang meningkat. Jarak dari sumber pasokan mereka di Italia semakin jauh, membuat sulit untuk mengirim bala bantuan, persenjataan, dan bahan bakar.
Di sisi lain, pasukan Sekutu mendapat dukungan penuh dari basis mereka di Mesir, memungkinkan mereka memperkuat pertahanan di sekitar El Alamein.
Moral pasukan Sekutu juga meningkat dengan kepemimpinan Jenderal Bernard Montgomery, yang mengambil alih komando Pasukan Ke-8 Inggris (Barnett, The Desert Generals, 1960, hal. 165).
Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme
Terusan Suez merupakan jalur komunikasi dan transportasi vital bagi Sekutu. Jika Poros berhasil menguasai terusan ini, mereka bisa memotong jalur pasokan Sekutu ke Asia dan Timur Tengah. Oleh karena itu, Sekutu sangat berkepentingan untuk mempertahankan Mesir dan mencegah Poros mendekati Terusan Suez (Playfair, The Mediterranean and Middle East: Volume IV, 1988, hlm. 82).
Mengantisipasi pertempuran besar, Montgomery memperkuat pertahanannya di El Alamein dengan membangun serangkaian garis pertahanan yang dalam, dikenal sebagai "Alam Halfa Ridge".
Di sisi lain, Rommel mengumpulkan semua sumber daya yang tersedia untuk melakukan serangan besar-besaran, tetapi keterbatasan pasokan membuatnya kesulitan untuk mempersiapkan serangan total (Mitcham, Rommel's Desert War: The Life and Death of the Afrika Korps, 2007, hal. 233).
Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya
Pertempuran El Alamein Pertama
Pada Juli 1942, Jenderal Rommel mencoba menyerbu El Alamein untuk memecah pertahanan Sekutu dan maju ke Terusan Suez. Namun, medan pasir dan tambang yang dipasang oleh Sekutu membuat gerakan pasukan Poros terhambat. Pasukan Sekutu memanfaatkan bentang alam ini untuk menghentikan serangan Poros (Ford, El Alamein 1942: The Turning of the Tide, 2005, hal. 45).
Meski pasukan Poros berhasil mencapai beberapa kemajuan awal, mereka tidak mampu menembus pertahanan Sekutu yang kuat. Setelah beberapa hari pertempuran sengit, Sekutu berhasil melancarkan serangan balik dan memaksa pasukan Poros untuk mundur ke posisi awal mereka (Bierman & Smith, The Battle of Alamein: Turning Point, World War II, 2002, hal. 90).
Meskipun pertempuran pertama ini tidak menghasilkan kemenangan yang jelas bagi salah satu pihak, pasukan Sekutu berhasil mencegah Axis mendekati Sungai Nil.
Pertempuran El Alamein Kedua
Memasuki bulan Oktober 1942, Jenderal Montgomery telah mempersiapkan pasukannya untuk serangan besar-besaran terhadap Poros. Dia merancang strategi "pertempuran habis-habisan" dengan serangan infanteri yang didukung oleh artileri, disusul dengan gerakan tank dan kavaleri (Watson, Alamein: War Without Hate, 2004, hal. 112).
Pada malam tanggal 23 Oktober 1942, Sekutu memulai serangan mereka dengan barisan artileri yang memecah pertahanan Poros. Setelah seminggu pertempuran sengit, Sekutu berhasil mendorong pasukan Poros keluar dari El Alamein. Tekanan berkelanjutan Sekutu akhirnya menghancurkan garis pertahanan Poros. Pada awal November, Rommel memerintahkan pasukanna untuk mundur.
Ini menjadi titik balik kampanye Afrika Utara dan memulai pengejaran Sekutu terhadap pasukan Rommel sepanjang pantai Afrika Utara (Carver, El Alamein, 2002, hal. 178).
Dampak Pertempuran El Alamein
Pertempuran El Alamein yang dimenangkan Sekutu memberikan dorongan moral yang sangat dibutuhkan Sekutu. Dalam konteks yang lebih luas, kemenangan ini dilihat sebagai salah satu dari serangkaian kemenangan Sekutu yang menandai titik balik dalam perang melawan Poros (Pitt, The Crucible of War: Western Desert 1941, 1988, hal. 337).
Setelah kekalahan di El Alamein, pasukan Poros mundur ke arah barat menuju Libya dan Tunisia. Retret ini memungkinkan Sekutu untuk melancarkan Operasi Torch, invasi Afrika Utara barat, yang menghasilkan pencerahan dua arah terhadap pasukan Poros di Afrika (Barr, Operation Torch: The Allied Gamble to Invade North Africa, 2005, hal. 212).
Pertempuran El Alamein dan kemenangan Sekutu di Afrika Utara secara keseluruhan memberi Sekutu kontrol atas Mediterania (Laut Tengah). Hal ini memudahkan invasi sekutu ke Italia dan pembukaan front kedua di Eropa. Selain itu, kemenangan ini mengamankan jalur pasokan Sekutu ke Timur Tengah dan Terusan Suez (Holland, Italy's Sorrow: A Year of War 1944-1945, 2008, hal. 54).
Akhir Dominasi Rommel
Keberhasilan Sekutu di El Alamein menandai akhir dominasi Jenderal Erwin Rommel di Afrika. Meskipun dia tetap menjadi tokoh militer penting dalam perang, kekalahan ini menandai akhir dari serangkaian kemenangan yang diperoleh "Rubah Gurun" (Lewin, Rommel As Military Commander, 1968, hal. 200).
Referensi:
Beaumont, Joan. The Mediterranean and Middle East: Volume III. Her Majesty’s Stationery Office, 1985.
Barnett, Correlli. The Desert Generals. George Allen & Unwin, 1960.
Playfair, Major-General I. S. O. The Mediterranean and Middle East: Volume IV. HMSO, 1988.
Mitcham, Samuel W. Rommel's Desert War: The Life and Death of the Afrika Korps. Stackpole Books, 2007.
Ford, Ken. El Alamein 1942: The Turning of the Tide. Osprey Publishing, 2005.
Bierman, John & Smith, Colin. The Battle of Alamein: Turning Point, World War II. Viking, 2002.
Watson, Bruce Allen. Alamein: War Without Hate. Penguin Books, 2004.
Carver, Michael. El Alamein. Wordsworth Editions, 2002.
Pitt, Barrie. The Crucible of War: Western Desert 1941. Jonathan Cape, 1988.
Barr, Niall. Operation Torch: The Allied Gamble to Invade North Africa. St. Martin's Press, 2005.
Holland, James. Italy's Sorrow: A Year of War 1944-1945. St. Martin's Press, 2008.
Lewin, Ronald. Rommel As Military Commander. Batsford, 1968.