"Dark Tourism": Fenomena Wisata Tragis dan Destinasinya yang Terkenal

01/08/2023, 17:12 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
"Dark Tourism": Fenomena Wisata Tragis dan Destinasinya yang Terkenal
Ilustrasi dark tourism. Ground Zero, New York, AS.
Table of contents
Editor: EGP

DARK tourism, yang dikenal juga sebagai thanatourism, atau turisme kelam adalah sebuah fenomena di mana orang bepergian ke tempat-tempat yang pernah menjadi saksi bisu tragedi atau kematian. 

Dark tourism melibatkan kunjungan ke lokasi-lokasi yang memiliki sejarah hitam, seperti medan perang, tempat pembantaian, situs-situs bencana alam, atau bahkan penjara dan rumah sakit jiwa yang ditinggalkan. 

Dark tourism memiliki daya tarik tersendiri bagi banyak orang, terlepas dari kegelisahannya. Meski agak kontroversial, hal ini telah menjadi tren populer dalam beberapa dekade terakhir.

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Faktor Psikologis Dark Tourism

Ada berbagai faktor psikologis yang bisa mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam dark tourism. Faktor-faktor ini seringkali rumit dan saling berinteraksi, membuat fenomena ini menjadi subyek studi yang menarik bagi psikolog dan peneliti pariwisata.

Pertama keingintahuan.  Manusia memiliki hasrat alamiah untuk memahami dan merenungkan tentang kematian dan penderitaan. Dark tourism memberikan kesempatan untuk memuaskan rasa penasaran ini, dengan memberikan pengunjung kesempatan untuk menyelidiki dan merenungkan peristiwa tragis dari jarak dekat.

Kedua edukasi. Banyak pengunjung merasa bahwa dark tourism memberikan kesempatan untuk belajar dari masa lalu dan menghargai kehidupan mereka saat ini.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Mereka percaya bahwa dengan mengunjungi situs-situs itu, mereka bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang peristiwa sejarah dan dampaknya terhadap masyarakat.

Ketiga emosi. Dark tourism juga bisa merangsang berbagai emosi, mulai dari ketakutan dan kengerian hingga empati dan duka. Bagi beberapa orang, pengalaman emosional ini bisa menjadi bagian yang sangat kuat dari daya tarik dark tourism.

Keempat katarsis. Beberapa orang mencari dark tourism sebagai bentuk katarsis, atau pembebasan emosi. Mereka mungkin merasa bahwa dengan berhadapan langsung dengan peristiwa tragis atau mengunjungi tempat di mana orang lain telah menderita, mereka bisa memproses emosi mereka sendiri dan menemukan semacam penutupan.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Kritik dan Kontroversi Dark Tourism

Meskipun banyak orang merasa bahwa dark tourism adalah cara yang efektif untuk memahami dan merenungkan tentang peristiwa-peristiwa tragis, ada juga banyak kritik dan kontroversi yang muncul seputar praktik ini.

Komodifikasi tragedi. Kritik utama terhadap dark tourism adalah bahwa hal ini bisa mereduksi tragedi dan penderitaan menjadi obyek konsumsi. Sebagai contoh, penjualan souvenir di situs tragedi bisa dianggap sebagai bentuk komodifikasi yang tidak pantas dan tidak sensitif.

Kurangnya penghormatan. Beberapa orang berpendapat bahwa dark tourism bisa menjadi kurang menghormati bagi mereka yang menderita atau meninggal pada peristiwa-peristiwa yang digambarkan. Mereka merasa bahwa beberapa turis mungkin tidak memperlakukan situs-situs ini dengan serius atau hormat yang mereka butuhkan.

Pengelompokan sejarah. Kritik lainnya adalah bahwa dark tourism bisa menyebabkan sejarah menjadi disederhanakan atau dikemas untuk konsumsi massa. Ini bisa menyebabkan gambaran yang salah atau tidak lengkap tentang peristiwa sejarah.

Destinasi Dark Tourism yang Terkenal

Ada banyak destinasi dark tourism di dunia yang menarik ribuan, bahkan jutaan pengunjung setiap tahunnya. Beberapa dari tempat-tempat tersebut adalah:

Auschwitz-Birkenau, Polandia. 

Salah satu kamp konsentrasi Nazi paling terkenal dan tragis, Auschwitz-Birkenau, menarik jutaan pengunjung setiap tahunnya yang datang untuk memahami dan mengenang Holocaust.

Ground Zero, Amerika Serikat

Lokasi serangan 11 September di New York, dikenal sebagai Ground Zero, juga menjadi destinasi utama bagi dark tourism. Memorial dan museum di sana memberikan penghormatan kepada mereka yang kehilupan hidupnya pada serangan tersebut.

Chernobyl, Ukraina

Situs bencana nuklir Chernobyl, yang sekarang menjadi zona pengecualian, telah menjadi destinasi populer bagi para penjelajah urban dan dark tourism.

Killing Fields, Kamboja

Killing Fields di Kamboja adalah situs di mana rezim Khmer Rouge melakukan genosida pada tahun 1970-an. Situs ini kini menjadi destinasi penting bagi mereka yang ingin memahami sejarah Kamboja yang kelam.

Dark tourism adalah topik yang kompleks dan kontroversial yang membangkitkan berbagai pertanyaan tentang cara kita mengingat dan memahami sejarah. Meski ada banyak kritik, dark tourism juga memberikan kesempatan penting untuk pendidikan dan refleksi. Seperti yang telah kita lihat, motivasi orang untuk mengunjungi situs-situs dark tourism sangat bervariasi dan seringkali dipengaruhi oleh faktor psikologis yang kompleks.

Referensi

Stone, P.R.; A dark tourism spectrum: Towards a typology of death and macabre related tourist sites, attractions and exhibitions. Tourism: An Interdisciplinary International Journal, 54(2), 145-160, (2006).
Lennon, J., & Foley, M. Dark Tourism. Continuum. (2000)
Seaton, A.V; From thanatopsis to thanatourism: Guided by the dark. International Journal of Heritage Studies, 2(4), 234-244. (1996).
Tarlow, P.E.; Dark tourism: the appealing dark side of tourism and more. In M. Novelli (Ed.), Niche tourism: Contemporary issues, trends and cases (pp. 47-58). Elsevier Butterworth-Heinemann. (2005).

OhPedia Lainnya