Perang Pasifik: Sejarah, Pertempuran, dan Dampaknya

18/09/2023, 11:57 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Perang Pasifik: Sejarah, Pertempuran, dan Dampaknya
Ilustrasi Perang Pasifik
Table of contents
Editor: EGP

PERANG Pasifik adalah sebagian dari teater militer Perang Dunia II yang berlangsung di wilayah Pasifik dan Asia Timur. Dimulai pada 7 Desember 1941 dengan serangan Jepang di Pearl Harbor, Hawai, Amerika Serikat (AS) dan berakhir dengan penyerahan Jepang pada 2 September 1945. 

Latar belakang dari konflik ini memiliki akar yang mendalam. Tahun 1930-an, Jepang, yang mengalami kekurangan sumber daya alam, memulai ekspansi militer di Asia dengan tujuan untuk mendominasi wilayah ini dan mengakses sumber daya yang dibutuhkannya.

Menghadapi penentangan dari negara-negara Barat, terutama AS, yang memberlakukan embargo minyak dan bahan mentah lainnya, Jepang semakin merasa terjepit. Ambisi Jepang untuk membangun "Lingkaran Kemakmuran Asia Timur Raya" semakin bertentangan dengan kepentingan negara-negara Barat di kawasan tersebut. 

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Dengan meningkatnya tensi, baik Jepang maupun AS mempersiapkan diri untuk konflik militer yang tampaknya tak terhindarkan (Ian W. Toll, "Pacific Crucible: War at Sea in the Pacific, 1941-1942," 2011, hlm. 45-49).

Awal Perang

Pada 7 Desember 1941, sebagai reaksi atas tekanan ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat, terutama AS, Jepang memutuskan untuk mengambil tindakan drastis. Dalam serangan mendadak, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menyerang pangkalan militer AS di Pearl Harbor, Hawaii. 

Serangan itu merusak atau menghancurkan sebagian besar kapal perang dari armada Pasifik AS dan membunuh ribuan tentara dan warga sipil. Ini adalah momen krusial yang mendorong AS untuk sepenuhnya terlibat dalam Perang Dunia II (Gordon W. Prange, "At Dawn We Slept: The Untold Story of Pearl Harbor," 1981, hlm. 500-508).

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Reaksi AS cepat dan tegas. Kongres AS, atas desakan dari Presiden Franklin D. Roosevelt, segera mengumumkan perang melawan Jepang. Ini juga memicu reaksi dari sekutu lainnya seperti Britania Raya dan negara-negara Persemakmuran. 

Dengan cepat, konflik di Pasifik berkembang menjadi perang skala penuh antara Sekutu dan Jepang. Dalam beberapa bulan pertama, Jepang mengalami serangkaian kemenangan, menaklukkan Filipina, Malaysia, Singapura, dan sejumlah wilayah strategis lainnya di Pasifik dan Asia Tenggara (Eri Hotta, "Japan 1941: Countdown to Infamy," 2013, hlm. 150-160).

Namun, momentum Jepang mulai melambat saat mereka mengalami kekalahan pertama mereka dalam Pertempuran Laut Coral dan Pertempuran Midway. Kedua pertempuran ini menjadi titik balik dalam perang di teater Pasifik dan memulai serangkaian kampanye Sekutu untuk merebut kembali wilayah yang telah dikuasai Jepang.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Pertempuran-pertempuran Penting

Pertempuran Midway

Pertempuran Midway, yang berlangsung pada Juni 1942, sering dianggap sebagai titik balik dalam Perang Pasifik. Terjadi sekitar enam bulan setelah serangan Pearl Harbor, pada pertempuran ini Angkatan Laut AS berhasil menggagalkan upaya Jepang untuk menguasai Pulau Midway, sebuah titik strategis di tengah-tengah Pasifik. 

Dalam pertempuran ini, AS berhasil menenggelamkan empat kapal induk Jepang, sementara AS hanya kehilangan satu kapal induk. Kemenangan ini memastikan dominasi AS di Pasifik Tengah dan membatasi perluasan Jepang (Craig L. Symonds, "The Battle of Midway," 2011, hlm. 170-190).

Pertempuran Guadalcanal

Pertempuran Guadalcanal, yang dimulai pada Agustus 1942 dan berlangsung hingga Februari 1943, merupakan perang darat pertama yang dilakukan oleh Sekutu di Pasifik. Tujuannya adalah untuk merebut kembali pulau dari Jepang, yang sedang membangun landasan udara yang strategis. Pertempuran ini melibatkan pertempuran darat, laut, dan udara yang sengit.

Akhirnya, setelah enam bulan pertempuran, Jepang memutuskan untuk evakuasi dan meninggalkan pulau tersebut kepada Sekutu (Richard B. Frank, "Guadalcanal: The Definitive Account of the Landmark Battle," 1990, hlm. 250-275).

Pertempuran Iwo Jima dan Okinawa

Menuju akhir perang, AS melancarkan dua serangan besar di wilayah pulau-pulau yang dekat dengan tanah air Jepang: Iwo Jima dan Okinawa.

Pertempuran Iwo Jima, pada awal 1945, adalah salah satu pertempuran paling berdarah dalam sejarah AS, dengan ribuan korban dari kedua belah pihak. Meskipun pulau ini memiliki luas yang kecil, posisinya strategis sebagai landasan bagi pesawat-pesawat pengebom yang hendak menyerang Jepang.

Sementara itu, Pertempuran Okinawa, yang dimulai pada April 1945, adalah pertempuran terbesar di Pasifik. Okinawa dilihat sebagai langkah terakhir sebelum invasi ke daratan utama Jepang. 

Kedua pertempuran ini, meskipun berhasil dimenangkan AS, menunjukkan betapa gigihnya pertahanan Jepang dan memberikan indikasi tentang apa yang mungkin terjadi jika invasi ke daratan utama Jepang dilakukan (James D. Hornfischer, "The Fleet at Flood Tide: America at Total War in the Pacific," 2016, hlm. 280-320).

Akhir Perang

Dengan berakhirnya Pertempuran Okinawa, AS berada dalam posisi untuk melancarkan serangan langsung ke daratan utama Jepang. Namun, pertimbangan atas potensi korban dan resistensi Jepang yang gigih membuat pihak Sekutu mempertimbangkan alternatif lain. 

Pada Agustus 1945, AS menjatuhkan dua bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki. Dampak kehancuran dan korban jiwa yang ditimbulkan oleh kedua bom ini memaksa Jepang untuk mempertimbangkan penyerahan. 

Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan tanpa syarat Jepang kepada Sekutu. Upacara formal penyerahan dilaksanakan pada 2 September 1945 di atas kapal USS Missouri di Teluk Tokyo, menandai berakhirnya Perang Pasifik dan Perang Dunia II secara keseluruhan^(Tsuyoshi Hasegawa, "Racing the Enemy: Stalin, Truman, and the Surrender of Japan," 2005, hlm. 210-230).

Dampak Perang

Dampak dari Perang Pasifik sangat luas dan berkepanjangan. Di tingkat regional, peta kekuatan di Asia Timur dan Pasifik berubah secara dramatis. Jepang, yang sebelumnya merupakan kekuatan dominan di Asia Timur, menjadi negara yang dikuasai Sekutu di bawah pendudukan AS hingga 1952. 

Reformasi politik, ekonomi, dan sosial yang dilakukan selama pendudukan ini mengubah Jepang menjadi negara demokratis dengan ekonomi yang kuat dan berorientasi pada perdamaian.

Di sisi lain, perang ini juga menjadi katalis bagi berakhirnya kekaisaran kolonial Eropa di Asia. Negara-negara seperti Indonesia, Vietnam, dan India menuntut dan memperoleh kemerdekaan mereka dalam beberapa tahun setelah perang berakhir.

Perang Pasifik juga memberikan AS posisi kekuatan dominan di Pasifik dan Asia Timur, posisi yang terus dipertahankan hingga saat ini. Di samping itu, penggunaan bom atom memicu era nuklir, dengan perlombaan senjata nuklir dan ketegangan antara kekuatan besar selama Perang Dingin (John W. Dower, "Embracing Defeat: Japan in the Wake of World War II," 1999, hlm. 15-40).

Referensi:

Craig L. Symonds, "The Battle of Midway," Oxford University Press, 2011.
Richard B. Frank, "Guadalcanal: The Definitive Account of the Landmark Battle," Penguin Books, 1990.
James D. Hornfischer, "The Fleet at Flood Tide: America at Total War in the Pacific," Bantam Books, 2016.
Ian W. Toll, "Pacific Crucible: War at Sea in the Pacific, 1941-1942," W.W. Norton & Company, 2011.
Gordon W. Prange, "At Dawn We Slept: The Untold Story of Pearl Harbor," Penguin Books, 1981.
Eri Hotta, "Japan 1941: Countdown to Infamy," Alfred A. Knopf, 2013.
Tsuyoshi Hasegawa, "Racing the Enemy: Stalin, Truman, and the Surrender of Japan," Harvard University Press, 2005.
John W. Dower, "Embracing Defeat: Japan in the Wake of World War II," W.W. Norton & Company, 1999.

OhPedia Lainnya