Menelusuri Warisan dan Pengaruh Kerajaan Majapahit bagi Indonesia

22/09/2023, 15:01 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Menelusuri Warisan dan Pengaruh Kerajaan Majapahit bagi Indonesia
Ilustrasi Kerajaan Majapahit
Table of contents
Editor: EGP

KERAJAAN Majapahit adalah salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Asia Tenggara yang pernah ada, dengan pengaruhnya merentang dari Sumatra hingga Papua di Indonesia. Kekuatan dan kebesarannya tidak hanya dilihat dari teritori yang dikuasai, tetapi juga dari warisannya yang masih terasa hingga saat ini. 

Sebagai salah satu kerajaan yang mampu menyatukan berbagai suku dan budaya di Nusantara, Majapahit memegang peranan penting dalam membentuk kesadaran nasional dan identitas bangsa Indonesia. Tak hanya itu, pengaruhnya pada seni, budaya, dan politik juga masih terasa hingga sekarang. 

Majapahit dalam Kesadaran Nasional

Kerajaan Majapahit telah lama menjadi simbol kejayaan dan kebesaran bangsa di Nusantara. Banyak tokoh nasionalis Indonesia yang mengambil inspirasi dari sejarah kerajaan ini dalam membangun kesadaran nasional.

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Salah satunya adalah tokoh proklamator Indonesia, Ir. Soekarno, yang seringkali menyebut Majapahit sebagai lambang kebesaran dan kemegahan Indonesia di masa lalu.

Melalui epik-epik seperti Pararaton dan Negarakertagama, kita dapat mengetahui bahwa Majapahit berhasil menyatukan berbagai kerajaan kecil di Nusantara di bawah kekuasaannya. Ide integrasi dan kesatuan yang dicita-citakan oleh pendiri Republik Indonesia mirip dengan konsep mandala yang dianut Majapahit, yaitu sebuah sistem di mana pusat kekuasaan (dalam hal ini Majapahit) memiliki pengaruh dan otoritas terhadap wilayah-wilayah satelit di sekitarnya (Oliver Wolters, The Fall of Srivijaya in Malay History, 1970, hlm. 45).

Dalam banyak cara, kesadaran nasional Indonesia dipengaruhi oleh konsep kebesaran dan kejayaan Majapahit. Lambang Garuda Pancasila yang diadopsi sebagai simbol negara Republik Indonesia juga mengambil inspirasi dari Garuda yang merupakan kendaraan dari Dewa Wisnu, sekaligus melambangkan kerajaan Majapahit.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Identitas Bangsa Indonesia

Pengaruh Majapahit tidak hanya sebatas pada kesadaran nasional, tetapi juga membantu membentuk identitas bangsa Indonesia. Konsep Bhinneka Tunggal Ika atau "Berbeda-beda tetapi tetap satu", yang kini menjadi semboyan nasional Indonesia, diambil dari kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang berasal dari era Majapahit. Ini adalah representasi awal dari keragaman suku, ras, dan agama di Indonesia yang hidup berdampingan dalam kesatuan (Mpu Tantular, Sutasoma, hlm. 134).

Selain itu, banyak tradisi dan budaya yang tumbuh dan berkembang selama periode Majapahit yang masih dilestarikan hingga kini, seperti seni pertunjukan wayang kulit, musik gamelan, serta tarian tradisional. Semua ini menjadi bukti bahwa Majapahit telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk identitas bangsa Indonesia.

Kita juga dapat melihat bagaimana Majapahit memengaruhi bahasa dan sastra di Nusantara. Banyak kata dalam bahasa Indonesia modern berasal atau dipengaruhi oleh kosa kata Jawa Kuno dari zaman Majapahit.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Selain itu, karya-karya sastra dari masa Majapahit memberikan kita gambaran tentang kehidupan, pemikiran, serta nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat pada masa itu, yang banyak di antaranya masih relevan hingga saat ini.

Dengan demikian, kerajaan Majapahit tidak hanya merupakan bagian penting dari sejarah Nusantara, tetapi juga sebagai salah satu pilar penting dalam pembentukan identitas dan karakter bangsa Indonesia.

Seni dan Budaya

Pengaruh Kerajaan Majapahit pada aspek seni dan budaya Nusantara sungguh mendalam. Salah satu contoh terbesarnya adalah pengembangan seni gamelan. Alat musik ini, yang kini menjadi ciri khas kesenian Jawa dan Bali, berkembang pesat selama kejayaan Majapahit. Komposisi melodinya merepresentasikan harmoni dan keragaman Nusantara (Jaap Kunst, Music in Java, 1949, hlm. 76).

Selain gamelan, seni pertunjukan wayang kulit juga mengalami transformasi signifikan. Wayang kulit, yang menceritakan kisah-kisah epos Mahabharata dan Ramayana, menjadi sarana pendidikan moral dan penceritaan sejarah, dengan latar belakang kehidupan kerajaan dan peperangan Majapahit (Clifford Geertz, The Interpretation of Cultures, 1973, hlm. 142).

Pada aspek arsitektur, candi-candi yang dibangun selama era Majapahit menggambarkan kemajuan teknik bangunan serta filosofi yang mendalam. Candi-candi tersebut tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai representasi kejayaan dan kekuasaan kerajaan.

Politik di Kawasan Nusantara

Pada aspek politik, Majapahit mengukuhkan dominasinya di Nusantara melalui serangkaian aliansi dan penaklukan. Konsep mandala yang diadopsi Majapahit, seperti yang sebelumnya disebutkan, menjadi model pemerintahan yang memengaruhi struktur politik di kawasan Nusantara selama berabad-abad. Hal ini terlihat dari bagaimana kerajaan-kerajaan di wilayah ini berinteraksi satu sama lain dengan pola pusat-periferi (Oliver Wolters, The Fall of Srivijaya in Malay History, hlm. 89).

Dalam diplomasi, Majapahit memainkan peran penting dalam menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara dan bahkan dengan kerajaan di luar kawasan, seperti Tiongkok. Kemampuan Majapahit dalam menjalin hubungan diplomatik memastikan perdamaian dan stabilitas di kawasan ini selama masa kejayaannya.

Secara keseluruhan, pengaruh Majapahit pada aspek seni, budaya, dan politik di kawasan Nusantara tidak hanya memberi warna pada periode sejarah tertentu, tetapi juga membentuk pondasi bagi evolusi kultural dan politik di wilayah ini hingga kini.

Referensi:

Oliver Wolters. The Fall of Srivijaya in Malay History. Cornell University Press, 1970.
Mpu Tantular. Sutasoma. Pustaka Jaya, 1985.
Jaap Kunst. Music in Java. The Hague: Martinus Nijhoff, 1949.
Clifford Geertz. The Interpretation of Cultures. Basic Books, 1973.

OhPedia Lainnya