SEJARAH Indonesia adalah mosaik dari kisah-kisah besar berbagai kerajaan yang pernah berdiri dan memengaruhi bentuk budaya dan peradaban kita saat ini. Salah satu kerajaan yang terkenal akan kejayaannya adalah Kerajaan Majapahit. Bagaimana sejarah asal mula dan awal dari kerajaan ini?
Latar belakang berdirinya Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit tidak tercipta dalam sekejap. Sebelum Majapahit, ada Kerajaan Singasari yang berdiri kokoh di Jawa Timur.
Namun, setelah Wijaya, yang merupakan menantu terakhir raja Singasari, berhasil mengusir pasukan Mongol dari Jawa pada 1293, terjadilah peristiwa yang menandai lahirnya Kerajaan Majapahit.
Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya
Nama "Majapahit" sendiri diambil dari nama pohon yang rasa buahnya pahit, yang tumbuh di wilayah Trowulan, Jawa Timur (Poesponegoro & Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, 1984, hal. 89).
Wijaya, yang setelah itu dikenal sebagai Rajasa, menjadi raja pertama Majapahit. Namun, jalan menuju kestabilan kerajaan ini tidaklah mudah. Wijaya harus berhadapan dengan pemberontakan para adipati yang ingin merdeka.
Namun, dengan diplomasi dan taktik perang, ia berhasil mengukuhkan kekuasaan dan memperluas wilayah Majapahit (Hall, A History of Early Southeast Asia, 2011, hal. 185).
Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme
Asal Mula dan Pendirian
Ketika membahas asal mula dan pendirian Kerajaan Majapahit, kita tak bisa melepaskan diri dari kisah pangeran Wijaya, yang kelak menjadi Raja pertama dari kerajaan besar ini. Wijaya atau yang dikenal juga dengan nama Raden Wijaya adalah menantu dari Raja Kertanegara, raja terakhir Singasari.
Setelah kematian Kertanegara, terjadilah perebutan kekuasaan yang menyebabkan Wijaya harus melarikan diri (Poesponegoro & Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, hal. 85).
Kisah pendirian Majapahit erat kaitannya dengan Pemberontakan Jayakatwang, adipati dari Kerajaan Gelang-gelang (Kediri). Jayakatwang berhasil memberontak dan menggulingkan Kerajaan Singasari, sehingga Wijaya yang saat itu merupakan bagian dari keluarga kerajaan harus melarikan diri.
Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya
Dalam pelariannya, Wijaya meminta bantuan tentara Mongol yang saat itu datang ke Jawa untuk menyerang Singasari sebagai balas dendam atas penolakan Singasari untuk tunduk pada Mongol (Hall, A History of Early Southeast Asia, hal. 180).
Dengan cerdik, setelah Jayakatwang berhasil mengalahkan Singasari, Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menyerang Jayakatwang dan menggulingkannya. Namun, setelah kemenangan ini, Wijaya kembali menunjukkan ketajamannya dengan mengusir pasukan Mongol dari Jawa.
Setelah kejadian tersebut, pada tahun 1293, Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya, dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana, akhirnya menjadi raja pertama Majapahit. Dengan kecerdikan dan kebijaksanaannya, ia meletakkan dasar kuat bagi kerajaan yang kelak akan menjadi salah satu kerajaan terbesar di Nusantara.
Lokasi dan periode keberadaan (1293-1527 M)
Kerajaan Majapahit berpusat di Trowulan, Jawa Timur, yang kini menjadi salah satu situs arkeologi terbesar di Indonesia. Lokasi ini strategis untuk perdagangan dan diplomasi, memungkinkan Majapahit mengembangkan hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara dan Asia.
Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan dengan bantuan patihnya, Gajah Mada, Majapahit mencapai puncak kejayaannya di pertengahan abad ke-14.
Majapahit menjadi salah satu kerajaan maritim terbesar dengan pengaruhnya yang membentang dari Sumatera hingga Maluku dan dari Kalimantan hingga Bali (Vlekke, Nusantara: A History of Indonesia, 1959, hal. 122).
Selama periode ini, Majapahit tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan yang maju, tetapi juga sebagai pusat seni, budaya, dan pendidikan.
Namun, seperti banyak kerajaan lain, Majapahit mengalami pasang surut. Seiring berjalannya waktu, konflik internal dan ancaman dari kerajaan-kerajaan lain menggerus kestabilan.
Pada awal abad ke-16, kejayaan Majapahit mulai memudar, dan pada tahun 1527 M, kerajaan ini akhirnya jatuh ke tangan Kerajaan Demak, sebuah kerajaan Islam yang sedang bangkit di Jawa (Ricklefs, A History of Modern Indonesia, 2008, hal. 17).