KERAJAAN Majapahit dikenal sebagai salah satu kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara, yang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Sejarah mencatat, periode Hayam Wuruk menjadi era emas yang menyaksikan kemajuan pesat dalam berbagai aspek, mulai dari politik, ekonomi, hingga kebudayaan.
Era Pemerintahan Hayam Wuruk (1350–1389 M)
Hayam Wuruk naik tahta tahun 1350 M ketika ia baru berusia 16 tahun. Namun, di balik kegigihannya sebagai pemimpin muda, terdapat sosok Gajah Mada, perdana menteri yang membantunya mengendalikan kekuasaan. Kombinasi kebijakan dari kedua pemimpin ini melahirkan stabilitas politik yang menjadi landasan kuat ekspansi wilayah Majapahit hingga mencapai puncak kejayaannya.
Pengaruh Majapahit pada masa tersebut mencakup wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga kepulauan Melayu (Slamet Muljana, Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya, 2005).
Baca juga: Mendalami Berbagai Aspek Kesenjangan Ekonomi dan Sosial
Dari sisi ekonomi, Hayam Wuruk mengembangkan sistem perdagangan yang maju. Pelabuhan-pelabuhan besar seperti Hujung Galuh (Surabaya saat ini) dan Janggala menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan Majapahit dengan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara lainnya. Komoditas seperti rempah-rempah, kain, hingga emas diperdagangkan dan memberikan pendapatan yang besar bagi kerajaan(Desawarnana, Nagarakretagama, 1365).
Kebudayaan Majapahit juga mengalami perkembangan signifikan selama era Hayam Wuruk. Seni, sastra, dan arsitektur mencapai tahap kemajuan yang luar biasa. Monumen-monumen besar seperti Candi Borobudur dan Prambanan menjadi bukti nyata kemegahan kerajaan ini.
Adapun dalam sastra, karya-karya besar seperti Nagarakretagama oleh Mpu Prapanca menjadi dokumentasi berharga mengenai kehidupan masyarakat Majapahit.
Baca juga: Apa Itu Kesenjangan Ekonomi dan Sosial?
Salah satu hal yang tidak kalah penting adalah sistem administrasi Majapahit yang terstruktur dengan baik. Hayam Wuruk membagi wilayah kerajaannya menjadi beberapa daerah dengan penguasa masing-masing yang bertanggung jawab kepada pusat. Ini memudahkan pengawasan dan distribusi sumber daya secara efisien.
Keragaman etnik dan budaya di bawah bendera Majapahit pun dikelola dengan bijak, menjaga kesatuan dan harmoni di tengah-tengah masyarakat yang begitu beragam(R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 1973).
Peranan Gajah Mada dan Sumpah Palapa
Salah satu tokoh yang paling dikenal dalam sejarah Majapahit adalah Gajah Mada, yang menjabat sebagai mahapatih atau perdana menteri di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Sebagai seorang pemimpin militer dan administratif, Gajah Mada memiliki peran sentral dalam memperluas kekuasaan Majapahit dan menjadikannya sebagai salah satu kerajaan terbesar di Asia Tenggara (Slamet Muljana, Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya, 2005).
Baca juga: Keunggulan dari Konsep Keunggulan Komparatif
Gajah Mada dikenal memiliki visi yang kuat untuk menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Ini tercermin dalam Sumpah Palapa, sebuah janji legendaris yang ia ucapkan.
Dalam sumpah tersebut, Gajah Mada berjanji tidak akan merasa puas menikmati rasa rempah-rempah sampai ia berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara. Sumpah ini bukan hanya menunjukkan ambisi beliau, tetapi juga dedikasi dan komitmen yang kuat terhadap misi penyatuan (Andi Hakim Nasoetion, Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara, 1991).
Berkat kebijakan dan strategi militer yang diterapkan oleh Gajah Mada, Majapahit berhasil melakukan ekspansi wilayah dengan cepat. Beberapa kerajaan yang sebelumnya enggan tunduk, akhirnya memilih bergabung atau bersekutu dengan Majapahit setelah melihat kekuatan dan determinasi yang dimiliki oleh Gajah Mada (R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 1973).
Namun, di balik keberhasilannya, Gajah Mada juga menghadapi beberapa kontroversi, termasuk insiden Bubat yang menjadi salah satu episode gelap dalam karirnya. Meskipun demikian, peranannya dalam membawa Majapahit ke puncak kejayaan tidak dapat disangkal, menjadikannya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Nusantara (Desawarnana, Nagarakretagama, 1365).
Wilayah Kekuasaan Majapahit yang Meluas
Kerajaan Majapahit memang dikenal dengan ekspansi wilayahnya yang masif, mencapai beberapa bagian besar dari Nusantara dan bahkan melampaui batas-batas geografis Indonesia saat ini.
Semenanjung Melayu
Majapahit memperluas pengaruhnya hingga ke Semenanjung Melayu. Catatan sejarah menunjukkan bahwa beberapa kerajaan di Semenanjung Melayu, seperti Melayu (Jambi) dan Palembang, pernah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan atau setidaknya berada dalam lingkup pengaruh Majapahit. Hubungan ini tidak hanya sebatas dominasi, tetapi juga melibatkan perdagangan dan diplomasi (Slamet Muljana, Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya, 2005).
Kepulauan Riau
Kepulauan Riau, dengan posisinya yang strategis di jalur perdagangan, juga masuk dalam cakupan kekuasaan Majapahit. Dengan mengendalikan kepulauan ini, Majapahit mampu mengontrol aktivitas perdagangan di Selat Malaka, salah satu jalur perdagangan maritim terpenting di dunia saat itu (Andi Hakim Nasoetion, Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara, 1991).
Kepulauan Indonesia Timur
Tak hanya wilayah barat, Majapahit juga menunjukkan dominasinya di wilayah timur Nusantara. Beberapa kerajaan di Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara berada di bawah pengaruh atau kekuasaan Majapahit. Pengendalian wilayah-wilayah ini memperkaya kerajaan dengan sumber daya alam yang melimpah, terutama rempah-rempah yang sangat dicari oleh pedagang internasional (Desawarnana, Nagarakretagama, 1365).
Ekspansi wilayah ini bukan hanya menunjukkan kekuatan militer Majapahit, tetapi juga diplomasi dan kemampuan administrasi kerajaannya. Kemampuan Majapahit dalam mengintegrasikan berbagai kerajaan dan wilayah dengan latar belakang etnik dan budaya yang berbeda menjadi bukti kebesaran dan ketahanannya sebagai salah satu kerajaan terbesar di Asia Tenggara.