Budaya dan Kemasyarakatan pada Zaman Kerajaan Majapahit

27/09/2023, 13:28 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Budaya dan Kemasyarakatan pada Zaman Kerajaan Majapahit
Ilustrasi kondisi sosial-kemasyarakatan pada zaman Kerajaan Majapahit.
Table of contents
Editor: EGP

SELAIN wilayah kekuasaan yang luas, Kerajaan Majapahit dikenal memiliki warisan budaya dan kemasyarakatan yang kaya. Empat aspek penting yang merefleksikan kebesaran budaya Majapahit adalah arsitektur, sastra, sistem pendidikan, dan kelas sosial. Keempatnya mampu menceritakan sejarah dan kehidupan masyarakat pada era tersebut.

Warisan Arsitektur

Arsitektur Majapahit mencerminkan kejayaan, spiritualitas, dan kompleksitas budaya kerajaan tersebut. Dengan perpaduan antara tradisi lokal dan pengaruh asing, khususnya dari India, Majapahit menciptakan gaya arsitekturalnya sendiri yang memikat dan berpengaruh.

Candi dan Tempat Ibadah: Salah satu unsur arsitektur yang paling menonjol dari era Majapahit adalah candi. Meskipun Candi Borobudur seringkali dikaitkan dengan Majapahit, beberapa ahli berpendapat bahwa candi ini sebenarnya dibangun sebelum era Majapahit .

Baca juga: Berbagai Penyebab Kesenjangan Ekonomi dan Sosial

Namun, banyak candi lain seperti Candi Panataran di Blitar yang jelas-jelas berasal dari era Majapahit. Candi-candi ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai monumen untuk menghormati dewa-dewi dan raja-raja yang telah meninggal.

Gapura dan Pintu Gerbang: Gapura atau pintu gerbang besar seperti Wringin Lawang di Trowulan merupakan representasi arsitektur monumental Majapahit. Dibangun dari bata merah, gapura ini berfungsi sebagai pintu masuk ke kompleks keraton atau area penting lainnya. Detail hiasannya mencerminkan keterampilan dan estetika arsitektur Majapahit yang canggih.

Bahan Bangunan: Bata merah menjadi material utama dalam pembangunan struktur di Majapahit. Teknik pembuatannya yang khas membuat bangunan-bangunan dari era ini dapat bertahan hingga saat ini. Selain bata merah, batu andesit juga digunakan, terutama untuk pembangunan candi dan monumen.

Baca juga: Mendalami Berbagai Aspek Kesenjangan Ekonomi dan Sosial

Influens Asing dan Lokal: Gaya arsitektur Majapahit dipengaruhi oleh tradisi lokal Nusantara dan pengaruh asing, terutama dari India. Hal ini dapat dilihat dari motif hiasan, teknik konstruksi, dan bentuk bangunan. Namun, Majapahit mampu mengadaptasi dan menggabungkan berbagai influens ini menjadi ciri khas tersendiri.

Dapat dikatakan bahwa arsitektur Majapahit adalah representasi fisik dari kejayaan, kepercayaan, dan kebudayaan masyarakatnya. Bangunan-bangunan yang megah dan penuh detail mencerminkan betapa Majapahit menghargai estetika, fungsi, dan spiritualitas dalam karya-karyanya.

Warisan Sastra

Majapahit juga meninggalkan jejak tak terhapuskan di bidang sastra. Salah satu karya sastra terkenal dari era ini adalah "Negarakertagama" yang ditulis oleh Empu Prapanca pada tahun 1365. Karya ini mendeskripsikan tentang perjalanan raja, kehidupan di istana, dan struktur pemerintahan Majapahit. Karya sastra ini menjadi sumber informasi penting mengenai sejarah dan budaya kerajaan tersebut.

Baca juga: Apa Itu Kesenjangan Ekonomi dan Sosial?

Selain "Negarakertagama", terdapat pula karya sastra "Pararaton" atau "Kitab Raja-raja" yang mengisahkan tentang asal mula dan riwayat para raja di Jawa. Meskipun sumber asal usul penulisannya masih diperdebatkan, karya ini memberikan gambaran mengenai kehidupan masyarakat, mitologi, dan tradisi pada masa Majapahit.

Sastra pada masa Majapahit tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pencatatan sejarah dan pendidikan moral bagi masyarakat.

Selain itu ada Kidung Sunda yang mengisahkan peristiwa tragis pertempuran antara pasukan Majapahit dan Kerajaan Sunda di Bubat. Ini mencerminkan dinamika politik dan hubungan antarkerajaan di Nusantara pada masa itu.

Sastra pada zaman Majapahit ditulis dalam bahasa Kawi, sebuah bentuk klasik dari bahasa Jawa kuno. Estetika dan gaya bahasa yang digunakan mencerminkan kehalusan, kedalaman, dan kekayaan budaya Jawa. Puisi, mantra, dan prosa digunakan untuk menyampaikan cerita, ajaran, dan refleksi filosofis.

Sastra Majapahit bukan hanya sekedar karya seni, tetapi juga menjadi dokumen sejarah dan saksi bisu dari kejayaan, tradisi, dan peristiwa penting di era tersebut. Melalui karya-karya sastra ini, kita mendapat wawasan mendalam tentang dunia pikiran, spiritualitas, dan kehidupan masyarakat Majapahit.

Kondisi Pendidikan

Pendidikan di era Majapahit bukanlah hal yang asing. Berbeda dengan persepsi masyarakat modern bahwa pendidikan kuno adalah hal yang eksklusif, Majapahit memiliki sistem pendidikan yang terstruktur.

Widyarama: Widyarama merupakan lembaga pendidikan formal di Majapahit. Di sini, siswa diajarkan berbagai ilmu, mulai dari sastra, agama Hindu dan Buddha, filsafat, hingga ilmu perang. Banyak yang beranggapan bahwa pendidikan ini mirip dengan konsep sekolah dan universitas modern (Zoetmulder, 1995).

Guru dan Tempat Belajar: Guru-guru di Majapahit sangat dihormati. Mereka sering kali adalah brahmana atau orang-orang terpelajar yang memiliki pengetahuan mendalam. Tempat belajar biasanya berupa pendopo atau balai yang besar, dimana siswa duduk bersila mendengarkan pengajaran dari gurunya.

Metode Pendidikan: Metode pengajaran biasanya dilakukan dengan cara lisan dan diskusi. Gurunya akan menceritakan kisah-kisah, mantra, serta ilmu lainnya yang kemudian dihafal oleh siswa. Diskusi antara guru dan siswa juga menjadi bagian penting dari proses belajar mengajar.

Sistem Kelas Sosial di Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit, seperti kerajaan-kerajaan besar lainnya, memiliki sistem kelas sosial yang jelas.

Kasta Brahmana: Di puncak hirarki sosial Majapahit adalah Brahmana. Mereka adalah pendeta dan guru yang memegang peran penting dalam ritual keagamaan dan pendidikan. Karena pengetahuannya yang mendalam, mereka sangat dihormati dalam masyarakat.

Kasta Ksatria: Kasta ini terdiri dari para bangsawan, prajurit, dan pejabat kerajaan. Mereka adalah pelindung kerajaan dan memiliki kekuasaan dalam pemerintahan.

Kasta Waisya: Waisya adalah kasta pedagang dan pengrajin. Mereka memegang peran penting dalam ekonomi kerajaan, terutama dalam perdagangan antar pulau dan dengan kerajaan-kerajaan asing.

Kasta Sudra: Di dasar hierarki sosial adalah Sudra, yang terdiri dari petani, buruh, dan pekerja kasar lainnya. Meskipun berada di dasar piramida sosial, kasta ini sangat penting bagi keberlangsungan kerajaan karena mereka adalah produsen utama makanan dan barang kebutuhan pokok.

Meskipun ada ketidaksetaraan dalam hak dan kekayaan di antara kasta-kasta ini, sistem ini berfungsi untuk menjaga stabilitas dan ketertiban masyarakat Majapahit (Hall, 1985).

OhPedia Lainnya