Mengenal Lebih Dalam Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium

02/10/2023, 16:56 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Mengenal Lebih Dalam Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium
Ilustrasi Bizantium
Table of contents
Editor: EGP

KEKAISARAN Romawi Timur, yang lebih dikenal dengan nama Bizantium, adalah kelanjutan dari Kekaisaran Romawi setelah keruntuhan Romawi Barat pada abad ke-5. Berpusat di Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki), kekaisaran ini bertahan hingga tahun 1453, jauh setelah keruntuhan Romawi Barat. 

Di tengah-tengah perubahan geografis, politik, dan sosial yang signifikan, Bizantium berhasil mempertahankan beberapa aspek kultur dan tradisi Romawi, sementara juga mengembangkan karakteristik uniknya sendiri yang membedakannya dari Romawi Barat.

Perbedaan dengan Romawi Barat

Romawi Barat menggunakan bahasa Latin sebagai bahasa utama, sedangkan Bizantium menggunakan bahasa Yunani. Bahasa Yunani menjadi dominan dalam pemerintahan, gereja, dan kehidupan sehari-hari di Bizantium. Hal ini juga memengaruhi kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang berkembang di kekaisaran ini. Sedangkan Romawi Barat lebih dipengaruhi oleh tradisi dan kultur Latin. (Treadgold, "A History of the Byzantine State and Society", 1997).

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Walaupun kedua kekaisaran menganut Kristen, namun praktik dan teologi mereka berbeda. Bizantium menganut Ortodoks Timur, dengan Patriark Konstantinopel sebagai pemimpin rohaninya. Di sisi lain, Romawi Barat menganut Katolik dengan Paus di Roma sebagai kepala gerejanya. Beberapa kontroversi teologi telah memperdalam perpecahan antara kedua tradisi tersebut. (Jenkins, "The Lost History of Christianity", 2008.)

Romawi Barat memiliki sistem administrasi yang lebih sederhana dengan pendekatan militer yang kuat. Sedangkan Bizantium memiliki birokrasi yang lebih rumit dengan posisi-posisi sipil yang memiliki peran penting. Di Bizantium, institusi pemerintahan lebih fleksibel dan adaptif terhadap perubahan, memungkinkannya bertahan lebih lama. (Haldon, "Byzantium in the Seventh Century", 1990.)

Sementara Romawi Barat mengandalkan legiun-legiun Romawi dan tentara bayaran dari suku-suku barbar, Bizantium mengembangkan sistem pertahanan "thema", di mana tanah diberikan kepada tentara sebagai ganti layanan militer. Sistem ini memungkinkan Bizantium untuk mempertahankan diri dari serangan berulang dari berbagai penjajah. (Treadgold, "Byzantium and Its Army", 1995.)

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Dengan demikian, Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium, bukan hanya sekadar kelanjutan dari Romawi Barat, tetapi merupakan kekaisaran yang memiliki identitas unik dengan banyak perbedaan signifikan dalam bahasa, agama, pemerintahan, dan militer. Perbedaan-perbedaan ini memainkan peran penting dalam kemampuan Bizantium untuk bertahan selama hampir seribu tahun setelah keruntuhan Romawi Barat.

Kehidupan dan Kebudayaan Bizantium

Seni Bizantium sangat dipengaruhi agama Kristen, dengan ikon dan mozaik gereja menjadi ciri khas. Ikon-ikon ini tidak hanya sebagai hiasan, tetapi juga memiliki makna spiritual dan liturgi yang mendalam. 

Gereja Hagia Sophia di Konstantinopel adalah contoh menonjol dari kehebatan arsitektur Bizantium dengan kubah besarnya dan mozaik-mozaik emas yang mewah. Seni Bizantium menekankan simbolisme daripada realisme, yang mencerminkan pandangan mereka tentang dunia rohaniah. (Cormack, "Byzantine Art", 2000.)

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Pendidikan di Bizantium sangat dihargai dan didasarkan pada tradisi klasik Yunani dan Romawi. Filsuf, teolog, dan sejarawan seperti Prokopius, Anna Komnene, dan Michael Psellos memberikan kontribusi penting pada sastra Bizantium. Pendidikan formal biasanya dimulai dengan mempelajari gramatika, retorika, dan filsafat, menunjukkan kecintaan mereka terhadap tradisi klasik. (Wilson, "Scholars of Byzantium", 1983.)

Warga Bizantium, terutama di kota-kota besar seperti Konstantinopel, menikmati berbagai hiburan, termasuk pertunjukan teater, balap kereta, dan pertunjukan musik. Makanan sehari-hari biasanya mencakup roti, ikan, sayuran, dan anggur. Pakaian mereka biasanya terbuat dari wol atau linen, dengan orang kaya memakai sutra dan perhiasan. (Laiou, "The Economic History of Byzantium", 2002.)

Agama memainkan peran sentral dalam kehidupan masyarakat Bizantium. Gereja-gereja menjadi pusat aktivitas komunitas, dan hari raya agama sering diikuti dengan pesta besar. Raja-raja Bizantium juga dianggap sebagai pemimpin rohaniah, dengan tanggung jawab untuk menjaga kebenaran doktrin Kristen. Kontroversi teologi, seperti Kontroversi Ikonoklasme, bisa menyebabkan konflik serius dalam masyarakat. (Herrin, "Byzantium: The Surprising Life of a Medieval Empire", 2007.)

Jadi, kehidupan dan kebudayaan Bizantium adalah perpaduan dari tradisi Romawi, agama Kristen, dan pengaruh Yunani. Seni, sastra, kehidupan sehari-hari, dan rohani semua mencerminkan keunikan dan keragaman dari kekaisaran ini, yang telah berkontribusi pada perkembangan peradaban Eropa dan Mediterania.

Kontribusi Bizantium terhadap Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Agama

Dalam bidang ilmu pengetahuan, Bizantium memainkan peran penting dalam menjembatani tradisi klasik Yunani dan Romawi ke dunia Islam dan kemudian ke Eropa Renaisans. Pustakawan Bizantium memelihara dan menyalin banyak naskah kuno yang mungkin akan hilang tanpa usaha mereka. 

Dalam bidang astronomi, matematika, dan kedokteran, ilmuwan Bizantium seperti Ioannes Philoponus dan Nikolaos dari Myra memberikan kontribusi penting yang memengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Barat dan Timur. (Mango, "Byzantium: The Empire of New Rome", 1980.)

Seperti yang telah disebutkan, seni Bizantium sangat dipengaruhi oleh agama Kristen. Namun, pengaruh ini bukan hanya terbatas pada Bizantium. Mozaik, ikon, dan gaya arsitektur khas Bizantium telah memengaruhi perkembangan seni Kristen di Eropa, Rusia, dan sekitarnya. Ikonografi Bizantium, dengan penekanan pada simbolisme rohaniah daripada realisme, menjadi fondasi bagi tradisi seni rupa Kristen di banyak bagian dunia. (Cormack, "Byzantine Art", 2000.)

Kekaisaran Bizantium, dengan Ortodoks Timur sebagai agama utamanya, memengaruhi perkembangan Kristen di wilayah-wilayah tetangga. Dari konversi Rus Kiev oleh St. Vladimir hingga misi-misi ke Slavia oleh St. Cyril dan Methodius, Bizantium memainkan peran kunci dalam penyebaran Kristen Ortodoks.

Selain itu, kontroversi-kontroversi teologi yang berasal dari Bizantium, seperti Kontroversi Ikonoklasme, menggugah debat-debat agama yang penting dan membentuk pemahaman Kristen tentang ikon dan gambar sakral. (Herrin, "Byzantium: The Surprising Life of a Medieval Empire", 2007.)

Kesimpulan

Kekaisaran Romawi Timur, atau lebih dikenal dengan Bizantium, merupakan peradaban penting yang berlangsung selama lebih dari seribu tahun, mengisi ruang antara keruntuhan Romawi Barat dan munculnya Eropa Renaisans. Dengan Konstantinopel sebagai pusatnya, Bizantium tidak hanya merupakan kelanjutan dari tradisi Romawi, tetapi juga menonjol sebagai entitas yang unik dengan kontribusinya sendiri terhadap ilmu pengetahuan, seni, dan agama.

Melalui perpaduan tradisi klasik Yunani-Romawi, agama Kristen, dan pengaruh-pengaruh lainnya, Bizantium membentuk jembatan antara masa lalu dan masa depan, memainkan peran kunci dalam transmisi pengetahuan dan budaya, dan memberikan warisan yang tak ternilai bagi dunia modern.

Referensi:

Treadgold, W. "A History of the Byzantine State and Society". Stanford University Press, 1997.
Jenkins, P. "The Lost History of Christianity". HarperOne, 2008.
Haldon, J. "Byzantium in the Seventh Century". Cambridge University Press, 1990.
Treadgold, W. "Byzantium and Its Army". Stanford University Press, 1999.
Cormack, R. "Byzantine Art". Oxford History of Art, 2000.
Wilson, N. "Scholars of Byzantium". Duckworth, 1983.
Laiou, A. E. "The Economic History of Byzantium". Dumbarton Oaks, 2002.
Herrin, J. "Byzantium: The Surprising Life of a Medieval Empire". Penguin, 2007.
Mango, C. "Byzantium: The Empire of New Rome". Scribner, 1980.

OhPedia Lainnya