Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejatuhan Kekaisaran Bizantium

03/10/2023, 13:18 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejatuhan Kekaisaran Bizantium
Ilustrasi kejatuhan Kekaisaran Bizantium
Table of contents
Editor: EGP

KEKAISARAN Bizantium, yang juga dikenal sebagai Kekaisaran Romawi Timur, mengalami banyak tantangan sepanjang sejarahnya yang berujung pada kejatuhan monumental di tahun 1453 M. Berbagai faktor berkontribusi pada kemundurannya itu, dari ancaman militer pihak luar hingga ketidakstabilan internal. 

Ancaman dari Luar

Dari segi militer, Kekaisaran Bizantium selalu berhadapan dengan tekanan dari bangsa-bangsa tetangganya. Salah satu ancaman utama datang dari Kekaisaran Persia Sassania.

Konflik-konflik militer antara Bizantium dan Persia di awal abad pertengahan menguras sumber daya dan energi kekaisaran (Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, 1997). 

Baca juga: Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

Selain Persia, bangsa Arab yang baru saja menerima Islam juga menjadi ancaman. Pasukan Arab berhasil merebut wilayah-wilayah penting, termasuk Siria (Suriah), Palestina, dan Mesir dari tangan Bizantium.

Pada periode pertengahan, Kekaisaran Bizantium kembali mendapatkan tekanan dari Seljuk dan kemudian dari Kesultanan Utsmaniyah. Bangsa Seljuk berhasil mengalahkan pasukan Bizantium dalam Pertempuran Manzikert pada tahun 1071, yang mengakibatkan hilangnya Anatolia, jantung dari kekaisaran. 

Sementara itu, Kesultanan Utsmaniyah yang muncul sebagai kekuatan baru, lambat laun mempersempit wilayah Bizantium, hingga akhirnya merebut Konstantinopel pada tahun 1453.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Konflik Agama

Selain ancaman militer, konflik internal, khususnya yang berhubungan dengan agama, juga memperlemah struktur Kekaisaran Bizantium. Pada abad ke-8 dan ke-9, Kekaisaran Bizantium mengalami krisis ikonoklasme, sebuah perdebatan mengenai penggunaan ikon dalam ibadah Kristen. 

Pihak yang mendukung ikonoklasme ingin menghapus penggunaan ikon, sementara pihak yang menentangnya berpendapat bahwa ikon penting dalam ibadah (Herrin, Byzantium: The Surprising Life of a Medieval Empire, 2008). Krisis ini mengakibatkan banyak kerusuhan dan pemberontakan dalam kekaisaran.

Masalah agama lainnya adalah perpecahan antara Gereja Timur dan Gereja Barat yang terjadi pada tahun 1054, dikenal sebagai Skisma Besar. Pemisahan ini memengaruhi hubungan politik dan militer Bizantium dengan negara-negara Kristen di Barat, terutama selama Perang Salib. Kekurangan dukungan dari Barat dalam menghadapi ancaman dari luar semakin memperlemah kekuatan kekaisaran.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Krisis Ekonomi

Seiring berjalannya waktu, Kekaisaran Bizantium menghadapi krisis ekonomi yang memengaruhi stabilitas internalnya. Serangan berulang-ulang dari musuh-musuhnya tidak hanya mengakibatkan kerugian teritorial, tetapi juga merusak jalur perdagangan vital dan infrastruktur pertanian (Laiou, The Economic History of Byzantium, 2002, hlm. 457-502). 

Penurunan sumber daya ini mengakibatkan inflasi dan kesulitan dalam mengumpulkan pajak, yang merupakan sumber pendapatan utama untuk kekaisaran.

Kebergantungan Bizantium pada perdagangan dengan Venesia juga menjadi masalah. Kesepakatan yang memberikan Venesia akses bebas pajak ke pelabuhan-pelabuhan Bizantium mengurangi pendapatan kekaisaran dan memperlemah posisi ekonominya di wilayah sendiri.

Korupsi dan Kesulitan Pemerintahan

Korupsi menjadi salah satu masalah yang menghancurkan dari dalam. Pejabat-pejabat yang korup seringkali menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi, mengorbankan kepentingan rakyat dan kekaisaran (Haldon, Byzantium in the Seventh Century, 1997). Ini menciptakan ketidakpuasan di antara rakyat dan memperlemah otoritas pusat.

Selain korupsi, kekaisaran juga menghadapi kesulitan dalam pemerintahan. Konflik dinasti dan perebutan kekuasaan antara faksi-faksi istana mengakibatkan tidak stabilnya kepemimpinan.

Perubahan kebijakan yang cepat dan perebutan tahta sering terjadi, membuat kebijakan pemerintah menjadi tidak konsisten dan merusak struktur administratif kekaisaran.

Ancaman dari Barat

Selain dari timur, Bizantium juga menghadapi ancaman dari kekaisaran dan kerajaan di Barat. Salah satunya adalah serangan dari bangsa Norman yang berhasil merebut wilayah-wilayah di Italia selatan, yang pernah menjadi bagian dari kekaisaran (Chalandon, Histoire de la domination normande en Italie et en Sicile, 1907).

Sementara itu, Perang Salib Keempat pada 1204 M menyaksikan pasukan Eropa Barat menjarah dan menduduki Konstantinopel, mendirikan Kekaisaran Latin yang bertahan selama beberapa dekade sebelum Bizantium dapat memulihkan kembali ibu kotanya.

Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa, meskipun kadang-kadang memiliki hubungan yang saling menguntungkan dengan kekuatan-kekuatan Barat, Bizantium kerap kali menjadi sasaran ambisi ekspansionis mereka.

Penguatan Kesultanan Utsmaniyah

Penguatan Kesultanan Utsmaniyah memainkan peran krusial dalam kejatuhan akhir Bizantium. Mengawali ekspansinya di Anatolia setelah Pertempuran Manzikert, Utsmaniyah secara bertahap mempersempit wilayah Bizantium.

Kesultanan ini menunjukkan kemampuannya dengan merebut Bursa, kemudian Edirne, dan akhirnya memusatkan perhatiannya pada Konstantinopel (Finkel, Osman's Dream: The History of the Ottoman Empire, 2005).

Dengan teknologi militer yang superior, seperti penggunaan meriam besar, dan strategi yang efektif, Utsmaniyah berhasil mengisolasi dan akhirnya merebut Konstantinopel pada 1453, menandai akhir dari Kekaisaran Bizantium.

Kesimpulan

Kekaisaran Bizantium menghadapi ancaman dari banyak sisi selama berabad-abad. Baik ancaman eksternal maupun internal menyumbang pada kemunduran dan akhirnya kejatuhan kekaisaran yang pernah agung ini.

Referensi:

Treadgold, Warren. A History of the Byzantine State and Society. Stanford University Press, 1997.
Herrin, Judith. Byzantium: The Surprising Life of a Medieval Empire. Princeton University Press, 2008.
Laiou, Angeliki E. The Economic History of Byzantium. Dumbarton Oaks, 2002.
Haldon, John. Byzantium in the Seventh Century. Cambridge University Press, 1997
Chalandon, Ferdinand. Histoire de la domination normande en Italie et en Sicile. Paris: A. Picard et fils, 1907.
Finkel, Caroline. Osman's Dream: The History of the Ottoman Empire. Basic Books, 2005.

OhPedia Lainnya