Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya

12/01/2024, 17:08 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Aleksander Agung: Kehidupan Awal dan Latar Belakangnya
Aleksander Agung
Table of contents
Editor: EGP

ALEKSANDER Agung, sebuah nama yang telah menjadi sinonim dengan kepemimpinan, keberanian, dan penaklukan, tetap menjadi salah satu tokoh paling legendaris dalam sejarah dunia. Lahir pada tahun 356 SM di Pella, Makedonia, Aleksander berhasil mencetak namanya dalam sejarah sebagai penakluk yang tak tertandingi dan pemimpin visioner. Pada usia yang relatif muda, ia tidak hanya naik tahta Makedonia tetapi juga memperluas kekuasaannya melintasi Asia hingga Mesir, menciptakan salah satu imperium terbesar yang pernah ada.

Kehidupan dan pemerintahan Aleksander Agung diwarnai oleh serangkaian peristiwa dramatis dan keputusan strategis yang mengubah struktur politik dan budaya dunia kuno. Dari pendidikan awalnya yang dipengaruhi oleh filsuf besar, Aristoteles, hingga naik tahta setelah pembunuhan tragis ayahnya, Philip II, setiap langkah dalam hidup Aleksander menjadi bagian penting dari puzzle sejarah.

Signifikansi historis Aleksander tidak hanya terletak pada kemampuannya sebagai ahli strategi militer yang hebat tetapi juga dalam visinya untuk menyatukan berbagai budaya dan tradisi di bawah satu pemerintahan.

Baca juga: Mengenal Ciri-Ciri Simbolisme

Artikel ini akan membawa Anda melalui perjalanan kehidupan Aleksander Agung, mulai dari kelahiran dan latar belakang keluarganya, pengaruh pendidikan dan Aristoteles dalam pembentukan karakternya, hingga kejadian kritis saat ia naik tahta Makedonia. Melalui eksplorasi ini, kita akan mendalami bagaimana Aleksander tidak hanya menjadi raja tetapi juga simbol dari kekuatan, ambisi, dan pengaruh yang masih dirasakan hingga hari ini dalam sejarah dunia.

Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga

Aleksander Agung, tokoh legendaris yang namanya terpatri dalam sejarah sebagai seorang penakluk dan pemimpin militer yang cerdas, lahir tahun 356 SM di Pella, ibu kota kerajaan kuno Makedonia. Sebagai putra dari Raja Philip II dari Makedonia dan Ratu Olympias, Aleksander tidak hanya mewarisi kerajaan, tetapi juga ambisi dan kemampuan kepemimpinan yang luar biasa. Menurut Robin Lane Fox dalam bukunya "Alexander the Great" (1973), kelahiran Aleksander dirayakan dengan mitos dan legenda, menandakan awal dari sebuah era baru.

Keluarga Aleksander berasal dari dinasti Argead, yang memiliki darah bangsawan dan sejarah kepemimpinan kuat di Makedonia. Ayahnya, Philip II, dikenal sebagai pemimpin yang cerdik dan visioner, yang berhasil mempersatukan kota-kota Yunani dan membentuk aliansi militer yang solid. Di sisi lain, ibunya, Olympias, merupakan wanita yang tangguh dan berpengaruh. Menurut Plutarch dalam "The Life of Alexander" (75 Masehi), Olympias memiliki kepercayaan religius yang kuat dan seringkali dianggap memiliki pengaruh spiritual yang memandu Aleksander.

Baca juga: Apa Itu Simbolisme: Definisi, Sejarah, dan Fungsinya

Masa kecil Aleksander diwarnai oleh pendidikan yang luar biasa dan pelatihan militer ketat. Ia dididik oleh tutor terkenal, Leonidas, dan kemudian oleh filsuf besar, Aristoteles. Aristoteles mengajarkan Aleksander tentang ilmu pengetahuan, filsafat, dan seni, memberinya fondasi intelektual yang kuat untuk masa depannya. Seperti yang diungkapkan oleh Nicholas Hammond dalam "Alexander the Great: King, Commander, and Statesman" (1981), pendidikan ini memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan pandangan dunia Aleksander.

Pada usia muda, Aleksander sudah menunjukkan bakat kepemimpinan dan kemampuan militer. Ia berpartisipasi dalam kampanye militer ayahnya dan menunjukkan keberanian serta kecerdasan taktis. Kisah tentang bagaimana ia menaklukkan kuda buas Bucephalus, yang kemudian menjadi kudanya yang setia, menjadi simbol dari keberanian dan kecerdasan Aleksander. Kisah ini diceritakan secara mendetail oleh Arrian dalam "The Anabasis of Alexander" (sekitar 150 Masehi).

Kehidupan awal Aleksander tidak lepas dari intrik politik dan konflik keluarga. Hubungannya dengan ayahnya seringkali tegang, sementara ia memiliki ikatan yang kuat dengan ibunya. Konflik di dalam keluarga kerajaan, seperti yang dijelaskan oleh Curtius Rufus dalam "The History of Alexander" (sekitar 50-60 Masehi), memberikan Aleksander pelajaran penting tentang politik dan kekuasaan, yang kelak berguna dalam karirnya sebagai raja dan penakluk.

Baca juga: Mengontrol dan Menangani Inflasi

Pendidikan dan Pengaruh Aristoteles

Salah satu aspek paling penting dalam kehidupan awal Aleksander Agung adalah pendidikannya, terutama pengaruh yang diberikan oleh tutor besar, Aristoteles. Pada usia 13 tahun, Aleksander mulai belajar di bawah bimbingan Aristoteles yang merupakan salah satu pemikir terbesar Yunani kuno.

Dalam bukunya "Alexander the Great: The Meeting of East and West" (1956), Marguerite Yourcenar menjelaskan bahwa hubungan antara Aristoteles dan Aleksander tidak hanya berdasar pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter dan pandangan dunia.

Aristoteles, yang saat itu sudah dikenal sebagai filsuf dan ilmuwan, memberikan pendidikan yang komprehensif kepada Aleksander. Mereka membahas berbagai topik, mulai dari ilmu alam, matematika, logika, hingga filsafat dan etika. Aristoteles juga mengajarkan Aleksander tentang karya-karya sastra besar, termasuk Iliad Homer, yang menjadi favorit Aleksander dan berpengaruh besar dalam hidupnya.

Peter Green dalam "Alexander of Macedon, 356-323 B.C.: A Historical Biography" (1991) menekankan bahwa Iliad tidak hanya menjadi sumber inspirasi bagi Aleksander, tetapi juga sebagai panduan moral dan filosofis.

Pengaruh Aristoteles terhadap Aleksander juga mencakup pembentukan pandangan politik dan kepemimpinan. Aristoteles mengajarkan pentingnya kebijaksanaan dan keadilan dalam pemerintahan, serta pentingnya memahami dan menghargai budaya serta tradisi berbagai bangsa. Ini tercermin dalam kebijakan Aleksander ketika ia menjadi raja, di mana ia mencoba menggabungkan budaya Yunani dan Persia. Ulrich Wilcken dalam "Alexander the Great" (1932) menggambarkan bagaimana pendidikan ini membantu Aleksander dalam menavigasi kerumitan politik dan sosial dalam penaklukannya.

Kemampuan intelektual Aleksander yang tajam dan rasa ingin tahunya yang besar merupakan bukti langsung dari pengaruh Aristoteles. Hal ini, seperti yang dijelaskan oleh Robin Waterfield dalam "Alexander: The Conqueror" (2004), memberi Aleksander kemampuan untuk berpikir strategis dan beradaptasi dengan berbagai situasi, baik dalam politik maupun di medan perang.

Pendidikan yang diberikan Aristoteles kepada Aleksander tidak hanya membentuknya menjadi seorang pemimpin yang hebat tetapi juga seorang pemikir yang cerdas. Pengaruh ini terus bertahan sepanjang hidup Aleksander, membentuk keputusan-keputusannya dan membawanya pada pencapaian yang luar biasa. Seperti yang dikatakan oleh Ian Worthington dalam "Alexander the Great: A Reader" (2003), hubungan antara Aristoteles dan Aleksander merupakan salah satu contoh paling berpengaruh dari hubungan guru-murid dalam sejarah.

Naik Tahta Kerajaan Makedonia

Momen krusial dalam kehidupan Aleksander Agung adalah naiknya ia ke tahta Makedonia setelah pembunuhan ayahnya, Philip II. Pada tahun 336 SM, dalam sebuah acara pernikahan yang seharusnya menjadi perayaan, Philip II dibunuh, sebuah peristiwa yang mengubah jalannya sejarah. Peter Green, dalam "Alexander of Macedon, 356-323 B.C.: A Historical Biography" (1991), menggambarkan pembunuhan Philip sebagai akhir dari era lama dan permulaan dari babak baru dalam sejarah Makedonia.

Aleksander, yang saat itu baru berusia 20 tahun, dengan cepat mengambil alih kekuasaan. Keadaan politik Makedonia saat itu rumit, dengan adanya ketegangan internal dan ancaman dari luar. Sebagai raja muda, Aleksander harus dengan cepat memperkuat posisinya. Menurut Robin Lane Fox dalam "Alexander the Great" (1973), Aleksander menunjukkan kecerdasan dan keberanian yang luar biasa dalam mengatasi oposisi internal dan menegaskan kedaulatannya atas kerajaan Makedonia.

Pembunuhan Philip II menyisakan misteri dan spekulasi, termasuk dugaan keterlibatan Olympias, ibu dari Aleksander, dan mungkin juga Aleksander sendiri. Namun, sebagaimana diungkapkan oleh Mary Renault dalam "The Nature of Alexander" (1975), bukti konkret tentang keterlibatan mereka tetap tidak jelas dan menjadi topik perdebatan di kalangan sejarawan.

Pengambilalihan kekuasaan oleh Aleksander tidak hanya menandai awal dari pemerintahannya tetapi juga dimulainya kampanye militer yang akan membuatnya terkenal. Ulrich Wilcken dalam "Alexander the Great" (1932) menggambarkan bagaimana Aleksander memanfaatkan keterampilan politik dan militer yang diajarkan oleh ayahnya dan Aristoteles untuk mengonsolidasikan kekuasaannya dan mempersiapkan ekspansi kerajaannya.

Naiknya Aleksander ke tahta Makedonia menjadi titik tolak bagi serangkaian penaklukan yang tidak hanya mengubah peta dunia kuno tetapi juga meninggalkan warisan yang bertahan selama berabad-abad. Seperti yang dijelaskan oleh Nicholas Hammond dalam "Alexander the Great: King, Commander, and Statesman" (1981), awal pemerintahan Aleksander di Makedonia menandai awal dari era baru dalam sejarah, di mana ambisi dan kepemimpinan Aleksander akan membawanya menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah kuno.

OhPedia Lainnya