Memahami Fenomena Menakjubkan Pertalian Kuantum (Entanglement)

06/10/2023, 17:53 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Memahami Fenomena Menakjubkan Pertalian Kuantum (Entanglement)
Pertalian kuantum
Table of contents
Editor: EGP

PERTALIAN kuantum (quantum entanglement) adalah salah satu fenomena paling menakjubkan dalam mekanika kuantum. Fenomena ini mengacu pada hubungan khusus yang terbentuk antara dua atau lebih partikel kuantum, di mana keadaan salah satu partikel dapat memberikan informasi tentang keadaan partikel lainnya, tidak peduli seberapa jauh jarak yang memisahkan mereka.

Richard Feynman pernah mengatakan bahwa entanglement adalah "jantung" mekanika kuantum, dan memang, fenomena ini membedakan dunia kuantum dari dunia klasik yang kita kenal sehari-hari (Feynman, "Lectures on Physics", 1963).

Tentu saja, pada awalnya banyak ilmuwan yang skeptis terhadap ide pertalian kuantum, termasuk Albert Einstein. Einstein pernah menyebutnya sebagai "aksi jarak jauh yang mengerikan" ("spooky action at a distance") karena sulit dipercaya bahwa dua partikel yang terpisah bisa memengaruhi satu sama lain tanpa adanya interaksi fisik langsung.

Baca juga: Mengapa Kadar Oksigen Menipis Saat Berada di Puncak Gunung?

Namun, eksperimen-eksperimen modern telah memastikan keberadaan entanglement dan menegaskan kebenarannya (Aspect, "Bell's theorem: The naive view of an experimentalist", 2002).

Pertalian kuantum memiliki implikasi mendalam dalam berbagai bidang, dari komputasi kuantum hingga kriptografi kuantum. Fenomena ini memberikan kemungkinan untuk mengembangkan teknologi yang sebelumnya dianggap mustahil, seperti komputer yang mampu melakukan perhitungan jauh lebih cepat dibandingkan komputer klasik saat ini.

Ketergantungan Keadaan

Ketika berbicara tentang entanglement, kita sering mendengar istilah 'ketergantungan keadaan'. Ini merujuk pada fenomena di mana keadaan satu partikel kuantum tergantung pada keadaan partikel lainnya, meskipun keduanya mungkin terpisah jarak yang jauh. Ini adalah aspek kunci dari entanglement dan merupakan alasan mengapa fenomena ini begitu sulit untuk dipahami dengan logika klasik.

Baca juga: Mengapa Tubuh Kita Menggigil Saat Kedinginan?

Misalkan kita memiliki dua partikel yang saling terentang. Jika kita mengukur keadaan salah satu partikel, kita akan segera mengetahui keadaan partikel yang lain. Yang menarik, hasil pengukuran pada satu partikel tampaknya "menentukan" hasil pengukuran pada partikel lainnya, seolah-olah informasi telah "melompat" dari satu partikel ke partikel lainnya dalam waktu nol.

Inilah yang membuat Einstein merasa tidak nyaman, karena hal ini tampaknya bertentangan dengan prinsip relativitas yang menyatakan bahwa informasi tidak bisa bergerak lebih cepat dari cahaya.

Dalam eksperimen nyata, entanglement telah diamati bahkan pada jarak yang sangat jauh. Sebagai contoh, dalam eksperimen oleh Alain Aspect pada tahun 1982, dua foton yang saling terentang ditembakkan ke arah yang berlawanan dan pengukuran dilakukan pada masing-masing foton. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa foton-foton tersebut memang saling terentang, meskipun mereka terpisah jarak yang signifikan (Aspect, "Experimental test of Bell's inequalities", 1982, ).

Baca juga: Mengungkap Fakta Menarik Mengenai Mata Minus: Pandangan yang Memudar

Ketergantungan keadaan memiliki potensi yang besar dalam teknologi masa depan, khususnya dalam bidang komunikasi dan komputasi kuantum. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena ini, kita mungkin bisa membangun sistem komunikasi yang lebih aman dan komputer yang lebih cepat.

Aksi Jarak Jauh

Ketika Albert Einstein meragukan keabsahan entanglement, istilah "aksi jarak jauh yang mengerikan" ("spooky action at a distance") menjadi terkenal. Ini merujuk pada kemampuan dua partikel yang saling terentang untuk memengaruhi satu sama lain tanpa adanya interaksi fisik langsung, bahkan ketika mereka terpisah jarak yang jauh.

Sebagai contoh, jika satu partikel diukur dan keadaannya berubah, partikel pasangannya juga akan berubah sesuai, meskipun tidak ada cara langsung untuk informasi dari satu partikel untuk "berkomunikasi" dengan yang lainnya.

Meskipun konsep ini tampak bertentangan dengan intuisi kita, eksperimen telah menunjukkan berulang kali bahwa aksi jarak jauh memang terjadi dalam entanglement. Faktanya, hal ini telah menginspirasi banyak diskusi filosofis dan teoritis tentang sifat realitas dan bagaimana informasi bisa "berpindah" dalam dunia kuantum.

Aplikasi dalam Teknologi Kuantum

Pertalian kuantum, dengan sifat-sifat ajaibnya, memiliki potensi revolusi dalam teknologi kuantum. Beberapa aplikasi utama dari entanglement meliputi:

Komputasi Kuantum: Dengan menggunakan partikel yang saling terentang, komputer kuantum dapat memproses informasi dalam cara yang jauh lebih efisien daripada komputer klasik. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyelesaikan permasalahan yang dianggap hampir tidak mungkin diselesaikan oleh komputer konvensional.

Kriptografi Kuantum: Entanglement dapat digunakan untuk menciptakan kunci enkripsi yang aman. Dua pengguna yang ingin berkomunikasi dapat menggunakan pasangan partikel yang saling terentang untuk menghasilkan kunci acak. Jika seorang penyadap mencoba mengukur salah satu partikel, ini akan mengganggu entanglement dan dapat dideteksi oleh pengguna yang sah.

Teleportasi Kuantum: Meskipun terdengar seperti fiksi ilmiah, teleportasi kuantum adalah proses di mana informasi tentang keadaan suatu partikel dapat dikirim ke partikel lain di lokasi yang berbeda. Ini bukan berarti partikel itu sendiri "bergerak", tetapi keadaannya dapat ditransfer melalui entanglement.

Aplikasi-aplikasi ini hanyalah permulaan. Seiring dengan perkembangan penelitian dan pemahaman kita tentang mekanika kuantum, ada kemungkinan teknologi baru yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya akan muncul berkat fenomena entanglement.

Einstein, Podolsky, dan Rosen (EPR) Paradoks

Paradoks EPR, yang dinamai berdasarkan nama pembuatnya - Albert Einstein, Boris Podolsky, dan Nathan Rosen - adalah argumen teoritis yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1935. Melalui argumen ini, ketiganya menantang pandangan ortodoks mekanika kuantum tentang entanglement.

Dalam esai mereka yang terkenal, "Can Quantum-Mechanical Description of Physical Reality Be Considered Complete?", mereka merinci skenario di mana dua partikel saling terentang dan lalu bergerak ke arah yang berlawanan.

Dalam skenario EPR, jika salah satu partikel diukur, kita dapat dengan pasti menentukan keadaan partikel yang lain tanpa perlu mengukurnya. Einstein, Podolsky, dan Rosen berargumen bahwa hal ini menunjukkan adanya "variabel tersembunyi" yang menentukan hasil pengukuran, yang belum ditemukan dalam formulasi mekanika kuantum. Mereka berpendapat bahwa mekanika kuantum, dalam bentuknya saat itu, tidak lengkap.

Inti dari paradoks ini adalah pertanyaan tentang realisme lokal dan aksi jarak jauh. Einstein dan koleganya tidak senang dengan ide bahwa tindakan pada satu partikel bisa segera memengaruhi keadaan partikel yang jauh, tanpa interaksi langsung - yang mereka sebut sebagai "aksi jarak jauh yang mengerikan".

Namun, eksperimen-eksperimen yang dilakukan beberapa dekade kemudian, terutama oleh Alain Aspect pada 1980-an, mendukung prediksi mekanika kuantum dan menunjukkan bahwa "variabel tersembunyi" semacam itu tidak ada, setidaknya tidak dalam cara yang diajukan oleh EPR. Eksperimen ini menegaskan keanehan dunia kuantum dan memvalidasi fenomena entanglement sebagaimana dijelaskan oleh mekanika kuantum tradisional.

Eksperimen Bell

Eksperimen Bell adalah serangkaian eksperimen yang dirancang untuk menguji prediksi dari mekanika kuantum terkait entanglement, khususnya dalam konteks variabel tersembunyi yang diusulkan oleh paradoks EPR. John Bell, seorang fisikawan dari Irlandia Utara, pada tahun 1964 mengemukakan sebuah ketidaksamaan, yang kini dikenal sebagai Ketidaksamaan Bell, yang membedakan antara prediksi mekanika kuantum dan teori variabel tersembunyi lokal.

Bell menunjukkan bahwa jika dunia mematuhi prinsip-prinsip realisme lokal (yaitu, tidak ada aksi jarak jauh dan sifat-sifat fisik ditentukan sebelum pengukuran), maka harus ada batas atas untuk korelasi antara hasil pengukuran dua partikel yang saling terentang. Namun, mekanika kuantum memprediksi korelasi yang lebih kuat dari yang diperbolehkan oleh teori variabel tersembunyi lokal.

Untuk menguji ketidaksamaan ini, eksperimen dilakukan di mana partikel-partikel yang saling terentang diukur. Pada dasarnya, jika hasil pengukuran memenuhi ketidaksamaan Bell, maka teori variabel tersembunyi lokal bisa benar. Namun, jika hasilnya melanggar ketidaksamaan Bell, maka mekanika kuantum benar dan teori variabel tersembunyi lokal tidak mungkin.

Eksperimen pertama yang menguji ketidaksamaan ini dilakukan pada 1970-an, namun hasilnya tidak konklusif karena berbagai alasan teknis. Namun, pada 1980-an, Alain Aspect dan timnya melakukan serangkaian eksperimen yang dengan jelas menunjukkan pelanggaran ketidaksamaan Bell, mendukung prediksi mekanika kuantum.

Hasil eksperimen Bell memvalidasi sifat non-lokal dari mekanika kuantum dan menunjukkan bahwa, setidaknya dalam kerangka kerja kuantum, realisme lokal tidak dapat dipertahankan. Eksperimen ini memiliki dampak mendalam pada pemahaman kita tentang dasar-dasar alam semesta dan memastikan bahwa entanglement adalah fenomena nyata yang tidak dapat dijelaskan oleh teori variabel tersembunyi lokal.

Kesimpulan

Pertalian kuantum atau entanglement adalah salah satu aspek paling misterius dan menarik dari mekanika kuantum, menghubungkan partikel-partikel pada jarak yang jauh tanpa interaksi langsung. Meskipun fenomena ini pernah menjadi subyek kontroversi dan keraguan, terutama oleh tokoh-tokoh seperti Einstein, eksperimen-eksperimen mutakhir seperti Eksperimen Bell telah memvalidasi keberadaan dan sifat non-lokal dari entanglement, menegaskan bahwa dunia kuantum beroperasi dengan aturan yang jauh berbeda dari pengalaman sehari-hari kita di dunia klasik.

Pemahaman tentang entanglement tidak hanya memperdalam wawasan kita tentang alam semesta, tetapi juga membuka pintu untuk kemajuan teknologi kuantum yang revolusioner, mulai dari komputasi hingga kriptografi.

Di era kuantum saat ini, entanglement mungkin menjadi salah satu kunci utama yang menggerakkan inovasi dan pemahaman kita di masa depan.

Sains Lainnya