Mengungkap Misteri Alergi Seafood: Gejala, Diagnosis, dan Perawatannya

06/11/2023, 21:54 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Mengungkap Misteri Alergi Seafood: Gejala, Diagnosis, dan Perawatannya
ilustrasi seafood
Table of contents
Editor: Luqman Alfadil

OHBEGITU.com - Alergi seafood adalah kondisi alergi yang dapat membahayakan bagi individu yang terkena dampaknya. Seafood seperti ikan, udang, kerang, dan kepiting adalah makanan yang populer di seluruh dunia, tetapi bagi sebagian orang, konsumsi seafood dapat menyebabkan reaksi alergi serius. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan apa itu alergi seafood, penyebabnya, faktor risiko yang mempengaruhi seseorang, gejala yang biasanya muncul, bagaimana mendiagnosisnya, serta opsi perawatan yang tersedia.

Apa itu Alergi Seafood?

Alergi seafood adalah respons sistem kekebalan tubuh yang tidak normal terhadap protein yang ditemukan dalam seafood. Ketika seseorang dengan alergi seafood mengonsumsi seafood atau terpapar protein seafood, sistem kekebalan tubuh mereka merespons dengan cara yang berlebihan, menghasilkan reaksi alergi. Reaksi ini bisa ringan hingga sangat parah, dan dapat mengancam jiwa dalam beberapa kasus.

Baca juga: Mengapa Kadar Oksigen Menipis Saat Berada di Puncak Gunung?

Penyebab Alergi Seafood

Alergi seafood disebabkan oleh kepekaan sistem kekebalan tubuh terhadap protein tertentu yang terdapat dalam seafood. Dua protein utama yang sering menjadi penyebab alergi seafood adalah tropomyosin dan parvalbumin. Tropomyosin adalah protein yang ditemukan dalam ikan, sementara parvalbumin banyak terdapat pada ikan seperti salmon, tuna, dan kerapu.

Reaksi alergi seafood terjadi ketika tubuh mengenali protein-protein ini sebagai ancaman dan merespons dengan memproduksi antibodi, khususnya immunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE kemudian menyebabkan pelepasan histamin dan zat kimia lainnya, yang memicu gejala alergi.

Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami alergi seafood. Faktor-faktor ini meliputi:

Baca juga: Mengapa Tubuh Kita Menggigil Saat Kedinginan?

  • Riwayat Keluarga: Jika ada anggota keluarga dengan riwayat alergi seafood atau alergi makanan lainnya, risiko seseorang untuk mengembangkan alergi seafood dapat meningkat.

  • Riwayat Alergi Lainnya: Individu yang sudah memiliki alergi makanan atau alergi lainnya, seperti alergi terhadap serbuk sari atau alergi terhadap hewan peliharaan, juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami alergi seafood.

  • Umur: Anak-anak memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan alergi seafood daripada orang dewasa. Namun, beberapa orang bisa mengalami pemulihan alergi seafood saat mereka tumbuh dewasa.

    Baca juga: Mengungkap Fakta Menarik Mengenai Mata Minus: Pandangan yang Memudar

  • Geografis: Tinggal di daerah dengan diet seafood yang melimpah, seperti daerah pesisir, dapat meningkatkan eksposur terhadap seafood dan potensi risiko alergi seafood.

Gejala

Gejala alergi seafood bisa bervariasi dari ringan hingga parah dan dapat terjadi dalam hitungan menit atau beberapa jam setelah mengonsumsi seafood. Gejala umum alergi seafood meliputi:

  • Gatal-gatal di Kulit: Gatal-gatal di kulit adalah gejala yang sering muncul, dan bisa disertai ruam atau bengkak.

  • Bengkak di Wajah, Bibir, atau Lidah: Bengkak di area wajah, bibir, atau lidah adalah tanda umum dari reaksi alergi seafood.

  • Masalah Pernapasan: Beberapa individu mungkin mengalami kesulitan bernapas, sesak dada, atau batuk setelah mengonsumsi seafood.

  • Mual dan Muntah: Mual dan muntah adalah gejala pencernaan yang umum terjadi pada alergi seafood.

  • Diare: Diare dapat muncul sebagai respons tubuh terhadap seafood.

  • Tekanan Darah Rendah: Dalam kasus yang sangat parah, alergi seafood dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang membahayakan jiwa, yang dikenal sebagai syok anafilaksis.

  • Nyeri Abdomen: Nyeri abdomen atau kram perut juga dapat terjadi setelah mengonsumsi seafood.

Reaksi alergi seafood yang parah, seperti anafilaksis, adalah keadaan darurat medis yang memerlukan perawatan segera.

Diagnosis

Mendiagnosis alergi seafood melibatkan serangkaian langkah yang melibatkan dokter atau alergologis. Langkah-langkah ini meliputi:

  • Wawancara Medis: Dokter akan melakukan wawancara medis untuk mengidentifikasi gejala alergi seafood yang telah dialami oleh pasien dan memeriksa riwayat alergi atau riwayat keluarga.

  • Tes Kulit: Tes kulit adalah cara umum untuk mendiagnosis alergi seafood. Dalam tes ini, sejumlah kecil ekstrak seafood diberikan pada kulit pasien dengan bantuan jarum kecil. Jika terjadi reaksi alergi dalam bentuk gatal-gatal, bengkak, atau ruam, ini menunjukkan kepekaan terhadap seafood.

  • Tes Darah: Tes darah dapat digunakan untuk mengukur kadar antibodi IgE spesifik terhadap protein seafood. Hasil positif pada tes darah ini juga dapat mengkonfirmasi alergi seafood.

  • Tes Provokasi: Tes provokasi dilakukan di bawah pengawasan medis yang ketat, di mana pasien diberikan seafood dalam jumlah yang sangat kecil dan peningkatan bertahap. Tes ini dapat membantu menentukan sejauh mana alergi seafood.

Perawatan

Perawatan utama untuk alergi seafood adalah menghindari seafood dan produk yang mengandung seafood. Selain itu, individu dengan alergi seafood seringkali disarankan untuk membawa epinefrin auto-injector (EpiPen) yang dapat digunakan dalam kasus anafilaksis. EpiPen adalah alat yang dapat menghentikan reaksi alergi yang parah.

Jika seseorang mengalami reaksi alergi seafood, perawatan medis segera diperlukan. Anafilaksis, yang dapat mengancam jiwa, memerlukan injeksi epinefrin untuk menghentikan reaksi dan mengembalikan tekanan darah ke tingkat normal.

Kesimpulan

Alergi seafood adalah kondisi alergi yang melibatkan sistem kekebalan tubuh yang merespons protein seafood dengan cara yang berlebihan. Gejala alergi seafood dapat bervariasi dari gatal-gatal kulit hingga reaksi anafilaksis yang mengancam jiwa. Diagnosis alergi seafood melibatkan wawancara medis, tes kulit, tes darah, atau tes provokasi. Perawatan utama adalah menghindari seafood dan membawa epinefrin auto-injector untuk kasus darurat. Dengan manajemen yang tepat, individu dengan alergi seafood dapat menjalani kehidupan yang sehat dan aman.

Sains Lainnya