Berbagai Bukti Keberadaan Materi Gelap di Alam Semesta

28/11/2023, 14:41 WIB
Artikel dan Ilustrasi ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberitahu kami ke feedbackohbegitu@gmail.com
Berbagai Bukti Keberadaan Materi Gelap di Alam Semesta
Materi Gelap
Table of contents
Editor: EGP

MISTERI materi gelap (dark matter) telah lama menjadi topik yang memikat para astronom dan fisikawan di seluruh dunia. Materi gelap adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan komponen alam semesta yang, meskipun memiliki pengaruh gravitasi yang signifikan, tidak memancarkan, menyerap, atau memantulkan cahaya, sehingga tidak dapat diamati secara langsung dengan menggunakan instrumen astronomi tradisional. Materi gelap diyakini menyumbang sekitar 27 persen dari keseluruhan massa-energi alam semesta, sementara materi yang dapat kita lihat dan amati hanya sekitar 5 persen, dan sisanya adalah energi gelap.

Peran materi gelap dalam kosmologi sangat penting. Ia berfungsi sebagai 'perekat' gravitasi yang membantu menjaga galaksi dan gugus galaksi tetap bersatu. Tanpa materi gelap, struktur pada skala besar seperti galaksi dan gugus galaksi tidak akan mampu mempertahankan bentuknya, dan proses pembentukan galaksi sebagaimana kita kenal mungkin tidak akan terjadi. Meskipun tidak terlihat, efek gravitasi materi gelap dapat dirasakan dan diamati melalui pengaruhnya pada objek yang terlihat di alam semesta, seperti bintang, galaksi, dan gas antargalaksi.

Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek yang menunjukkan bukti keberadaan materi gelap di alam semesta, mulai dari fenomena rotasi galaksi dan lensa gravitasi, hingga pengamatan terhadap Radiasi Latar Kosmik (CMB) dan struktur skala besar alam semesta. Kita juga akan membahas tentang dinamika gugus galaksi dan kontribusi teknologi simulasi komputer dalam memahami fenomena ini. Melalui penjelasan yang sederhana namun informatif, kita akan mengungkap misteri materi gelap dan mengerti peran krusialnya dalam kosmologi.

Baca juga: Mengapa Kadar Oksigen Menipis Saat Berada di Puncak Gunung?

Rotasi Galaksi

Salah satu bukti paling kuat dari keberadaan materi gelap datang dari cara galaksi berotasi. Menurut hukum gravitasi Newton, kecepatan rotasi sebuah galaksi seharusnya menurun dengan jarak yang semakin jauh dari pusatnya.

Namun, astronom mengamati bahwa kecepatan rotasi galaksi tetap konstan bahkan di bagian yang sangat jauh dari pusat galaksi. Fenomena ini sulit dijelaskan tanpa adanya massa tambahan yang tidak terdeteksi, yang kita sebut sebagai materi gelap. Penelitian yang dilakukan oleh Vera Rubin pada tahun 1970-an, yang dipublikasikan dalam jurnal "Rotational Properties of 21 Sc Galaxies" memberikan wawasan awal tentang fenomena ini.

Perilaku rotasi galaksi yang tidak sesuai dengan hukum Newton ini dapat dijelaskan jika galaksi memiliki "halo" materi gelap yang melingkupinya. Halo ini mengandung sebagian besar massa galaksi dan memengaruhi gerakan bintang-bintang di dalamnya. Hal ini didukung oleh model komputer dan simulasi galaksi yang menunjukkan bahwa dengan adanya materi gelap, pola rotasi galaksi yang diamati dapat direproduksi dengan akurat.

Baca juga: Mengapa Tubuh Kita Menggigil Saat Kedinginan?

Materi gelap tidak hanya mempengaruhi rotasi galaksi, tetapi juga pembentukan dan evolusi galaksi itu sendiri. Tanpa materi gelap, struktur galaksi besar seperti yang kita lihat saat ini tidak akan bisa terbentuk. Materi gelap memberikan "kerangka" gravitasi yang memungkinkan gas dan debu berkumpul dan membentuk galaksi.

Para astronom juga menggunakan pengukuran kecepatan rotasi galaksi untuk memperkirakan jumlah materi gelap. Dengan membandingkan massa yang dihitung dari bintang-bintang dan gas (materi terlihat) dengan kecepatan rotasi, mereka dapat mengestimasi berapa banyak materi gelap yang diperlukan untuk mencapai kecepatan rotasi yang diamati.

Lensa Gravitasi

Lensa gravitasi adalah fenomena di mana cahaya dari obyek jauh, seperti galaksi atau quasar, dibelokkan oleh gravitasi suatu obyek masif, seperti galaksi lain atau gugus galaksi, yang berada di antara sumber cahaya dan pengamat. Efek ini dikenal sebagai "lensa gravitasi" dan pertama kali diprediksi oleh Albert Einstein dalam teorinya tentang relativitas umum.

Baca juga: Mengungkap Fakta Menarik Mengenai Mata Minus: Pandangan yang Memudar

Fenomena lensa gravitasi mengungkapkan distribusi materi, termasuk materi gelap, di alam semesta. Ketika cahaya dibelokkan, ia menciptakan gambaran berganda, cincin, atau busur cahaya di sekitar objek lensa. Pola-pola ini memberikan informasi tentang distribusi massa obyek lensa, termasuk materi gelap yang tidak terlihat.

Melalui pengamatan lensa gravitasi, astronom dapat mengukur massa total suatu galaksi atau gugus galaksi, termasuk kontribusi materi gelap. Misalnya, pengamatan lensa gravitasi pada gugus galaksi Abell 1689 menunjukkan adanya konsentrasi massa yang sangat besar yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan materi terlihat. Penelitian ini dipublikasikan oleh Johan Richard dan timnya dalam "Mass Distribution in Galaxy Clusters" (2009).

Studi tentang lensa gravitasi juga membantu dalam memetakan distribusi materi gelap di skala besar alam semesta. Hal ini memberikan pandangan baru tentang struktur kosmos dan peran penting materi gelap dalam evolusi alam semesta.

Fluktuasi Suhu Radiasi Latar Kosmik (CMB)

Radiasi Latar Kosmik (Cosmic Microwave Background atau CMB) adalah salah satu bukti paling kuat dari keberadaan materi gelap. CMB adalah sisa radiasi dari Big Bang dan menyebar merata di seluruh alam semesta. Penelitian yang mendalam terhadap CMB, seperti yang dilakukan oleh misi satelit Planck, menunjukkan adanya fluktuasi suhu yang sangat kecil dalam radiasi ini. Fluktuasi suhu ini memberikan informasi tentang kondisi awal alam semesta dan pembentukan struktur pertama.

Fluktuasi suhu CMB memungkinkan kita untuk memahami distribusi materi di alam semesta muda, termasuk materi gelap. Konsistensi skala kecil dan besar dalam fluktuasi suhu ini tidak bisa dijelaskan tanpa adanya materi gelap. Jika hanya ada materi normal, fluktuasi yang terlihat pada CMB akan jauh berbeda, menunjukkan peran krusial materi gelap dalam mengatur struktur awal alam semesta.

Salah satu aspek menarik dari CMB adalah pola yang disebut sebagai 'anisotropi akustik'. Ini adalah gelombang tekanan yang terjadi di alam semesta awal. Analisis pola ini telah menunjukkan bahwa sekitar 25 persen dari total massa-energi alam semesta terdiri dari materi gelap, yang memengaruhi cara gelombang ini berpropagasi dan berinteraksi.

Fluktuasi CMB juga memberikan bukti penting tentang materi gelap dingin, sebuah bentuk materi gelap yang bergerak sangat lambat dibandingkan dengan kecepatan cahaya. Model materi gelap dingin ini cocok dengan pengamatan CMB dan membantu menjelaskan bagaimana struktur besar seperti galaksi dan gugus galaksi dapat terbentuk dari awal alam semesta.

Struktur Skala Besar Alam Semesta

Pemetaan struktur skala besar alam semesta memberikan bukti kuat lainnya tentang eksistensi materi gelap. Distribusi galaksi dan gugus galaksi di alam semesta tidak acak, tetapi mengikuti pola tertentu yang dikenal sebagai 'jaring kosmik'. Struktur ini, yang terdiri dari filamen materi gelap yang luas dan rongga kosong, merupakan bukti langsung dari pengaruh gravitasi materi gelap.

Tanpa materi gelap, struktur jaring kosmik ini tidak akan mungkin terbentuk. Simulasi komputer yang memasukkan materi gelap dapat dengan akurat mereproduksi struktur yang diamati di alam semesta, sementara simulasi tanpa materi gelap gagal menciptakan pola yang sama.

Pemetaan distribusi galaksi pada skala besar, seperti yang dilakukan oleh survei seperti Sloan Digital Sky Survey (SDSS), telah menunjukkan bahwa galaksi cenderung berkumpul di sepanjang filamen materi gelap dan menghindari rongga kosong yang besar. Ini menunjukkan bahwa materi gelap tidak hanya memengaruhi pembentukan galaksi, tetapi juga distribusinya di alam semesta.

Studi tentang Baryon Acoustic Oscillations (BAO), yang adalah gelombang tekanan yang terjadi di alam semesta awal dan memengaruhi distribusi materi normal dan gelap, juga memberikan bukti tentang materi gelap. Pengukuran BAO memberikan cara untuk mengukur ekspansi alam semesta dan distribusi materi gelap.

Dinamika Gugus Galaksi

Gugus galaksi, yang merupakan kumpulan dari ratusan hingga ribuan galaksi, memberikan wawasan berharga tentang keberadaan materi gelap melalui dinamika internal mereka. Salah satu bukti paling menonjol dari materi gelap dalam gugus galaksi datang dari pengamatan kecepatan relatif galaksi-galaksi dalam gugus tersebut. Kecepatan ini terlalu tinggi untuk dijelaskan hanya dengan massa yang terlihat dari galaksi dan gas panas di dalam gugus. Hal ini menunjukkan adanya massa tambahan yang tidak terdeteksi, yang dikenal sebagai materi gelap, yang memberikan gravitasi tambahan untuk mempertahankan struktur gugus.

Pengamatan terhadap distribusi gas panas di gugus galaksi juga memberikan bukti tentang materi gelap. Gas panas ini, yang dapat dideteksi melalui emisi sinar-X, terdistribusi dalam pola yang menunjukkan adanya pengaruh gravitasi dari materi gelap. Tanpa adanya massa tambahan dari materi gelap, distribusi gas panas dan bentuk gugus galaksi tidak akan sesuai dengan yang diamati.

Salah satu contoh khusus yang menarik adalah pengamatan "Bullet Cluster", di mana dua gugus galaksi bertabrakan. Analisis tabrakan ini menunjukkan pemisahan antara materi terlihat (galaksi dan gas panas) dan materi gelap, yang dideteksi melalui pengaruh gravitasinya pada cahaya dari objek di latar belakang. Fenomena ini memberikan bukti langsung tentang keberadaan dan sifat materi gelap.

Studi tentang dinamika gugus galaksi juga membantu dalam memperkirakan total massa materi gelap di alam semesta. Perhitungan ini dilakukan dengan membandingkan massa yang dapat dilihat dengan kecepatan dan distribusi galaksi dalam gugus.

Simulasi Komputer Alam Semesta

Dengan kemajuan teknologi komputer, simulasi alam semesta telah menjadi alat penting dalam memahami materi gelap. Simulasi ini menggunakan model fisika yang kompleks untuk merekonstruksi evolusi alam semesta, dari saat-saat awal setelah Big Bang hingga keadaan saat ini.

Salah satu keberhasilan utama dari simulasi ini adalah kemampuannya untuk mereproduksi struktur skala besar yang diamati di alam semesta, seperti jaring kosmik, hanya dengan memasukkan materi gelap dalam model mereka. Tanpa materi gelap, simulasi ini tidak dapat menciptakan struktur yang sesuai dengan pengamatan.

Simulasi komputer juga digunakan untuk mempelajari pembentukan dan evolusi galaksi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa materi gelap memainkan peran penting dalam menarik gas dan debu yang akhirnya membentuk galaksi. Hal ini menjelaskan mengapa galaksi cenderung terbentuk di sekitar filamen materi gelap di alam semesta.

Selain itu, simulasi membantu dalam memahami dinamika gugus galaksi dan interaksi antar galaksi. Simulasi ini dapat mereproduksi berbagai skenario, seperti tabrakan gugus galaksi, yang memberikan wawasan lebih lanjut tentang peran materi gelap.

Sains Lainnya